Pohon Literasi #Day1
Tantangan level 5 dari kelas Bunda Sayang IIP adalah mengenai literasi alias baca membaca. Wah, saya antusias sekalii :D
Jadi kami diminta membuat pohon literasi di rumah, tiap dahannya mewakili tiap anggota keluarga, daun-daunnya adalah buku atau bab yang sudah dibaca. Semoga dengan adanya pohon literasi di rumah kita, kita jadi makin teringat dan semangat dalam membaca dan menangkap makna.
Iya, karena hal penting dari proses membaca bukan sekedar seberapa banyak halaman yang dibuka, tapi sedalam apa kita bisa menangkap makna. Jangan sampai baca banyak tapi ga ngasi kebaikan apa-apa untuk diri kita.
Proyek ini dimulai tanggal 26 Oktober 2017. Kebetulan di rumah udah dipasang wall sticker gambar pohon, jadi tinggal ditambah daunnya aja. Dahannya juga pas ada 4 sesuai jumlah anggota keluarga (Ayah, Bunda, Asiyah dan Maryam). Daunnya saya pake selotip kertas warna hijau aja, kebetulan ada di rumah juga. Bisa ditulis-tulis dan ga membekas ke dinding.
Di hari pertama ini Asiyah baca tiga buku sebelum tidur dan beberapa buku tambahan sepanjang siang. Buku tentang angka, peternakan, dan pooh. Siangnya baca buku iqra hitam (sampai huruf kha), iqra attaisir, little nutbrown hare, dan beberapa buku lainnya (kok bunda lupa apa aja ya, kayaknya ada 2-4 buku lainnya).
Bunda baca satu bab dari buku 'Perjuangan yang Ter(-di)lupakan'. Ini tentang kisah jejak islam di Indonesia dari zaman prakemerdekaan. Bab pertama menceritakan kisah founding fathers negeri ini membuat dasar negara. Bab ini membantu saya mendalami makna kalimat pertama proklamasi 'Atas Rahmat Allah yang Maha Kuasa'. Iya, bangsa ini adalah bangsa yang (seharusnya) bersyukur. Kemerdekaan kita diawali dengan kalimat syukur. MasyaAllah..
Juga betapa terkejutnya saya akan isi piagam jakarta. Bahwa, syariat islam ditulis sbg dasar bernegara yang harus dijalankan (hukum islabagi muslim). Suasana diskusi digambarkan. Ada pihak dari nasionalis sekuler dan juga kubu islam. Ah, deg-degan baca pidato ketua muhammadiyah saat itu. Sayangnya, pidato-pidato tokoh islam di sidang BPUPKI tak banyak di rekam sejarah katanya.
Dede Maryam belum dibacain buku, insyaAllah besok yaa nak :D pake high contrass book
Ayah masi setia baca paper kayaknya hihi. Kemarin bawa pulang papernya yang baru publish, alhamdulillaah.
#IIP
#Tantangan10Hari
#BundaSayang
#IbuProfesional
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst
Jadi kami diminta membuat pohon literasi di rumah, tiap dahannya mewakili tiap anggota keluarga, daun-daunnya adalah buku atau bab yang sudah dibaca. Semoga dengan adanya pohon literasi di rumah kita, kita jadi makin teringat dan semangat dalam membaca dan menangkap makna.
Iya, karena hal penting dari proses membaca bukan sekedar seberapa banyak halaman yang dibuka, tapi sedalam apa kita bisa menangkap makna. Jangan sampai baca banyak tapi ga ngasi kebaikan apa-apa untuk diri kita.
Proyek ini dimulai tanggal 26 Oktober 2017. Kebetulan di rumah udah dipasang wall sticker gambar pohon, jadi tinggal ditambah daunnya aja. Dahannya juga pas ada 4 sesuai jumlah anggota keluarga (Ayah, Bunda, Asiyah dan Maryam). Daunnya saya pake selotip kertas warna hijau aja, kebetulan ada di rumah juga. Bisa ditulis-tulis dan ga membekas ke dinding.
Di hari pertama ini Asiyah baca tiga buku sebelum tidur dan beberapa buku tambahan sepanjang siang. Buku tentang angka, peternakan, dan pooh. Siangnya baca buku iqra hitam (sampai huruf kha), iqra attaisir, little nutbrown hare, dan beberapa buku lainnya (kok bunda lupa apa aja ya, kayaknya ada 2-4 buku lainnya).
Bunda baca satu bab dari buku 'Perjuangan yang Ter(-di)lupakan'. Ini tentang kisah jejak islam di Indonesia dari zaman prakemerdekaan. Bab pertama menceritakan kisah founding fathers negeri ini membuat dasar negara. Bab ini membantu saya mendalami makna kalimat pertama proklamasi 'Atas Rahmat Allah yang Maha Kuasa'. Iya, bangsa ini adalah bangsa yang (seharusnya) bersyukur. Kemerdekaan kita diawali dengan kalimat syukur. MasyaAllah..
Juga betapa terkejutnya saya akan isi piagam jakarta. Bahwa, syariat islam ditulis sbg dasar bernegara yang harus dijalankan (hukum islabagi muslim). Suasana diskusi digambarkan. Ada pihak dari nasionalis sekuler dan juga kubu islam. Ah, deg-degan baca pidato ketua muhammadiyah saat itu. Sayangnya, pidato-pidato tokoh islam di sidang BPUPKI tak banyak di rekam sejarah katanya.
Dede Maryam belum dibacain buku, insyaAllah besok yaa nak :D pake high contrass book
Ayah masi setia baca paper kayaknya hihi. Kemarin bawa pulang papernya yang baru publish, alhamdulillaah.
Ini penampakan pohon literasi kami
#IIP
#Tantangan10Hari
#BundaSayang
#IbuProfesional
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst
Comments
Post a Comment