Math Around Us #Day9
Matematika hari ini seputar logika.. Hari ini kita ke perpustakaan lokal dekat rumah, bertiga saja. Maryam digendong pakai babycarrier, Asiyah di stroller. Sebelumnya kita belanja beberapa keperluan sebentar di supermarket centrum.
Di perpustakaan..
A: Bunda, pas kita masuk, kenapa pintunya kalo dipencet terus kebuka sendiri? (ada semacam pencetan besar di dinding sebrang pintunya, biar bisa kebuka otomatis bagi yg membutuhkan. Bukan pintu pakai sensor, jadi harus dipencet dulu, buka manual juga bisa).
B: Oh, itu karena ada mesinnya.
A: Kenapa ada mesinnya?
B: (hmmm... kayaknya masi belum puas dari penjelasan pertanyaan pertama. yakni pintu otomatis, jadi bukan si mesin highlightnya) Biar orang-orang yang udah tua, yang bawa stroller, yang naik kursi roda, bisa mudah masuknya..
A: *manggut-manggut* (Yess! Diam artinya udah terpuaskan jawabannya. Kalo keponya belum terjawab bakal lanjut terus kenapa-nya. Jadi harus pandai-pandai si Bunda mencermati pertanyaan. Kadang yang ditanya ga bermakna literal, karena masih terbatas kemampuan mengungkapkan pikiran jadi yang ditanyain pasti ujung-ujung kalimat jawaban aja. Harus pinter-pinter menganalisis ini akar keingintahuannya tentang apa sih)
Di perjalanan pulang, melewati preschool yang isinya anak-anak kecil (kurang dari tiga tahun).
A: Bunda, kenapa itu ga ada ayunannya?
B: Oh, iya perosotan aja ya adanya. Mungkin karena anak-anaknya masih terlalu kecil.
A: Kenapa terlalu kecil? (pola: ngulang keterangan paling belakang).
B: Iya, jadi kalo naik ayunan belum bisa. Bisanya perosotan aja.
A: *terdiam, lanjut ngunyah donat di stroller* (Yap bener lagi. Yang di kepo-in itu kenapa anak-anak ga disediain ayunan, jadi fokusnya bukan ke pertanyaan 'kenapa terlalu kecil' karena anaknya ngulang pola aja kalo akar keponya belum masuk logikanya. Dengan kata lain, walopun yang ditanyain 'kenapa terlalu kecil', itu hanya indikasi bahwa jawaban sebelumnya belum 'menjawab').
Benarlah jadi ibu itu artinya jadi madrasah, jadi sekolah bagi anak. Terus menerus sampai mereka (setidaknya) baligh, siap lepas.. Waktu bayi, kita dampingi belajar tentang 'trust' pada caretaker-nya. Besaran lagi, kita dampingi belajar tentang adanya persepsi jarak (separation anxiety). Dan seterusnya. Seorang ibu akan terus mendampingi anak-anaknya belajar mengenal dunia, menyiapkan sang anak bisa hidup dgn baik (semoga selamat sampai akhirat), mentransfer apa yang ia tahu ke anaknya. Semoga Allah bimbing para ibu dalam menjalankan perannya..
Maryam juga ikut lihat-lihat dan bercanda-bercanda di perpustakaan. Maryam bobo awalnya, bangun pas sampe sana. Main-main sebentar. Lanjut bobo lagi. Pakein jaket juga sambil bobo. Semoga jadi ikut menikmati dan belajar tentang dunia luar ya nak. Ganti-ganti suasana.. Karena winter, paling cocok jalan-jalan ya ke indoor space gini.
Alhamdulillah. Terima kasih ya Rabb untuk hari ini :)
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Di perpustakaan..
A: Bunda, pas kita masuk, kenapa pintunya kalo dipencet terus kebuka sendiri? (ada semacam pencetan besar di dinding sebrang pintunya, biar bisa kebuka otomatis bagi yg membutuhkan. Bukan pintu pakai sensor, jadi harus dipencet dulu, buka manual juga bisa).
B: Oh, itu karena ada mesinnya.
A: Kenapa ada mesinnya?
B: (hmmm... kayaknya masi belum puas dari penjelasan pertanyaan pertama. yakni pintu otomatis, jadi bukan si mesin highlightnya) Biar orang-orang yang udah tua, yang bawa stroller, yang naik kursi roda, bisa mudah masuknya..
A: *manggut-manggut* (Yess! Diam artinya udah terpuaskan jawabannya. Kalo keponya belum terjawab bakal lanjut terus kenapa-nya. Jadi harus pandai-pandai si Bunda mencermati pertanyaan. Kadang yang ditanya ga bermakna literal, karena masih terbatas kemampuan mengungkapkan pikiran jadi yang ditanyain pasti ujung-ujung kalimat jawaban aja. Harus pinter-pinter menganalisis ini akar keingintahuannya tentang apa sih)
Di perjalanan pulang, melewati preschool yang isinya anak-anak kecil (kurang dari tiga tahun).
A: Bunda, kenapa itu ga ada ayunannya?
B: Oh, iya perosotan aja ya adanya. Mungkin karena anak-anaknya masih terlalu kecil.
A: Kenapa terlalu kecil? (pola: ngulang keterangan paling belakang).
B: Iya, jadi kalo naik ayunan belum bisa. Bisanya perosotan aja.
A: *terdiam, lanjut ngunyah donat di stroller* (Yap bener lagi. Yang di kepo-in itu kenapa anak-anak ga disediain ayunan, jadi fokusnya bukan ke pertanyaan 'kenapa terlalu kecil' karena anaknya ngulang pola aja kalo akar keponya belum masuk logikanya. Dengan kata lain, walopun yang ditanyain 'kenapa terlalu kecil', itu hanya indikasi bahwa jawaban sebelumnya belum 'menjawab').
Benarlah jadi ibu itu artinya jadi madrasah, jadi sekolah bagi anak. Terus menerus sampai mereka (setidaknya) baligh, siap lepas.. Waktu bayi, kita dampingi belajar tentang 'trust' pada caretaker-nya. Besaran lagi, kita dampingi belajar tentang adanya persepsi jarak (separation anxiety). Dan seterusnya. Seorang ibu akan terus mendampingi anak-anaknya belajar mengenal dunia, menyiapkan sang anak bisa hidup dgn baik (semoga selamat sampai akhirat), mentransfer apa yang ia tahu ke anaknya. Semoga Allah bimbing para ibu dalam menjalankan perannya..
Maryam juga ikut lihat-lihat dan bercanda-bercanda di perpustakaan. Maryam bobo awalnya, bangun pas sampe sana. Main-main sebentar. Lanjut bobo lagi. Pakein jaket juga sambil bobo. Semoga jadi ikut menikmati dan belajar tentang dunia luar ya nak. Ganti-ganti suasana.. Karena winter, paling cocok jalan-jalan ya ke indoor space gini.
Alhamdulillah. Terima kasih ya Rabb untuk hari ini :)
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Comments
Post a Comment