#NHW 5 Learning How to Learn
Niat hati ngerjain NHW 5 pas hari jumat malem, tapi ternyata lebih asik malem sabtuan sama mas suami, heuhe, jadilah baru kepegang sekarang. Sebelumnya ngapain ajaaa? Tugas ini dikasih Senin, dan selama weekdays perhatian saya kesita sama tugas kampus yang mulai memasuki peak-nya di pekan ini, deadline mulai berdatangan. Jadilah mau ga mau baru bisa nulis sekarang. Semoga kedepannya bisa lebih baik atur waktu, aamiin!
Oke, tugas kali ini tentang merancang cara kita belajar, membuat design pembelajaran ala kita.
Sedikit banyak tentang hal ini udah saya singgung dalam post #NHW4 (Mendidik dengan Kekuatan Fitrah). Dalam waktu dekat ini saya terfokus pada penguatan ilmu agama dasar (mengejar ketertinggalan) dan juga ilmu dunia melalui perkuliahan.
Hari ini dapet reminder, dari seorang teman tentang suatu hadits yakni, "Seseorang itu dimudahkan melakukan yang untuknya ia diciptakan."(HR Muslim). Saya juga merasakan sendiri, insyaAllah Allah akan memudahkan jalan yang terbaik untuk kita saat ini. Misalkan aja masalah kuliah, dulu saya sempat semangat pengen lanjut S2, tapi ternyata kerempongan ngurus anak dan saya merasa saya lebih dibutuhkan dalam mendampingi bayi asiyah maka saya menunda perkuliahan sampai tahun berikutnya (tahun kemarin). Ndelalah, disaat udah memungkinkan lanjut kuliah, semangat saya mengendur, muncul keraguan apakah itu jalan yang terbaik. Tapi gimanapun saya mencoba mengumpulkan alasan dan dasar argumentasi untuk ga jadi kuliah, skenario berkata lain, Allah memudahkan segala urusan perihal kuliah. IELTS dikasih kemudahan, pendaftaran dilancarkan, persyaratan lengkap semua, dan pas pengumuman pun dapat di opsi nomor pertama. Nyaris seolah tanpa 'perjuangan berdarah'. Akhirnya setelah menyelaraskan hati dan pikiran, saya pun kuliah lagi. Wallahualam ke depannya gimana. Saya ga pernah mematok harus begini dan begitu, pasang niat, insyaAllah Allah yang arahkan..
Berbagai peristiwa dan pengalaman hidup saya menunjukkan bahwa saya butuh memperdalam ilmu agama. Sudah cukup abainya, sudah cukup malasnya. Sedikit saya ceritakan disini (Sebenarnya Sederhana Saja). Dalam hadits "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim" (HR. Ibnu Majah, Shahih) juga dijelaskan oleh para ulama bahwa yang dimaksud disana adalah ilmu syar'i. Dan memanglah, ilmu agama itu yang mendasar, perihal aqidah, fiqih sehari-hari, adab, alquran, sirah, dsb. Dan saya sadar, masih banyaaak yang saya belum tahu, masih awam banget.
Teman saya, @balqisaz.zahra, pernah bilang, kemauan untuk belajar (memperbaiki diri) itu adalah hidayah dari Allah. Saya mau Allah senantiasa memberikan saya hidayah untuk belajar, saya pengen diri ini layak untuk dikasih hidayah. Oleh karena itu saya harus belajar tentang menyucikan jiwa (tazkiyatunnafs), biar diri saya pantas untuk memiliki hidayah-Nya. Salah satunya adalah dengan menjauhi maksiat, mendatangi majelis ilmu (walaupun baru bisa lewat youtube), membaca quran, istighfar, zikir, dan semacamnya. Dengan menjaga niat, sekuat mungkin. Saya ngerasa, titik-titik jatuh dalam hidup saya seringkali disebabkan kekotoran jiwa. Katakanlah riya', ujub' dan sejenisnya. Sehingga yang tadinya ibadah membaik malah jadi terjerembab. Karena hal tak kasat mata, bisa rusak amalan. Sehingga saya perlu untuk mempelajari gimana biar hati terjaga, biar hati lunak.
Anak Bu Septi, Ara, pernah bilang, "Guru datang saat murid siap". Dan itu kerasa di saya. dulu berdoa pengen belajar memperindah bacaan quran (tahsin), setelah menunggu berbulan-bulan Allah kasih jawaban melalui rumah tahsin eropa. Terus membatin pengen belajar sirah, Allah tunjukkin (dan semoga Allah jaga semangatnya) kajian Syekh Yasir Qadhi. Pengen belajar dasar ilmu islam yang sahih, Allah tunjukin tentang Ustadz Khalid Basalamah (ada banyak kajian kitab di channel beliau). Dan sebagainya.
Tapi saya percaya sih, pengorganisasian itu perlu. Hanya saja ngeliat ritme saat ini kayaknya saya lebih baik fokus pada target harian, perbaikan kualitas diri dan iman salah satunya dengan belajar lebih peka terhadap pendidikan Allah dalam tiap peristiwa sehari-hari hidup saya.
Bismillahiraahmanirrahim..
Oke, tugas kali ini tentang merancang cara kita belajar, membuat design pembelajaran ala kita.
Sedikit banyak tentang hal ini udah saya singgung dalam post #NHW4 (Mendidik dengan Kekuatan Fitrah). Dalam waktu dekat ini saya terfokus pada penguatan ilmu agama dasar (mengejar ketertinggalan) dan juga ilmu dunia melalui perkuliahan.
Hari ini dapet reminder, dari seorang teman tentang suatu hadits yakni, "Seseorang itu dimudahkan melakukan yang untuknya ia diciptakan."(HR Muslim). Saya juga merasakan sendiri, insyaAllah Allah akan memudahkan jalan yang terbaik untuk kita saat ini. Misalkan aja masalah kuliah, dulu saya sempat semangat pengen lanjut S2, tapi ternyata kerempongan ngurus anak dan saya merasa saya lebih dibutuhkan dalam mendampingi bayi asiyah maka saya menunda perkuliahan sampai tahun berikutnya (tahun kemarin). Ndelalah, disaat udah memungkinkan lanjut kuliah, semangat saya mengendur, muncul keraguan apakah itu jalan yang terbaik. Tapi gimanapun saya mencoba mengumpulkan alasan dan dasar argumentasi untuk ga jadi kuliah, skenario berkata lain, Allah memudahkan segala urusan perihal kuliah. IELTS dikasih kemudahan, pendaftaran dilancarkan, persyaratan lengkap semua, dan pas pengumuman pun dapat di opsi nomor pertama. Nyaris seolah tanpa 'perjuangan berdarah'. Akhirnya setelah menyelaraskan hati dan pikiran, saya pun kuliah lagi. Wallahualam ke depannya gimana. Saya ga pernah mematok harus begini dan begitu, pasang niat, insyaAllah Allah yang arahkan..
Berbagai peristiwa dan pengalaman hidup saya menunjukkan bahwa saya butuh memperdalam ilmu agama. Sudah cukup abainya, sudah cukup malasnya. Sedikit saya ceritakan disini (Sebenarnya Sederhana Saja). Dalam hadits "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim" (HR. Ibnu Majah, Shahih) juga dijelaskan oleh para ulama bahwa yang dimaksud disana adalah ilmu syar'i. Dan memanglah, ilmu agama itu yang mendasar, perihal aqidah, fiqih sehari-hari, adab, alquran, sirah, dsb. Dan saya sadar, masih banyaaak yang saya belum tahu, masih awam banget.
Teman saya, @balqisaz.zahra, pernah bilang, kemauan untuk belajar (memperbaiki diri) itu adalah hidayah dari Allah. Saya mau Allah senantiasa memberikan saya hidayah untuk belajar, saya pengen diri ini layak untuk dikasih hidayah. Oleh karena itu saya harus belajar tentang menyucikan jiwa (tazkiyatunnafs), biar diri saya pantas untuk memiliki hidayah-Nya. Salah satunya adalah dengan menjauhi maksiat, mendatangi majelis ilmu (walaupun baru bisa lewat youtube), membaca quran, istighfar, zikir, dan semacamnya. Dengan menjaga niat, sekuat mungkin. Saya ngerasa, titik-titik jatuh dalam hidup saya seringkali disebabkan kekotoran jiwa. Katakanlah riya', ujub' dan sejenisnya. Sehingga yang tadinya ibadah membaik malah jadi terjerembab. Karena hal tak kasat mata, bisa rusak amalan. Sehingga saya perlu untuk mempelajari gimana biar hati terjaga, biar hati lunak.
Anak Bu Septi, Ara, pernah bilang, "Guru datang saat murid siap". Dan itu kerasa di saya. dulu berdoa pengen belajar memperindah bacaan quran (tahsin), setelah menunggu berbulan-bulan Allah kasih jawaban melalui rumah tahsin eropa. Terus membatin pengen belajar sirah, Allah tunjukkin (dan semoga Allah jaga semangatnya) kajian Syekh Yasir Qadhi. Pengen belajar dasar ilmu islam yang sahih, Allah tunjukin tentang Ustadz Khalid Basalamah (ada banyak kajian kitab di channel beliau). Dan sebagainya.
Tapi saya percaya sih, pengorganisasian itu perlu. Hanya saja ngeliat ritme saat ini kayaknya saya lebih baik fokus pada target harian, perbaikan kualitas diri dan iman salah satunya dengan belajar lebih peka terhadap pendidikan Allah dalam tiap peristiwa sehari-hari hidup saya.
source: pinterest
Bismillahiraahmanirrahim..
gothenburg, 26 Febuari 2017
Great post.
ReplyDelete