Si Kecil dan Hjällbo
pesawat lewat..
"Dadaah pesawaat. Bye-bye! Mau ke Hjällbo ya?"
****
"Kalo Asiyah nangis kita pulang aja deh."
"Ke Hjällbo?" Lalu anaknya malah ngarep pulang.
****
"Nanti bulan Juli kita ke Hjällbo." Ucapnya out of the blue.
****
Sehari bisa berkali-kali anaknya nyebut tentang 'pulang ke Hjällbo'. Hjällbo itu nama daerah tinggal kita di Swedia. Mencelos hati ini.
Saya rasa bukannya si kecil ga suka dengan Indonesia, toh dia terlihat sangat senang apalagi main sama tante-tantenya, tapi ga bisa dipungkiri mudik itu bisa 'overwhelming' untuk anak kecil, apalagi masih batita seperti Asiyah.
Tempat baru, suasana baru, orang baru, kebiasaan baru, dsb.
Dan saya jadi tersadar satu hal. Core memory tiap orang beda ya. Saya dan si kecil walopun sama-sama berdarah Indonesia tulen tetaplah punya latar belakang yang berbeda. Ia terbiasa dengan keteraturan, kebersihan, ketenangan, keademan khas Gothenburg. Keruwetan jalanan ibukota yang menurut saya justru nostalgik dan ngangenin, adalah hal asing baginya. Maka sekalipun sama-sama berambut hitam, sama-sama makan nasi, tapi persepsi kita terhadap suatu hal bisa jadi berbeda.
Harus maklum, ga maksa cepet adaptasi, dan jangan ekspektasi terlalu tinggi kalo ia akan seeuforia orang Indo 'tulen' saat mudik. Justru mudik ini, yang barulah yang kedua dalam hidupnya, adalah bagian dari proses untuknya mencintai negerinya. Karena biar gimana, biarpun lahir dan besar di negara orang, Indonesialah tempat yang standby menanti kita pulang.
InsyaAllah Asiyah tetap senang, betah, dan bahagia di Indonesia, ataupun dimana pun. Hanya saja Bunda harus sadar dan maklum, kalo untuk saat ini, baginya mungkin 'kampung' itu ya 'Hjällbo'. 'Rumah' adalah Gothenburg yang sudah ia kenali, tempatnya tumbuh dan berkembang sehari-hari. Kalo kata Ayah, "ya emang rumah kita (saat ini) di Hjällbo." Bener juga ya, sadar Bun, hihi..
Hihi.. Anak Swedia cintanya Bunda. Makasi ya udah sangat berusaha koperatif dan dengerin apa kata Bunda selama mudik ini. Maaf kadang Bunda yang suka maksa untuk diturutin tanpa cukup memberi ruang untuk perasaanmu terdengarkan, tanpa memberi cukup pilihan bagimu. So proud of you, my love, harapan Bunda yang kelak akan mendoakan Bunda senantiasa. I Love you, cause Allah.. InsyaAllah :)
"Dadaah pesawaat. Bye-bye! Mau ke Hjällbo ya?"
****
"Kalo Asiyah nangis kita pulang aja deh."
"Ke Hjällbo?" Lalu anaknya malah ngarep pulang.
****
"Nanti bulan Juli kita ke Hjällbo." Ucapnya out of the blue.
****
Sehari bisa berkali-kali anaknya nyebut tentang 'pulang ke Hjällbo'. Hjällbo itu nama daerah tinggal kita di Swedia. Mencelos hati ini.
Saya rasa bukannya si kecil ga suka dengan Indonesia, toh dia terlihat sangat senang apalagi main sama tante-tantenya, tapi ga bisa dipungkiri mudik itu bisa 'overwhelming' untuk anak kecil, apalagi masih batita seperti Asiyah.
Tempat baru, suasana baru, orang baru, kebiasaan baru, dsb.
Dan saya jadi tersadar satu hal. Core memory tiap orang beda ya. Saya dan si kecil walopun sama-sama berdarah Indonesia tulen tetaplah punya latar belakang yang berbeda. Ia terbiasa dengan keteraturan, kebersihan, ketenangan, keademan khas Gothenburg. Keruwetan jalanan ibukota yang menurut saya justru nostalgik dan ngangenin, adalah hal asing baginya. Maka sekalipun sama-sama berambut hitam, sama-sama makan nasi, tapi persepsi kita terhadap suatu hal bisa jadi berbeda.
Harus maklum, ga maksa cepet adaptasi, dan jangan ekspektasi terlalu tinggi kalo ia akan seeuforia orang Indo 'tulen' saat mudik. Justru mudik ini, yang barulah yang kedua dalam hidupnya, adalah bagian dari proses untuknya mencintai negerinya. Karena biar gimana, biarpun lahir dan besar di negara orang, Indonesialah tempat yang standby menanti kita pulang.
InsyaAllah Asiyah tetap senang, betah, dan bahagia di Indonesia, ataupun dimana pun. Hanya saja Bunda harus sadar dan maklum, kalo untuk saat ini, baginya mungkin 'kampung' itu ya 'Hjällbo'. 'Rumah' adalah Gothenburg yang sudah ia kenali, tempatnya tumbuh dan berkembang sehari-hari. Kalo kata Ayah, "ya emang rumah kita (saat ini) di Hjällbo." Bener juga ya, sadar Bun, hihi..
Hihi.. Anak Swedia cintanya Bunda. Makasi ya udah sangat berusaha koperatif dan dengerin apa kata Bunda selama mudik ini. Maaf kadang Bunda yang suka maksa untuk diturutin tanpa cukup memberi ruang untuk perasaanmu terdengarkan, tanpa memberi cukup pilihan bagimu. So proud of you, my love, harapan Bunda yang kelak akan mendoakan Bunda senantiasa. I Love you, cause Allah.. InsyaAllah :)
Comments
Post a Comment