Emak-emak Ngomongin Investasi. Ngalor Ngidul

Mumpung keinget ya beberapa ide di pikiran. Walau ga terstruktur rapi banget ini. Semoga cukup ada manfaat dan mudah dipahami.

Jadi di tengah market yang kaya turun gunung gini, tentu beberapa orang bisa aja was-was untuk memulai atau bahkan melanjutkan investasi terutama di pasar modal. Apakah ga usah investasi di pasar modal sama sekali aja alias tarik semua portofolio jika ada? Atau apakah ini waktu yang tepat untuk borong saham?

Nah si saya tadi abis denger video mencerahkan dari Two Cents di youtube ("Covid-19 Crashed the Market, Now What?"). Menjawab pertanyaan pertama sih silakan langsung ditonton aja videonya ya. Nah tapi terkait pertanyaan kedua saya mau mengabadikan 'aha moment' dari video tersebut. Yakni ada satu rule kalo mau 'nyerok' di kondisi begini; hanya gunakan uang yang ga akan dipake dalam 10 tahun mendatang. Alias emang diperuntukan untuk masa sangat panjang. Misal untuk pensiun atau kuliah anak. Nah duit bakal masukin anak TK tahun depan jangan ya mak

Eh eh, eniweii, emang boleh (seorang muslim) investasi di pasar modal? Heuheu. Seperti hadiah dari langit deh hari ini tuh. Iseng nyekrol IG, eh nemu pengumuman dari akun IG @HaloFina ada kelas manajemen keuangan syariah GRATIS (capslock jebol) dari Pak Muhammad Teguh. Wah, saya kagum banget sama beliau. Pertama denger beliau tuh di yutubnya Raditya Dika (ternyata Bang Radit dulunya pakai jasa beliau sebagai fin planner).

Yaudah di kelas online itu beliau bilang deh. Kalo investasi itu beda sama numpuk harta. Investasi itu sejatinya memenuhi kebutuhan kita juga, cuma bukan di masa sekarang. Jadi kita menunda peruntukan uang yang sebenernya bisa aja diabisin di masa ini, jadi kita tunda untuk kebutuhan di masa mendatang. Terus, beliau juga jelasin, pasar modal maupun reksadana yang udah ada label syariah itu udah melewati proses panjang untuk bisa dikatakan sesuai syariah. Ada badan khusus yang men-screening para emiten apakah sesuai dengan prinsip syariah apa enggak.

Yowis gitu deh intinya dua hal ganjel yang seakan terjawab dan teryakinkan harus gimana. Sebenernya si udah tahu dari lama teori diatas, cuma kalo market lagi gamang gini kan kadang perlu aja assurance gitu alias diyakinkan kembali. Tapi jangan lupa juga dana darurat, kalo memungkinkan di cashflow baru deh secara paralel sisihkan untuk investasi.

IMHO, diatas segalanya jangan lupa juga untuk investasi AKHIRAT alias sedekah. Investasi dunia kalo salah-salah penyikapan bisa numbuhin rasa kikir (ambisi numpuk harta), sedangkan investasi akhirat insyaAllah justru memberikan rasa kaya (hati) sebelum kaya (harta). Karena kalo investasi akhirat dalam bentuk sedekah itu kan sejatinya kita tangan diatas, otak kita terkondisikan untuk merasa bahwa kita cukup dan memberikan feeling of abundance alias rasa keberlimpahan. Dan cenah kan alam nyata itu ditarik dari mindset atau apa-apa yang kita pikirkan yah. Maka saat kita memberi itu sejatinya kita benar-benar memposisikan diri, melatih diri untuk jadi orang 'kaya' nan bermental cukup.

Nah loh gado-gado bener kan ini tulisan. Hehe emang ini ditujukan untuk catatan saya sendiri di masa depan si, jadi mohon maaf kalo lieur yah. Syukur-syukur ada manfaatnya juga. Hehe. Sekian duluu, sampaai jumpa di tulisan berikutnya insyaAllah

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia