Review Buku Halo Balita
Salah satu kebiasaan saya adalah kalo udah jatuh cinta atau tersentuh hatinya(?) akan manfaat sesuatu, maka ga tahan rasanya kalo ga berbagi cerita. Semoga bisa jadi jalan inspirasi atau bisa ada kebaikan yang diambil ^^ (Jadi jelas ya ini bukan postingan berbayar atau bersponsor, *siapa guee hihi)
Berawal di April 2015, sekitar seminggu sebelum Asiyah berusia enam bulan, saya akhirnya 'memberanikan' diri membeli sepaket buku Halo Balita. Kenapa saya bilang butuh keberanian untuk beli buku ini?
Pertama, bagi saya sepaketnya ga murah, harus mengalokasikan dana yang cukup besar bagi kami yang sebenernya bisa banget dipake untuk keperluan lainnya (harga saat itu sedang promo jadi 1,9juta, diskon dari harga awal 2.375.000).
Walopun kalo dipikir-pikir mah murah-mahal itu relatif banget ya, kalo dibandingin potensi manfaat yang bisa didapat, bisa aja justru hitungannya murah. Dan dipikir-dipikir lagi, dengan ngerem pengeluaran di pos lain, boleh jadi kekumpul juga uangnya. Karena kadang paradoks juga kalo kita (saya maksudnya) bisa ngeluh buku paketan mahal tapi di sisi lain ga keberatan ngeluarin uang buat tas/perabot lucu/pelesir yang kalo dikumpulin harganya bisa sama aja. Ada juga opsi ikut arisan, tapi sebisa mungkin saya mengakhirkan opsi ini, pengennya urusan bayar membayar kelar secepat mungkin.
Kedua, ga kebayang gimana cara ngangkutnya ke Swedia karena total paketnya terdiri dari 25 buku (plus boneka tangan) dengan berat 17kg.
Kriteria
Antusiasme saya dalam menyiapkan buku sebenarnya sudah sedari lama. Saat mengandung dulu, barang pertama yang saya beli untuk si bayi adalah buku. Bukan baju, sepatu, apalagi kelambu(?). Kurang lebihnya karena saya pengen anak mencintai buku, karena berdasarkan pengalaman pribadi saya ngerasain gimana berpengaruhnya buku (yang baik) dalam membentuk diri.
Dan seperti katanya Ust. Budi Ashari, ilmu itu ada urutannya, membaca buku itu ada urutannya, dan urutan paling pertama adalah buku-buku islami yang menguatkan iman kita. Jadi sudah lama saya bertekad pengen beliin Asiyah (dan juga adik-adiknya kelak, aamiin) buku anak yang islami.
Kriteria selanjutnya adalah saya pengen bukunya berbahasa Indonesia. Saya lebih nyambung dan gereget kalo buku agama itu dalam bahasa indonesia. Banyak istilah yang saya belum ngeh kalo dalam bahasa inggris (walopun kalo udah gedean pengen juga sih nyobain yang bahasa inggris, kabarnya di UK ada banyak).
Selain itu, buku ini pengennya sebagai sarana membangun kemampuan berbahasa Indonesia si anak. Memang bisa sih ngajarin bahasa pakai percakapan aja, tapi mencoba realistis bahwa di rumah anak cuma berhadapan dengan saya dan suami, akan sangat terbatas kekayaan kosa kata dan struktur kalimat kalau mengandalkan percakapan sehari-hari saja.
Tiap orang kondisinya beda-beda ya, kalo melihat kondisi keluarga kami dimana kemungkinan masih akan merantau dalam jangka waktu lama (insyaAllah), maka saya merasa perlu perhatian dan usaha ekstra untuk menanamkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Saya termasuk rada nyantai tentang penguasaan bahasa asing, karena toh di sekolah juga akan diajarin, toh kalo gede main sama teman dan lingkungan luar otomatis akan terdesak belajar bahasa inggris, tapi kalo Bahasa Indonesia siapa yang mengajarkan kalau bukan dari rumah? Dan pengajaran bahasa ibu ini tentu dimulai paling awal, sebelum dia bahkan mampu mengucapkan kata.
Lalu, kenapa Halo Balita?
Karena saya tahunya buku anak islami berbahasa Indonesia yang bagus ya ini, hehe, ga juga deng. Ada banyak alasan ya, terutama setelah saya refleksikan sekarang, suka muncul syukur-syukur baru karena ada buku ini. Pertama, karena ini modelnya paket maka isinya cukup komprehensif mulai dari tentang spiritual sampai tentang nilai-nilai sehari-hari. Selain itu di Halo Balita juga ada penokohan (Sali, Saliha, dan Kumi) jadi ceritanya lebih 'nyata', dan sinergi antara satu dan lainnya. Anak jadi lebih mendapat gambaran utuh tentang karakter-karakternya, misal Sali gimana kalo mau tidur, kalo makan, kalau jalan-jalan, dsb.
Kalo urusan detil bukunya mah bisa dilihat di video ini aja ya, saya ga mau terlalu menjelaskan hal teknis, karena namanya juga postingan curhat, hehe.
Poin penting lainnya, bahasa yang digunakan sederhana. Nah, ini penting! Entah berapa kali saya agak kecewa dengan buku-buku berbahasa Indonesia yang saya beli (dan tentunya harus susah-susah di bawa ke Swedia dengan tempo yang sesingkat-singkatnya), ternyata terlalu berat bahasanya. Mungkin ga jadi masalah kalo saya ada di Indonesia ya, toh insyaAllah kalo anaknya gedean bisa kepake juga, tapii berhubung saya masih merantau nomaden begini, rasanya sayang kalo make bagasai pesawat ternyata bukunya belum bakal kepake dalam waktu dekat. Saya jadi perlu mikir keras untuk memfrasekan teksnya dalam bahasa yang mudah dimengerti anak (<2 tahun). Buku halo balita ini dipertengahan lah, bahasanya ga kegampangan jadi tetap nambah kosa kata maupun struktur kalimat baru, tapi juga ga kecanggihan yang bikin anak kebingungan.
Selain itu, dalam satu halaman juga ga kebanyakan teks. Karena rentang konsentrasi anak balita kan masih pendek ya, kalo dalam satu halaman isinya terlalu banyak teksnya maka anak udah keburu bosen jadi ribet lagi deh harus mendekin ceritanya. Nah, dengan buku halo balita ini saya bisa nyaman membacakan bukunya ke anak tanpa harus mikir keras untuk menyederhanakan kata maupun memendekan cerita.
Gimana ngangkutnya ke Swedia?
Nah, walaupun belinya udah dari Asiyah usia 6 bulan, nyatanya ga langsung semua buku bisa kami baca karena harus sedikit-sedikit di bawa ke Swedianya. Memang ada opsi langsung dipaketin pake pos atau sejenisnya, tapi demi ngirit (haha) jadi kami cuma nitip sama keluarga yang mau kesini dan juga diambil sebagaiannya pas kami mudik. Ada sih opsi ekspedisi yang cukup terjangkau tapi dikirimnya bisa berbulan-bulan via kapal, khawatir bukunya kenapa-napa di jalan, heu.
Alhamdulillah setelah 14 bulan, tepatnya di bulan Juli 2016 akhirnya semua buku bisa terangkut dengan selamat sentausa ke kediaman kami di Gothenburg saat usia Asiyah 21 bulan. Ga masalah sih bagi kami, karena saat bayi itu 3-4 buku aja udah cukup karena anaknya masih maunya dibacain buku yang sama berulang-ulang. Pelan-pelan beranjak makin besar mulai nambah lagi bukunya seiring berdatangannya tamu dari Indonesia. Alhamdulillah di usianya yang sektiar 2 tahun itu, saat buku lengkap, pas bertepatan juga sama dia aware sama buku-bukunya. Sekarang dia sudah hafal semua judul buku dengan lihat covernya.
Kekurangannya apa?
Kalo ada hal yang disayangkan hanyalah biar gimana ini adalah buku fiksi, kalo mau ideal banget memang hanya menceritakan kisah-kisah nyata lagi benar untuk anak tapi saya belum sanggup begitu. Toh kalaupun ga ketemu Halo Balita, buku-buku lain yang kami baca juga banyak yang fiksi, malah banyak juga buku anak-anak lokal sini yang isinya sangat sederhana cenderung ga banyak nilai yang diajarkan.
Romantika Asiyah dan Buku
Cerita progress berkenalan dengan buku bisa juga dilihat disini (Tentang Membaca).
Usia 6-11 bulan, ini masa-masa pembiasaan tapi hasilnya belum terlalu keliatan. Rentang konsentrasi anak masih pendek. Baru juga dibukain 1-2 halaman, udah melengos. Tapi emak pantang menyerah, senyamannya dia aja dibacain terus. Kalo udah bosen move on ke hal lain, gitu aja terus setiap hari. Akhirnya di usia 11 bulan, anaknya mulai tertarik dan buka-buka buku sendiri dengan gaya udah bisa baca, hehehehe. Gemez..
Setelah itu anaknya mulai suka sama buku, tiada hari tanpa dibacain buku. Sekarang di usia dua tahun udah bisa buka-buka dan bercerita sendiri. Sekarang Asiyah juga sudah hafal cerita per halamannya Halo Balita. Jadi kalo saya udah keburu ngantuk bacainnya (jadi suka ngaco-ngaco yang kesebut) Asiyah udah bisa protes, hehe. Sudah hafal sampai ke dialognya. Sebelum tidur juga udah ritual wajib untuk baca buku halo balita pilihannya, sekarang dibatasi sampai lima aja kalo ga bisa ga tidur-tidur.
Salah satu keuntungan nyata yang terasa adalah anaknya dapat tambahan aneka kosa kata dan struktur kalimat. Di usia dua tahun ini kemampuan Bahasa Indonesia Asiyah bisa dibilang sangat baik, bisa bikin kalimat kompleks dengan nada dan intonasi yang jelas. Entah memang anaknya punya kecenderungan kemampuan dalam hal verbal atau karena pengaruh buku ini, ataukah kombinasi keduanya.
Alur cerita di buku juga bisa di relate ke kehidupan sehari-hari. Misal, Asiyah lagi senang-senangnya menyusun menara lego sampai tinggi, tapi suka dipindah-pindahin jadi mudah roboh. Kalo legonya roboh, Asiyah suka kesal dan teriak, akhirnya diingatkan dengan cuplikan kisah Saliha dalam buku yang berjudul 'Aku Anak Sabar', kita bilang "Asiyah, sabar sayang, kalo pelan-pelan bisa deh, kaya Saliha.." Mirip seperti kata-kata di buku, dia pun langsung mengulang kata-kata tersebut tiap kali mau frustasi legonya ambruk (yang akibat ulah dia sendiri juga). Atau dia jadi suka pakai jilbab lalu ditumpuk topi, persis seperti gaya Saliha dalam buku yang berjudul 'Aku Cantik Pakai Jilbab'. Dan aneka influence positif lainnya. Karena setahu saya memang usia balita ini masanya mereka sangat senang meniru.
Sudah mulai juga muncul pertanyaan-pertanyaan ajaib lagi abstrak semacam, "Bunda, 'lebih' itu apa?", 'Bunda, 'membaca' itu apa?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bikin garuk-garuk kepala gimana penjelasan sederhananya, heu.. Alhamdulillah..
What's Next?
Selanjutnya, Bunda pengen Seri Teladan Rasulullah, masih dari penerbit yang sama. Semoga ada diskon lagi, aamiin! Hihi..
Belinya dimana?
Karena keseringan beli buku dari penerbit ini (total udah 4 paket) akhirnya ku memberanikan untuk jadi book advisor, setelah empat tahun jadi konsumen (dan reviewer) sendiri heu. Jadi yang mau dibantu pesankan atau mau nanya-nanya bisa langsung ke @dhefimaputri atau ke olshop aku juga boleh @lagomie.store (ada aneka barang mom and baby juga disana).
Sekian cerita tentang Halo Balita kali ini, semoga ada manfaatnya :)
Gothenburg, Desember 2016
Bunda Asiyah.
di perpus kota
Berawal di April 2015, sekitar seminggu sebelum Asiyah berusia enam bulan, saya akhirnya 'memberanikan' diri membeli sepaket buku Halo Balita. Kenapa saya bilang butuh keberanian untuk beli buku ini?
Pertama, bagi saya sepaketnya ga murah, harus mengalokasikan dana yang cukup besar bagi kami yang sebenernya bisa banget dipake untuk keperluan lainnya (harga saat itu sedang promo jadi 1,9juta, diskon dari harga awal 2.375.000).
Walopun kalo dipikir-pikir mah murah-mahal itu relatif banget ya, kalo dibandingin potensi manfaat yang bisa didapat, bisa aja justru hitungannya murah. Dan dipikir-dipikir lagi, dengan ngerem pengeluaran di pos lain, boleh jadi kekumpul juga uangnya. Karena kadang paradoks juga kalo kita (saya maksudnya) bisa ngeluh buku paketan mahal tapi di sisi lain ga keberatan ngeluarin uang buat tas/perabot lucu/pelesir yang kalo dikumpulin harganya bisa sama aja. Ada juga opsi ikut arisan, tapi sebisa mungkin saya mengakhirkan opsi ini, pengennya urusan bayar membayar kelar secepat mungkin.
Kedua, ga kebayang gimana cara ngangkutnya ke Swedia karena total paketnya terdiri dari 25 buku (plus boneka tangan) dengan berat 17kg.
pilih buku halo balita
Kriteria
Antusiasme saya dalam menyiapkan buku sebenarnya sudah sedari lama. Saat mengandung dulu, barang pertama yang saya beli untuk si bayi adalah buku. Bukan baju, sepatu, apalagi kelambu(?). Kurang lebihnya karena saya pengen anak mencintai buku, karena berdasarkan pengalaman pribadi saya ngerasain gimana berpengaruhnya buku (yang baik) dalam membentuk diri.
Dan seperti katanya Ust. Budi Ashari, ilmu itu ada urutannya, membaca buku itu ada urutannya, dan urutan paling pertama adalah buku-buku islami yang menguatkan iman kita. Jadi sudah lama saya bertekad pengen beliin Asiyah (dan juga adik-adiknya kelak, aamiin) buku anak yang islami.
Kriteria selanjutnya adalah saya pengen bukunya berbahasa Indonesia. Saya lebih nyambung dan gereget kalo buku agama itu dalam bahasa indonesia. Banyak istilah yang saya belum ngeh kalo dalam bahasa inggris (walopun kalo udah gedean pengen juga sih nyobain yang bahasa inggris, kabarnya di UK ada banyak).
Selain itu, buku ini pengennya sebagai sarana membangun kemampuan berbahasa Indonesia si anak. Memang bisa sih ngajarin bahasa pakai percakapan aja, tapi mencoba realistis bahwa di rumah anak cuma berhadapan dengan saya dan suami, akan sangat terbatas kekayaan kosa kata dan struktur kalimat kalau mengandalkan percakapan sehari-hari saja.
Tiap orang kondisinya beda-beda ya, kalo melihat kondisi keluarga kami dimana kemungkinan masih akan merantau dalam jangka waktu lama (insyaAllah), maka saya merasa perlu perhatian dan usaha ekstra untuk menanamkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Saya termasuk rada nyantai tentang penguasaan bahasa asing, karena toh di sekolah juga akan diajarin, toh kalo gede main sama teman dan lingkungan luar otomatis akan terdesak belajar bahasa inggris, tapi kalo Bahasa Indonesia siapa yang mengajarkan kalau bukan dari rumah? Dan pengajaran bahasa ibu ini tentu dimulai paling awal, sebelum dia bahkan mampu mengucapkan kata.
"Children are made readers on the laps of their parents" -Emilie Buchwald
Lalu, kenapa Halo Balita?
Karena saya tahunya buku anak islami berbahasa Indonesia yang bagus ya ini, hehe, ga juga deng. Ada banyak alasan ya, terutama setelah saya refleksikan sekarang, suka muncul syukur-syukur baru karena ada buku ini. Pertama, karena ini modelnya paket maka isinya cukup komprehensif mulai dari tentang spiritual sampai tentang nilai-nilai sehari-hari. Selain itu di Halo Balita juga ada penokohan (Sali, Saliha, dan Kumi) jadi ceritanya lebih 'nyata', dan sinergi antara satu dan lainnya. Anak jadi lebih mendapat gambaran utuh tentang karakter-karakternya, misal Sali gimana kalo mau tidur, kalo makan, kalau jalan-jalan, dsb.
Kalo urusan detil bukunya mah bisa dilihat di video ini aja ya, saya ga mau terlalu menjelaskan hal teknis, karena namanya juga postingan curhat, hehe.
Selain itu, dalam satu halaman juga ga kebanyakan teks. Karena rentang konsentrasi anak balita kan masih pendek ya, kalo dalam satu halaman isinya terlalu banyak teksnya maka anak udah keburu bosen jadi ribet lagi deh harus mendekin ceritanya. Nah, dengan buku halo balita ini saya bisa nyaman membacakan bukunya ke anak tanpa harus mikir keras untuk menyederhanakan kata maupun memendekan cerita.
baca buku bareng si Panda
Gimana ngangkutnya ke Swedia?
Nah, walaupun belinya udah dari Asiyah usia 6 bulan, nyatanya ga langsung semua buku bisa kami baca karena harus sedikit-sedikit di bawa ke Swedianya. Memang ada opsi langsung dipaketin pake pos atau sejenisnya, tapi demi ngirit (haha) jadi kami cuma nitip sama keluarga yang mau kesini dan juga diambil sebagaiannya pas kami mudik. Ada sih opsi ekspedisi yang cukup terjangkau tapi dikirimnya bisa berbulan-bulan via kapal, khawatir bukunya kenapa-napa di jalan, heu.
Alhamdulillah setelah 14 bulan, tepatnya di bulan Juli 2016 akhirnya semua buku bisa terangkut dengan selamat sentausa ke kediaman kami di Gothenburg saat usia Asiyah 21 bulan. Ga masalah sih bagi kami, karena saat bayi itu 3-4 buku aja udah cukup karena anaknya masih maunya dibacain buku yang sama berulang-ulang. Pelan-pelan beranjak makin besar mulai nambah lagi bukunya seiring berdatangannya tamu dari Indonesia. Alhamdulillah di usianya yang sektiar 2 tahun itu, saat buku lengkap, pas bertepatan juga sama dia aware sama buku-bukunya. Sekarang dia sudah hafal semua judul buku dengan lihat covernya.
baca buku sama bebis
Kekurangannya apa?
Kalo ada hal yang disayangkan hanyalah biar gimana ini adalah buku fiksi, kalo mau ideal banget memang hanya menceritakan kisah-kisah nyata lagi benar untuk anak tapi saya belum sanggup begitu. Toh kalaupun ga ketemu Halo Balita, buku-buku lain yang kami baca juga banyak yang fiksi, malah banyak juga buku anak-anak lokal sini yang isinya sangat sederhana cenderung ga banyak nilai yang diajarkan.
Gayanya di perpustakaan
Romantika Asiyah dan Buku
Cerita progress berkenalan dengan buku bisa juga dilihat disini (Tentang Membaca).
Usia 6-11 bulan, ini masa-masa pembiasaan tapi hasilnya belum terlalu keliatan. Rentang konsentrasi anak masih pendek. Baru juga dibukain 1-2 halaman, udah melengos. Tapi emak pantang menyerah, senyamannya dia aja dibacain terus. Kalo udah bosen move on ke hal lain, gitu aja terus setiap hari. Akhirnya di usia 11 bulan, anaknya mulai tertarik dan buka-buka buku sendiri dengan gaya udah bisa baca, hehehehe. Gemez..
Setelah itu anaknya mulai suka sama buku, tiada hari tanpa dibacain buku. Sekarang di usia dua tahun udah bisa buka-buka dan bercerita sendiri. Sekarang Asiyah juga sudah hafal cerita per halamannya Halo Balita. Jadi kalo saya udah keburu ngantuk bacainnya (jadi suka ngaco-ngaco yang kesebut) Asiyah udah bisa protes, hehe. Sudah hafal sampai ke dialognya. Sebelum tidur juga udah ritual wajib untuk baca buku halo balita pilihannya, sekarang dibatasi sampai lima aja kalo ga bisa ga tidur-tidur.
Salah satu keuntungan nyata yang terasa adalah anaknya dapat tambahan aneka kosa kata dan struktur kalimat. Di usia dua tahun ini kemampuan Bahasa Indonesia Asiyah bisa dibilang sangat baik, bisa bikin kalimat kompleks dengan nada dan intonasi yang jelas. Entah memang anaknya punya kecenderungan kemampuan dalam hal verbal atau karena pengaruh buku ini, ataukah kombinasi keduanya.
Alur cerita di buku juga bisa di relate ke kehidupan sehari-hari. Misal, Asiyah lagi senang-senangnya menyusun menara lego sampai tinggi, tapi suka dipindah-pindahin jadi mudah roboh. Kalo legonya roboh, Asiyah suka kesal dan teriak, akhirnya diingatkan dengan cuplikan kisah Saliha dalam buku yang berjudul 'Aku Anak Sabar', kita bilang "Asiyah, sabar sayang, kalo pelan-pelan bisa deh, kaya Saliha.." Mirip seperti kata-kata di buku, dia pun langsung mengulang kata-kata tersebut tiap kali mau frustasi legonya ambruk (yang akibat ulah dia sendiri juga). Atau dia jadi suka pakai jilbab lalu ditumpuk topi, persis seperti gaya Saliha dalam buku yang berjudul 'Aku Cantik Pakai Jilbab'. Dan aneka influence positif lainnya. Karena setahu saya memang usia balita ini masanya mereka sangat senang meniru.
Sudah mulai juga muncul pertanyaan-pertanyaan ajaib lagi abstrak semacam, "Bunda, 'lebih' itu apa?", 'Bunda, 'membaca' itu apa?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bikin garuk-garuk kepala gimana penjelasan sederhananya, heu.. Alhamdulillah..
Oo.. Aku suka bukuu..
Selanjutnya, Bunda pengen Seri Teladan Rasulullah, masih dari penerbit yang sama. Semoga ada diskon lagi, aamiin! Hihi..
Belinya dimana?
Karena keseringan beli buku dari penerbit ini (total udah 4 paket) akhirnya ku memberanikan untuk jadi book advisor, setelah empat tahun jadi konsumen (dan reviewer) sendiri heu. Jadi yang mau dibantu pesankan atau mau nanya-nanya bisa langsung ke @dhefimaputri atau ke olshop aku juga boleh @lagomie.store (ada aneka barang mom and baby juga disana).
Sekian cerita tentang Halo Balita kali ini, semoga ada manfaatnya :)
Gothenburg, Desember 2016
Bunda Asiyah.
Jazakillah khoir.. sangat membantu infonya untuk dipraktikkan ke adik adik dirumah.
ReplyDeleteSalam kenal sebelumnya Mba iie 😃
wa jazakillah khoir.. alhamdulillah kalo ada manfaatnya. salam jenal jg mba reni :)
DeleteAlhamdulillah nemu ini, terima kasih penjelasannya mba, izin share link ya mba..
ReplyDeletesilakan mba :D smg bermanfaat
DeleteSalam kenal Bunda.. reviewnya membantu sekali buat saya...
ReplyDelete