Catatan Kajian Kitab Riyadhus Shalihih 1 - Ust. Khalid Basalamah

Kajiab kitab Riyadhus Shalihin (Taman Orang-orang Shalih) karya Imam An-Nawawy, salah satu ulama besar yang sangat produktif, tak kurang dari 40 karya tulis beliau hasilkan semasa hidupnya. Kitab ini banyak menjelaskan tentang janji Allah terhadap suatu amalan, dan juga sekaligus ancaman Allah terhadap maksiat.

Bedah kitab ini dilakukan oleh Ustadz Khalid Basalamah. Beliau adalah salah satu ustadz pemberi kajian favorit kami, sangat lugas-jelas dan makjleb penjelasannya. Rasanya tiap menit sangat berharga, kalimat beliau efektif-efisien, yang menurut saya cukup tricky untuk bahasa kita.

Ustadz Khalid mengatakan, cara paling mudah untuk membuat suatu amalan lestari adalah dengan mencari tahu tentang janji Allah atau keutamaan terhadap amalan tersebut. Misal keutamaan shalat-shalat fardhu, dan lainnya. (Misal, bila shalat dhuha empat rakaat maka akan dimudahkan urusan, maka akan lebih bersungguh-sungguh kita dalam melakukannya.-- contoh tambahan penulis)

Apakah boleh melakukan sesuatu karena iming-iming yang Allah janjikan? Bukan hanya boleh, tapi memang sudah seharusnya, karena dengan begitu artinya kita yakin akan janji Allah, artinya kita beriman akan ketetapan Allah.

Begitu pula sebaliknya, biar lebih ringan meninggalkan apa yang Ia larang, cukup lihat ancamannya. (Misalkan riba, dosa riba terkecil itu setara dengan berzina dengan ibu sendiri. Dengan mengetahui konsekuensinya, maka selayaknya seseorang akan lebih berhati-hati. -- contoh tambahan penulis)

Bahasan pertama kitab ini adalah tentang niat.


source: pinterest

Syarat amal diterima adalah niat yang ikhlas, karena Allah. Lawannya ikhlas ada dua yakni riya dan ujub. Riya yakni saat kita ngelakuin sesuatu karena ingin dilihat orang lain (memperbagus shalat saat ada calon mertua, misal), dan ujub yakni mengagumi diri sendiri (pamer akan amalannya).

Refleksi terbesar bagi saya dari kajian ini adalah sebesar apapun amalan kita, sebanyak dan sespektakuler apapun, ga ada yang jamin pasti diterima. (Jadi ga perlu sibuk membanggakan padatnya kesibukan, ga perlu merasa tinggi karena banyaknya amanah, ga ada jaminannya semua bisa membantu kita di hari kekal nanti.)

Ada kisah tentang Zubaidah, istri khalifah Harun Ar-rasyid dari Dinasti Abbasyiah. Beliau ahli sedekah, banyak sekali pemberiannya pada umat, bahkan salah satu bangunan seperti benteng dekat Arafah yang masih bisa terlihat sampai saat ini adalah hasil sedekahnya yang digunakan untuk menyalurkan minum jemaah haji pada zamannya.

Setelah beliau wafat, banyak orang berkata bahwa betapa beruntungnya beliau, amalnya begitu banyak dan terasa nyata, pastilah beliau aman dan nyaman di alam kubur. Suatu hari, saudara dari Zubaidah bermimpi, dan dalam mimpinya Zubaidah berkata bahwa seluruh amalnya tak ada nilainya sama sekali, karena ada ternoda rasa ingin dilihat orang (atau sejenisnya). Namun, alhamdulillah ia terselamatkan atas ridho-Nya Allah terhadap shalat-shalat malamnya, yang amalan itu tak pernah ia beberkan pada seorang pun. La haula walakuwwata ilabillah.. Astagfirullahaladzim..

Ustadz Khalid menutup kajian ini dengan nasihat berikut; iman mampu membuat orang lemah menjadi kuat, bodoh menjadi pandai, miskin jadi kaya, penakut jadi pemberani, pengecut jadi percaya diri. Dan iman berasal dari ilmu.

Ya, ilmu (agama) akan mengantarkan kita pada iman. (Semoga Ia cintakan kita pada majelis ilmu, dan mampukan kita dalam mengamalkan apa yang diketahui.)

Hal yang perlu diperhatikan juga adalah teman-teman sekitar kita, lingkungan dan komunitas kita.

Karena lingkungan akan sangat berpengaruh, dengan atau tanpa kita sadari. Contoh, teman-teman adalah perokok. Awalnya kita tidak merokok sama sekali. Satu-dua hari minimal terbiasa dengan asapnya. Satu minggu mulai diajak dan tertarik mencoba. Tahun depannya buka kios rokok.

Begitupun sebaliknya. Berhijab sendiri dengan berhijab berempat tentu beda rasanya. Akan mudah bagi kita beramal bila lingkungan kita juga senang beramal shalih. Contohnya, bila kita bergaul dengan para penghafal alquran. Sekalipun awalnya kita buta huruf hijaiyah sekalipun akan tetap terciprat manfaatnya. Hari pertama-kedua, timbul rasa malu. Satu minggu mulai belajar huruf hijaiyah. Sebulan bisa mengaji. Setahun ikut hafal alquran.

Semoga Allah berkahi para ustadz yang menjadi perantara ilmu bagi kita semua. Semoga Allah karuniakan kita hati yang mudah menerima ilmu dan cinta pada ketaatan. Aamiin..

Barakallahu fiikum..


Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia