Melatih Kemandirian Anak #Day4

Hal yang tampak bermula dari yang ga tampak. Usaha lahir dari motivasi. Itu yang saya rasakan. Maju mundur ngelatih kemandirian anak salah satunya disebabkan karena keraguan dalam diri saya sendiri. Ragu yang saya maksud begini..

Misal dalam urusan makan. Saya belum final, belum selesai tentang "kenapa anak makan sendiri itu baik? Toh dia masi kecil juga, toh nanti juga bisa sendiri, toh disuapin juga romantis dan tanda sayang siapa sih yang ga seneng disuapin, dsb dsb dsb". Sampai akhirnya saya kepikiran..

Anak makan sendiri bukan berarti kita ga sayang, atau ga perlu takut anak merasa ga di sayang, tapi coba balik. Mendidik dia bisa makan sendiri, menghargai proses makan, menumbuhkan kesadaran "aku bisa", ga bergantung pada orang lain, itu juga adalah tanda sayang. Justru boleh jadi lebih bermanfaat baginya di masa depan.

Hanya saja, garis tebel, prosesnya harus penuh sabar, lebih ke pembentukan kebiasaan jd ya kudu ada prosesnya ga musti simsalabim jadi. Jangan marah jangan emosi. Bab ini yang susah. Makanya saya mau menunda urusan disiplin makan sendiri ini sampe kita settle balik Swedia lagi. Harapannya sih kalo ajeg makan sendirinya, kemana pun kita, anak tetap konsisten, sudah jadi habit yang menetap.

Sekarang ini, alhamdulillah urusan "tidur sendiri" paling ga udah bisa dibilang sukses dalam tantangan one week one skill ini. Akhirnya ga ada drama garuk-garuk dulu sebelum tidur, dan kalo kebangun pun tidur sendiri lagi most of the time. Alhamdulillah, niqmat. Tinggal nanti di Swedia mulai diajar bobo dikelonin Ayah, kayak dulu, yang entah kenapa tiba-tiba dulu jadi berubah maunya sama Bunda terus heu. Pengennya juga sih dilatih bobo di kasur terpisah sendiri walopun masih sekamar, di kasur toddler gitu jadi enak manuvernya. Baby crib yang ada sekarang untuk dede bayi, yang rencananya mau dibiasin juga tidur di box nya sendiri. Hihi, bismillah deh.. :)

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia