Ngobrol-ngobrol

Salah satu hal yang sangat saya senangi(?), atau tepatnya selalu berusaha untuk syukuri, adalah kemampuan bicara asiyah. Usianya sekarang 32 bulan, udah nyambung diajak ngobrol 'berat' alias dengan kata yang cukup beragam, kompleks, dan panjang.

Kemarin sore kita berenang di Hotel Jayakarta Bandung, setelah sebelumnya mampir beli kerudung anak di Rabbani (yang mana anaknya seneng banget ada section playground di bagian anak), dan juga lunch di pizza hut dago. Oh iya, sebelumnya kita juga ke Hermina Pasteur dulu cek dede bayi di perut. Bisa dibayangin letihnya hari itu, plus anaknya ga bobo siang juga. Akhirnya jam 8 malam udah bobo. Ini rekor sih karena selama di Indo bobonya jadi malem terus, bisa jam 11-12 malem karena keasikan main plus tidur siang kesorean, gitu aja siklusnya.

Nah tapi jam 10 anaknya bangun seger dan minta minum susu. Saya udah feeling sih bakal kebangun, krn diluar siklus biasanya, jadi yaudah dah siap mental heuhe.

Ambil susu di kulkas, balik lagi ke kamar. Minum susu sambil lampu kamar tetap redup. Saya diem aja, berharap anaknya awet ngantuknya dan tidur lagi. Tapi tiba-tiba anaknya ngomong, berusaha mencairkan suasana, "Bunda, bajunya ada butterfly-nya. Lucu.", saya tanggapi dan anaknya terus berulang-ulang berusaha memulai omongan "Lucu, Bunda", "Ini baju tante revi ya", dsb. Saya jadi gemas sendiri hihi. Akhirnya saya ajak ngobrol aja.

"Asiyah, kita ngobrol yuk. Mau tentang apa? Tentang Indonesia atau Hjällbo (daerah rumah kami di Swedia)?"

"Hjällbo"

"Apa yang Asiyah suka dari Hjällbo?"

"Di (depan rumah) Hjällbo ada perosotan, kuda-kudaan, ayunan yang ada seatbeltnya, ayunan yang ga ada seatbeltnya, ayunan ban, sama ayunan ban yang bolong." Lengkap semua mainan di playground depan rumah disebutin. Seseneng itu ya nak main disana, heu.

"Kalau di Hjällbo kita sekolah lagi ya. Asiyah suka sekolah?"

"Asiyah sukanya di kelas kecil." (nursery, untuk anak 1-2tahun)

"Kalau kelas besar?" (pre 1, untuk anak 2-3 tahun)

"Ga suka, soalnya ada Ca***n."

"Emang Ca***n ngapain?" Ca***n ini salah satu anak yg cukup bold di sekolah, aktif ramah berani gitu, badannya tinggi besar khas bule. Native english jadi ga heran ngomongnya udah luancar, kayak Asiyah di bahasa indonesia gitu aja lah.

"Ca***n bilang Asiyah baby, Asiyah ga suka, Asiyah bukan baby. Jadinya Asiyah ngumpet aja, di pojokan."

Anaknya emang pernah lagi berdiri di pojok depan kelas deket pintu masuk pas dijemput. Gurunya bilang itu fave spot dia sambil mengamati anak lainnya. Padahal, feeling saya itu buka fave spot, tapi "save spot" atau "hiding spot", bukan karena senang disana tapi justru kalo ga senang atau merasa terancam dia akan kesana. Sampe sini saya mulai baper.

Buat orang besar, persoalan dibilang 'baby' mungkin hal kecil, tapi buat anak-anak itu bisa jadi hal besar yang bikin dia ga nyaman. Sialnya, mereka (atau tepatnya si kecil) belum mampu membela diri.

Feeling saya Ca***n ini maksudnya ga jelek, pernah suatu waktu pas lagi outing bersama dia ngomong gitu ke asiyah di depan saya (ada ibunya juga) dan keliatan ga maksud ngejek sih (ya kali anak 3 tahun), ibunya bilang "Dia seneng bgt sama babygirl, dia minta-minta terus ke saya mau punya baby sister, padahal dia udah punya older sister." Dan keliatan dia ini 'care' banget sama Asiyah yang emang termasuk paling kecil di kelas. Kalo Asiyah mau manjat kolam jaring, anak itu bantuin, pas Asiyah mau turun juga. Tapi seperti anak 3 tahun apalagi cowo pada umumnya, motoriknya belum sempurna, jadi aja yang maksudnya bantuin jadi bisa bahaya karena kekencengan, dsb.

"Asiyah ga suka ya dibilang baby, iya ya, asiyah kan bukan baby lagi. Asiyah bisa ga, kalo Ca***n ngomong gitu, Asiyah bilng aja 'No, Ca***n! Asiyah is not a baby!' atau Asiyah bilang 'No! Asiyah is a biggirl'".

"Ga bisa.. Bunda aja yang bilang." Anaknya emang masih belum ajeg bahasa inggrisnya, apalagi di tempat 'asing'. Kalo di rumah si mulai sering keluar englishnya.

"Iya nanti kalo Bunda ketemh Ca***n Bunda kasih tau ya." Anaknya keliatan lebih lega, sepanjang ngobrol ini anaknya serius mukanya, nyambung pisan.

"Menurut Bunda, Ca***n itu ga maksud jelek. Dia suka sama baby, dan karena Asiyah lebih kecil dr dia jadi dia bilang Asiyah baby. Tapi Asiyah ga suka ya."

"Kayaknya juga sih, menurut Bunda bentar lagi Ca***n bakal pindah ke kelas Pre2, karena dia udah besar. Kalo dia di Pre2, asiyah senang di Pre,1 (maksud saya kroscek apa ada lagi yg bikin dia ganjel di kelas pre1)?.

Asiyah jadi keliatan berbinar.

"Ca***n keluar ke Pre2? Iya, asiyah suka."

"Kalo teman yang lain gimana? Ol****?"

"Ol***** suka nangis. Berisik."

"Asiyah ga suka kalo Ol**** nangis?"

"Iya"

"Asiyah sedih? atau takut?"

"Takut."

Ol**** ini terkenal aktif ceria berani tapi kalo tantrum ekstrim bisa guling-guling tendang-tendang, dsb. Asiyah sampe sempet trauma denger orang nangis karenaliat doi (keseringan) tantrum model begitu. Tapi anehnya kalo ditanya di sekolah main sama siapa bilangnya sama Ol**** terus dan plg sering disebut. Jadi ya asumsi saya sih anaknya ramah suka deketin asiyah tp sekaligus emosinya fragile apalagi klo gelut sama sesama cowo (dan kelasnya emang 70% cowo kelebihan energi).

Sepertinya saya harus meruntinkan sesi ngobrol kaya gini. Berduaan. Situasi santai dan tenang. Saya jadi lebih bisa memahami isi hati dan pikirannya, juga mengenali diri anak saya. Alhamdulillah, pengalaman berharga.

Semoga Allah jaga dan lindungi selalu Asiyah, terjaga fitrah kebaikannya, jd hamba Allah yg takwa yang cinta pd agama, berani dan kuat, beri lingkungan yang baik, jaga tauhidnya, serta bahagia selalu, dijauhkan dr kezaliman. Dan semoga Allah bantu dan bimbing kami dlm menjadi org tua. Aamiin

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Jalan-jalan Turki day 2: Pamukkale!