Ibu yang Kokoh (Rangkuman kajian Ust Bendri Jaisyurahman)
Ada seorang ibu sedang sibuk di dapur, ada tamu hendak datang ke rumahnya. Selayaknya para ibu, ia akan berjibaku di dapur menyiapkan aneka suguhan terbaik yang ada. Saat tamunya datang, ia pun menyambut mereka.
Di saat itu, sang anak ke dapur. Ia lihat aneka makanan terhidang. Ia cicipi semua jenis yang ada. Tak lama kemudian sang ibu pun kasuk, betapa kagetnya ia, spontan sang ibu berucap,
"Sudais! Ibu laknat kamu menjadi imam masjidil haram!"
Ialah ibunda dari imam masjidil haram tersohor, As-sudais. Ia menyadari betul, lisannya mampu menembus langit, menjadi percepatan luar biasa akan apa yang diucapkannya. Sungguh, ibu istimewa melahirkan manusia yang juga istimewa.
Diatas adalah cuplikan kisah dari kajian ust Bendri Jaisyurahman dengan judul "Menjadi Ibu yang Selalu Dirindukan Anaknya".
Perubahan bangsa ini bisa dimulai dari tangan wanita, dari lisan para ibu.
Menurut Ust Bendri, agar menjadi ibu yang dirindukan, ada beberapa hal yang harus dimiliki seorang ibu, yakni=
1. Me-time
Waktu ibu bertahajud. beribadah dengan leluasa. Anak-anak dipegang suami. Tahajud, tilawah. Di saat ini mintalah kekuatan ke Allah.
2. Couple time
Waktu berbicara dengan suami. Rasulullah saw tiap malam meluangkan waktu utk mendengarkan istrinya
3. Family time
pergi bersama keluarga
4. Social time
pengajian atau semisalnya yang baik-baik
Ibu sebisa mungkin menulis. agar emosi tidak terguncang. Menulislah dengan jujur, walau hanya di diary. Menetralisir sampah ke tuisan, sehingga ibu siap saat berhadapan dengan anak memberikan bunga.
Ibu yang senang sama anak, senang memeluk anak, membawa aura positif.
Selanjutnya, ibu harus punya beberapa skill agar ibu dirindukan. Setidaknya ada tiga skill=
1. Memasak
Masakan ibu tak tergantikan, walopun telor ceplok rasanya bisa beda.
2. Memijit
Memberi makna pada tiap sentuhan. Tiap orang senang dengan sentuhan, tapi saat abg mungkin ogah dipeluk, maka momen memijit bisa dimanfaatkan.
Ada tiga titik krusial yakni punggung, perut, dan telapak tangan.
Saat ibu memijit anak, anak lebih lancar bercerita. Yang kita inginkan adalah anak tidak menyimpan privasi terhadap kita. Tugas ibu di era sekarang adalah membuat anak bercerita.
3. Mendengar
Ibu butuh merespon dengan baik. Saat anak bercerita, tanggapi dengan ungkapan penyambung seperti "ckckck" (teknik cicek), "ya Allah hoo gitu..", "hoo..", "hmmm gitu.. hmmm.."
Anak yang sedang bercerita butuhnya dua, dipahami dan dibela. nasihatnya nanti dulu.
Ciri anak siap dinasihati itu telapak tangannya enak dipegang, punggungnya enak diusap, dan nafasnya teratur.
Ibu harus dirindukan, sesuai fungsi dasar ibu; al-wadud (kasih sayang). Jangan ambil peran ayah, peran qawwam, seperti membuat aturan.
Ayah sosok yang butuh tegas, menegakan aturan. Sedangkan ibu memberi rasa nyaman. Jangan kebalik, jangan ibu yang bikin nangis. Katakan pada suami, "Mas, ini wilayah kamu, jangan bikin aku dimusuhi." Lihat luqman saat menasihati anaknya (ayah ke anak).
Mendidik generasi islam terbaik dimulai dengan menjalankan fungsi ibu dan ayah sebagai fungsi dasarnya.
ibu memang madrasah pertama, tapi ayah kepala sekolahnya. katakan kepada suami, "aku madrasahnya, kamu kepala sekolahnya. bimbing aku apa yang harus aku lakukan untuk anak-anak kita."
Di saat itu, sang anak ke dapur. Ia lihat aneka makanan terhidang. Ia cicipi semua jenis yang ada. Tak lama kemudian sang ibu pun kasuk, betapa kagetnya ia, spontan sang ibu berucap,
"Sudais! Ibu laknat kamu menjadi imam masjidil haram!"
Ialah ibunda dari imam masjidil haram tersohor, As-sudais. Ia menyadari betul, lisannya mampu menembus langit, menjadi percepatan luar biasa akan apa yang diucapkannya. Sungguh, ibu istimewa melahirkan manusia yang juga istimewa.
Diatas adalah cuplikan kisah dari kajian ust Bendri Jaisyurahman dengan judul "Menjadi Ibu yang Selalu Dirindukan Anaknya".
Perubahan bangsa ini bisa dimulai dari tangan wanita, dari lisan para ibu.
Menurut Ust Bendri, agar menjadi ibu yang dirindukan, ada beberapa hal yang harus dimiliki seorang ibu, yakni=
1. Me-time
Waktu ibu bertahajud. beribadah dengan leluasa. Anak-anak dipegang suami. Tahajud, tilawah. Di saat ini mintalah kekuatan ke Allah.
2. Couple time
Waktu berbicara dengan suami. Rasulullah saw tiap malam meluangkan waktu utk mendengarkan istrinya
3. Family time
pergi bersama keluarga
4. Social time
pengajian atau semisalnya yang baik-baik
Ibu sebisa mungkin menulis. agar emosi tidak terguncang. Menulislah dengan jujur, walau hanya di diary. Menetralisir sampah ke tuisan, sehingga ibu siap saat berhadapan dengan anak memberikan bunga.
Ibu yang senang sama anak, senang memeluk anak, membawa aura positif.
Selanjutnya, ibu harus punya beberapa skill agar ibu dirindukan. Setidaknya ada tiga skill=
1. Memasak
Masakan ibu tak tergantikan, walopun telor ceplok rasanya bisa beda.
2. Memijit
Memberi makna pada tiap sentuhan. Tiap orang senang dengan sentuhan, tapi saat abg mungkin ogah dipeluk, maka momen memijit bisa dimanfaatkan.
Ada tiga titik krusial yakni punggung, perut, dan telapak tangan.
Saat ibu memijit anak, anak lebih lancar bercerita. Yang kita inginkan adalah anak tidak menyimpan privasi terhadap kita. Tugas ibu di era sekarang adalah membuat anak bercerita.
3. Mendengar
Ibu butuh merespon dengan baik. Saat anak bercerita, tanggapi dengan ungkapan penyambung seperti "ckckck" (teknik cicek), "ya Allah hoo gitu..", "hoo..", "hmmm gitu.. hmmm.."
Anak yang sedang bercerita butuhnya dua, dipahami dan dibela. nasihatnya nanti dulu.
Ciri anak siap dinasihati itu telapak tangannya enak dipegang, punggungnya enak diusap, dan nafasnya teratur.
Ibu harus dirindukan, sesuai fungsi dasar ibu; al-wadud (kasih sayang). Jangan ambil peran ayah, peran qawwam, seperti membuat aturan.
Ayah sosok yang butuh tegas, menegakan aturan. Sedangkan ibu memberi rasa nyaman. Jangan kebalik, jangan ibu yang bikin nangis. Katakan pada suami, "Mas, ini wilayah kamu, jangan bikin aku dimusuhi." Lihat luqman saat menasihati anaknya (ayah ke anak).
Mendidik generasi islam terbaik dimulai dengan menjalankan fungsi ibu dan ayah sebagai fungsi dasarnya.
ibu memang madrasah pertama, tapi ayah kepala sekolahnya. katakan kepada suami, "aku madrasahnya, kamu kepala sekolahnya. bimbing aku apa yang harus aku lakukan untuk anak-anak kita."
Comments
Post a Comment