Oma dan Aya di Göteborg


Musim haji sudah makin dekat, berkas sudah diproses, tapi bagaimana pengasuhan Asiyah selama kita tinggal masih belum jelas. Ada beberapa opsi, antara keluarga di Indonesia kesini atau Asiyah 'dikirim' ke Indonesia.

Setelah menimbang-nimbang mulai dari biaya, waktu, dan kepraktisan, paling mungkin Asiyah tetap di Swedia, sehingga mau ga mau harus ada yang bisa menjaga disini. Alhamdulillah, Ibu saya sudah lama positif bisa kesini, hanya saja ayah saya ga memungkinkan. Ibu saya meyakinkan bahwa beliau ga masalah mengasuh Asiyah sendirian, tapi rasanya ada yang masih ngganjel. Saya ga kebayang gimana repotnya sendirian ngurus batita di negara asing yang urusan ngapa-ngapainnya bisa beda bgt sama di negara kita.

Saya baru ngerasa nyaman kalo ada yang mendampingi ibu saya. Tapi... siapa? Adik saya 22nya ga mungkin, satu kerja satu sekolah. Sekalipun misalkan saudara ada yang mau, tapi apa waktunya memungkinkan? Ke eropa, ditambah waktu haji, ga mungkin makan waktu satu dua hari kan? Siapa yang mau, kapabel, dan memungkinkan?

Akhirnya saya ngehubungin dua sepupu yang udah jadi teman bermain saya dari bayi, hehe. Alhamdulillah salah satunya, Nola alias Aya bisa, yeay alhamdulillah..

Kepergian Aya ke Göteborg juga membawa misi mulia dari ibunda, buat nambah pengalaman dan menambah bekal wawasan buat S2, maka jadwalnya disuruh diikutin kaya ibu saya; 3 bulan! Kebetulan pas banget Aya baru selesai sidang S1, jadi ada waktu 3 bulan lebih sedikit sampai menjelang hari wisuda. Berangkatnya lima hari setelah sidang (yang harinya dimundurin berkali-kali bikin sport jantung), dan pulangnya seminggu sebelum wisuda :) Bisa pas banget gini ya, masyaAllah..

Jadilah 3 bulan ini rumah mungil kami ramai sekali. Tentunya banyak yang terjadi selama tiga bulan. Mulai dari episode nyapih Asiyah, episode belajar tidur tanpa bunda, episode bunda-ayah haji, episode Asiyah adaptasi sekolah, episode jalan-jalan/makan bareng/belanja/merpus, episode asiyah ngadat bobo, dsb dll dkk..

Allah emang pengatur rencana yang terbaik. Pas banget juga kedatangan Oma dan Aya bertepatan dengan periode quarter pertama kuliah saya yang tentunya masa-masa saya paling butuh beradaptasi, secara udah dua tahun ga duduk di kelas. Jadi nyatanya, walaupun niatan awal cuma untuk jagain selama haji, akhirnya jadi nambah saat Bunda kuliah juga, ayah jadi bisa dihemat slot cuti anaknya deh hehe. Rasanya ga mungkin dan akan super keteteran tanpa bantuan Aya dan Oma.

Dan sejak kemarin Oma dan Aya pulang ke Indonesia, saya dan Asiyah hari ini banyak terbengong-bengong merasa ada yang aneh. "Asiyah, sepi ya gak ada Aya dan Oma?"

Asiyah agak kaget mungkin saya seperti bisa membaca isi pikirannya (ge-er wkwk),
"Iya."
"Asiyah kangen sama Aya dan Oma?"
"Iya, kangen."
"Asiyah mau ke Indonesia? kita ketemu Oma dan Aya lagi."
"Mau!"
"Kalau ke Indonesia kita naik...."
"Eskalator!"
Wkwkwk.. Ceritanya sebelum masuk ke area boarding harus naik eskalator dulu, jadilah dia taunya Oma dan Aya 'hilang' setelah naik eskalator. Hehe, yakali ya nak ke Indonesia naik eskalator x)
Bunda Asiyah.

----

Makasih banyak Oma dan Aya untuk waktu, perhatian, kesabaran, ketulusan, pengorbanan, semuamuanya untuk kami disini. Mohon maaf juga karena pastilah kami banyak kurangnya. Semoga Allah balas dengan kebaikan berlipat-lipat. Sampai ketemu, insyaAllah, di Indonesia :) We love you..



Göteborg, 28 Oktober 2016

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia