Menjejak Langkah


Biarlah tulisan ini menjadi bukti akan keberpihakan saya. Kecil, insignifikan, ga berarti, sebagaimana air yang dibawa semut untuk memadamkan api Nabi Ibrahim AS, tapi biarlah, biarlah semoga dengannya kelak menjadi pembela. 

Ga bisa dipungkiri ada iri saat melihat barisan putih itu aksi di jalan, terlepas masalah fiqih demonstrasi (yang saya ga ada ilmu tentang itu), saya dapat membayangkan rasanya ada dalam barisan itu; barisan yang saling bergandeng tangan dalam bingkai lillah

Perjalanan beberapa bulan lalu, saat berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina saat berhaji cukup membuat air mata saya meleleh. Saat dimana manusia berduyun-duyun, tanpa peduli latar belakang, berjalan beriringan menyebut nama-Nya, mengharap keridahaan-Nya, dalam panji-panji (negara) berbeda tapi satu dalam barisan. Di momen itu saya dapat merasakan keindahan ukhuwah, dalamnya rasa persaudaraan, mahalnya rasa bersatu dalam kehambaan. Ya Rabb, ga kuat hati ini, rasanya seperti bertemu dengan yang dirindukan sejak lama sekali..

Bahasa ukhuwah, mungkin tidak mudah dimengerti, sulit didefinisikan dalam kata-kata dunia. Bagaimana mungkin manusia sebanyak itu bisa datang di satu waktu, meninggalkan urusan dunianya, datang dari aneka pelosok negeri, dari aneka kalangan mulai dari ulama, profesional, sampai kaum ibu? Harta semahal apa yang harus digunakan untuk menciptakan yang semacamnya? Semata hanya karena Allah, hanya karena Ia yang mengikat hati mereka.. Dan saya bersaksi, banyak dari teman saya yang saya kenal pasti diri dan keluarganya adalah orang baik dan peduli dengan perbaikan, turun ke jalan tanpa mengharap imbalan manusia. 

"dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana." Qs. Al-anfal:63

Cobalah saja, bergabung dengan barisan manapun yang kau suka, asalkan menuju-Nya insyaAllah semoga kita akan berjalan dalam iringan yang sama. Kelak ya Rabb, satukanlah kami menuju jannah-Mu..

-----

Di akhir hari, rasa iri itu berganti dengan sedih dan diakhiri dengan renungan syukur.

Kesedihan saya terbesar hari ini adalah saat melihat para ulama terluka. Kesedihan saya terbesar hari ini adalah saat melihat kedatangan para ulama seperti diacuhkan beliau sang pemimpin bangsa.

Begitukah seharusnya cara menerima aspirasi rakyat? Lebih jauh lagi, begitukah seharusnya cara menghormati ulama?

Bergetar hati ini saat melihat darah ulama sudah begitu murahnya.. 

..dan selemah-lemah iman adalah membenci dalam hati..

“Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”. (HR Abu Dawud, Shahih)

"Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan." (HR Bukhari)

"Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim." (Hr. Ahmad)

---

Tapi juga ada syukur disana, bagaimana Ia membukakan satu per satu peran-peran manusia di dunia. Syukur akan indahnya persatuan dan ukhuwah yang tergambar hari ini. Syukur akan momen yang Ia berikan untuk lebih dalam memikirkan negeri. Syukur atas peringatan untuk menjaga diri di akhir zaman ini.

Anugerahkanlah kepada kami ya Rahman, pemimpin yang ia mencintai kami, kami mencintainya, dan yang terutama Engkau mencintainya..




Comments

  1. As always, merinding baca tulisan iie. Sambil ngebayangin lagi hamparan manusia, jutaan yang tujuannya untuk membela Allah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kak babaaay jadi saksi hidup ya kak, masyaAllah. ngiri.. peluk erat dari gtb :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia