Notulen Reminder Review
Ustadzah Haneen Akira,
"Kita boleh sombong, asalkan ga ada lagi yang lebih daripada kita. Kalo masih ada (yang lebih daripada kita), itu namanya bukan sombong, tapi NORAK. Dan cuma Allah yang ga punya tandingan, ga ada yang melebihi Allah. Jadi cuma Allah yang berhak sombong."
Ustadz Oemar Mita,
"Bu, sebenernya kenapa sih mau punya anak sholih/ah? Kita berdoa mau punya anak sholih/ah, tapi tahu gak kenapa sih emangnya? (Apa keutamaan punya anak sholih/ah)?).
Ada tiga.
Pertama, syafaat. Di akhirat nanti, saat kita udah bisa mikirin diluar diri kita sendiri (hisab selesai), orang pertama yang kita tanyakan ke Allah itu bukan dimana pasangan kita, bukan dimana anak kita, tapi dimana orang tua kita. Anak yang sholih bisa menarik orang tuanya ke surga, bahkan naik level surganya.
Kedua, doa. Bu, maaf ya, cuma anak sholih/ah yang doanya akan bermanfaat ke kita. Kalo anak ga sholih/ah, jangankan doa untuk orang tua, doa untuk diri sendiri aja belum tentu diterima. Dan juga cuma anak sholih/ah yang akan inget dan mau untuk mendoakan orang tuanya.
Ketiga, biar kita ga dibilang mandul sama Allah. Mandul itu bukan orang yang ga punya anak, bukan orang yang ga melahirkan anak. Tapi, mandul itu kalo anak kita, ga memberi manfaat untuk agama Allah."
Ustadz Hanan Attaki,
"Gimana sih cara sabar? Pertama, perbanyak rukuk dan sujud (shalat). Kedua, jangan mengeluh. Ketiga, lihat yang lebih rendah dari kita."
Teh Kiki Barkiah,
"Mungkin aja anak kita dibilang nakal sama orang, atau kalo pun emang beneran perilakunya nakal sekalipun, biarlah kita jadi orang yang paling sabar dengan mereka."
Bu Elly Risman,
"Maafkan (generasi) nenek ini ya, nak. Kami mengira bahwa anak-anak sukses itu yang hebat di karirnya. Kami lupa menyiapkan (generasi) kalian untuk jadi hamba Allah yang taat, istri/suami, dan juga jadi orang tua. Maafkanlah kami ya nak.
Padahal, tujuan pendidikan itu setidaknya ada empat bagi anak perempuan, dan tujuh pada anak laki-laki. Pertama, jadi hamba Allah yang taat. Kedua, jadi suami/istri yang baik. Ketiga, jadi ibu/ayah yang baik. Keempat, barulah bermanfaat pada sekitar (profesional). Untuk anak lelaki ditambah juga kewajiban mendidik, mengayomi, berjihad.
Mendidik anak itu hasilnya bukan sekarang. Tapi nanti, bisa 10-15 tahun lagi."
Sehari tanpa ilmu itu, bahaya. Hati ibarat tubuh yang juga butuh energi, butuh nutrisi. Ilmu bukan hanya untuk wawasan, bukan hanya untuk nambah apa yang kita tahu. Malah boleh jadi yang diomongin juga hal yang udah pernah kita dengar. Ilmu itu, untuk menambah iman.
Kalo ngandelin kemampuan diri, kayaknya ga akan sanggup jalanin hari-hari. Tapi, manusia yang kuat bukanlah yang paling mampu segala hal. Manusia bisa kuat saat ia menyandarkan segalanya kepada Allah. Semakin (sadar kalo) kita lemah, semakin bergantung hanya kepada Allah, maka semakin kuatlah kita menghadapi apa yang ada di hadapan kita.
*Rangkuman beberapa quotes atau inti sari kajian seadanya, kurang lebih.
"Kita boleh sombong, asalkan ga ada lagi yang lebih daripada kita. Kalo masih ada (yang lebih daripada kita), itu namanya bukan sombong, tapi NORAK. Dan cuma Allah yang ga punya tandingan, ga ada yang melebihi Allah. Jadi cuma Allah yang berhak sombong."
Ustadz Oemar Mita,
"Bu, sebenernya kenapa sih mau punya anak sholih/ah? Kita berdoa mau punya anak sholih/ah, tapi tahu gak kenapa sih emangnya? (Apa keutamaan punya anak sholih/ah)?).
Ada tiga.
Pertama, syafaat. Di akhirat nanti, saat kita udah bisa mikirin diluar diri kita sendiri (hisab selesai), orang pertama yang kita tanyakan ke Allah itu bukan dimana pasangan kita, bukan dimana anak kita, tapi dimana orang tua kita. Anak yang sholih bisa menarik orang tuanya ke surga, bahkan naik level surganya.
Kedua, doa. Bu, maaf ya, cuma anak sholih/ah yang doanya akan bermanfaat ke kita. Kalo anak ga sholih/ah, jangankan doa untuk orang tua, doa untuk diri sendiri aja belum tentu diterima. Dan juga cuma anak sholih/ah yang akan inget dan mau untuk mendoakan orang tuanya.
Ketiga, biar kita ga dibilang mandul sama Allah. Mandul itu bukan orang yang ga punya anak, bukan orang yang ga melahirkan anak. Tapi, mandul itu kalo anak kita, ga memberi manfaat untuk agama Allah."
Ustadz Hanan Attaki,
"Gimana sih cara sabar? Pertama, perbanyak rukuk dan sujud (shalat). Kedua, jangan mengeluh. Ketiga, lihat yang lebih rendah dari kita."
Teh Kiki Barkiah,
"Mungkin aja anak kita dibilang nakal sama orang, atau kalo pun emang beneran perilakunya nakal sekalipun, biarlah kita jadi orang yang paling sabar dengan mereka."
Bu Elly Risman,
"Maafkan (generasi) nenek ini ya, nak. Kami mengira bahwa anak-anak sukses itu yang hebat di karirnya. Kami lupa menyiapkan (generasi) kalian untuk jadi hamba Allah yang taat, istri/suami, dan juga jadi orang tua. Maafkanlah kami ya nak.
Padahal, tujuan pendidikan itu setidaknya ada empat bagi anak perempuan, dan tujuh pada anak laki-laki. Pertama, jadi hamba Allah yang taat. Kedua, jadi suami/istri yang baik. Ketiga, jadi ibu/ayah yang baik. Keempat, barulah bermanfaat pada sekitar (profesional). Untuk anak lelaki ditambah juga kewajiban mendidik, mengayomi, berjihad.
Mendidik anak itu hasilnya bukan sekarang. Tapi nanti, bisa 10-15 tahun lagi."
Sehari tanpa ilmu itu, bahaya. Hati ibarat tubuh yang juga butuh energi, butuh nutrisi. Ilmu bukan hanya untuk wawasan, bukan hanya untuk nambah apa yang kita tahu. Malah boleh jadi yang diomongin juga hal yang udah pernah kita dengar. Ilmu itu, untuk menambah iman.
Kalo ngandelin kemampuan diri, kayaknya ga akan sanggup jalanin hari-hari. Tapi, manusia yang kuat bukanlah yang paling mampu segala hal. Manusia bisa kuat saat ia menyandarkan segalanya kepada Allah. Semakin (sadar kalo) kita lemah, semakin bergantung hanya kepada Allah, maka semakin kuatlah kita menghadapi apa yang ada di hadapan kita.
*Rangkuman beberapa quotes atau inti sari kajian seadanya, kurang lebih.
Comments
Post a Comment