tentang menyusui, tulisan sarra risman

mungkin bunda memang ga punya gunungan emas, atau uang yg tak berseri.. ilmu pun terbatas.. bunda hanya punya ikhtiar utk menyusui kalian dgn sempurna.. 

smg tiap waktu yg dilalui, tiap tetes yg mengalir, tiap erat hangat dekapan, akan membantu kalian mjd insan yg takwa.. shalihah ya nak.. karena syafaat kalian, doa kalian, amal kalian yg kami harapkan..

--
ditulis oleh: sarra risman


Bismillah..
Kehebatan gizi dalam asi sudah tidak terbantahkan lagi. Kecanggihan teknologi sudah tuntas mengupas kuasa allah dalam setiap tetesnya. Pentingnya menyusui bayi sudah dikampanyekan dari pusat kota sampai pelosok desa, asosiasinya ada, bahkan sudah tertulis juga buku asi untuk para ayah. Ini bukan bidang saya, sehingga saya tidak akan banyak bicara dari segi kesehatannya, saya cuma akan berbagi pengalaman yang saya lewati saja. 
Menurut saya target utama menyusui justru bukan dari segi gizi. Bonding yang tercipta ketika prosesnya berlangsung yang justru jauh lebih mahal. Menyusui secara langsung mengajarkan saya luar biasa banyak hal setiap langkah nya. 
Seorang ibu harus belajar tabah untuk terus menyusui walau puting payudaranya luka di awal proses menyusui karena bayi (dan ibu) sedang mencari posisi kelekatan yang pas, apalagi para ibu baru. Baru beberapa bulan sembuh, si ibu kembali menguatkan hati karena harus menahan sakit ketika puting payudaranya di gigit oleh gusi yang belum, sedang, atau bahkan sudah bergigi. Dan karena anaknya bahkan belum berusia 1 tahun, jadi tidak bisa di marahi. 
Menyusui secara langsung mengajarkan kesabaran untuk menunggu sampai anak kenyang atau tertidur untuk melepas payudaranya agar bisa melakukan hal-hal yang ingin atau terkadang harus ia lakukan, seperti ke kamar mandi. Para ayah tidak tahu pegalnya berbaring ke satu sisi berjam-jam karena kalau kita lepas, bayi yang tertidur itu kembali melek matanya, dan hal yang benar-benar kita harus lakukan itu jadi malah tertunda semakin lama. 
Menyusui secara langsung dapat merangsang kreatifitas. Ketika mata bayi melihat wajah saya saat menyusui, saya biasanya membuat beragam bentuk muka atau mengajak ngobrol anaknya. Atau kalau dia sudah tertidur dan gadget yang biasa dipegang tidak tergapai, kita harus menghibur diri dengan hal-hal lain sambil menunggu tidur nya benar-benar nyenyak. Syukur-syukur kalau ada ayat quran yang harus di murajaah.
Menyusui secara langsung mengajarkan bersyukur. Sambil memandangi sempurnanya ciptaan Allah dari jarak sejengkal, 730 hari. Mata yang bulat, alis yang sempurna untuk komposisi wajahnya. Hidung kecil yang dielus-elus dan doakan agar kelak memanjang ke depan. Bibir keriting yang tidak bosan dan berhenti mengisap berpuluh-puluh menit. Rambut yang tumbuhnya tidak rata menutupi seluruh kepala dan kuping yang cuma kelihatan sebelah setiap kali menyusui itu didoakan agar nanti dapat bersabar menerima semua nasihat ibunya.
Sebuah penelitian di Jerman membuktikan bahwa memandang wajah seseorang selama beberapa menit akan menumbuhkan rasa kasih sayang, empati, dan semua rasa-rasa positif lainnya. Bayangkan betapa kuatnya cinta mengakar dari seorang ibu ke anaknya dan sebaliknya pula dengan menyusui secara langsung dan saling bertatapan dan tersenyum. 
Menyusui mengajarkan istiqomah dan mengalah. Melakukan sesuatu dengan telaten, berhari, berminggu, berbulan, bertahun. Tidak ada cuti, tidak pandang wiken, atau kesibukan. Ketika mulut kecil itu menangis, kita belajar untuk meletakkan segala hal lain yang sedang kita kerjakan, dan menyusui. 
Menyusui mengajarkan ikhlas. Memberi dan terus memberi tanpa henti dan tidak mengharapkan balasan apapun, seperti matahari. 
Menyusui secara langsung bahkan mengajarkan saya bahwa ada ujung di setiap hal di bumi. Betapapun kita mencintai (atau membenci) proses menyusui, ini pun ada akhirnya. Karena saya penganut MMA (Menyapih Menurut Al-Quran), maka proses penyusuan saya berhenti di usia 2th hijriyah teng-teng. Karena bagi saya, kalau allah menyebutkan angka yang jelas dalam dalilNya, maka angka tersebut harus diikuti adanya, sama seperti jumlah rakaat shalat, lama puasa, putaran thawaf, dan lain-lain. Jadi dalam proses pemberhentian penyusuan pun saya masih belajar konsisten, tega, sabar, tegas namun tetap penuh kasih sayang. 
Jadi menurut saya malah perintah allah akan menyusui ini justru lebih menguntungkan para ibu. Seharusnya, setelah masa penyusuan ini berakhir, para ibu sudah bermetamorfosa menjadi mahluk yang lebih baik lagi. Yang lebih tabah, sabar, kreatif, istiqamah dan bersyukur. Nilai yang tertancap selama 2th ini seharusnya cukup untuk menjadi fondasi pengasuhan minimal 20th ke depan. 
Selain berpahala karena melakukan salah satu jobdesc dari allah, menyusui secara langsung menciptakan bonding yang tidak lekang waktu. Bonding ini yang tidak bisa di logikakan dengan akal, diteorisasikan dalam buku dan dibuktikan dalam satuan gram oleh kecanggihan mesin dan teknologi. Itu mungkin mengapa Allah memerintahkan jika ada ibu yang tidak bisa menyusui anaknya secara langsung, lebih baik memberikannya kepada yang bisa. Karena bonding skin-to-skin ini yang tidak terbayar rupiah. Lihat bagaimana bonding Rasulullah dengan Halimah bahkan ketika Beliau sudah dewasa. 
Saya percaya bahwa kata-kata, kedekatan, kehangatan, belaian, doa dan kasih sayang yang terjalin dari 2 tahun pertama itu yang akan menjadi fondasi kokoh dari seorang manusia yang shalih, sukses, percaya diri, dan cerdas. Pelukan yang diberikan dengan pemenuhan kebutuhan secara seketika itu yang membangun rasa saling percaya. Rasa percaya bahwa ibu akan selalu ada, membantu, melindungi, dan mencinta. Bonding itu yang kita harapkan akan tetap terjaga, yang mengingatkan mereka untuk mengadahkan tangan atau berbisik dalam sujudnya dan mendoakan ketika kita sudah tiada. 
"You can't buy love. Because when it's real, it's priceless"
-Anonymous

*jika dirasa manfaat, silahkan membagikan artikel ini
** artikel ini tidak dibuat untuk membandingkan antara ibu yang bisa menyusui/tidak, secara langsung/tidak, murni hanya sharing opini penulis atas pengalamannya saja, seperti biasa.

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia