Menghargai Prinsip Diri

"Mas, aku gapapa pake gamis ke kampus?"

Kemarin, hari pertama enrollment day, saya menyapu pandangan ke seluruh sudut kelas, bisa ditebak hampir seisi ruangan (yang hari ini saya tahu berjumlah 86 orang) penduduk lokal yang artinya saya beda sendiri. Dan bisa ditebak juga saya (lagi-lagi) pakai jilbab sendiri, hehe. Rasanya seperti dejavu ke masa-masa SMP dulu, dimana dari satu angkatan saya beda sendiri. Mungkin saya memang ditakdirkan untuk berada di barisan antimainstream :P

"Ya gapapa. That's your identity."

Jleb. Indeed, this is my identity. Kadang memang kita (atau saya aja ya), cuma perlu diingatkan, agar lebih kuat, agar lebih percaya diri.

Maka saya pun mantap mengenakan pakaian saya sehari-hari menuju kelas perdana saya di kampus. Sepanjang jalan menuju kampus pikiran saya penuh percakapan dengan diri sendiri,

"Kalau kuliah hanya menjauhkanmu dari Allah, mending ga usah. Luruskan niat biar Allah makin ridho."

Pemikiran saya yang lain menimpali,

"Pertama-tama, kamu lah iie yang harus bisa menghargai prinsip dirimu sendiri. "

"Tiap orang bisa punya pendapat dan pandangan masing-masing yang beragam, apa iya kita harus jadi bunglon menyesuaikan preferensi tiap orang? Pada akhirnya kamu tahu pendapat-Nya yang paling berharga. Ah, dan bahkan kamu ga tahu apa-apa tentang apa yang ada di hati tiap orang, berprasangka itu tidak baik. "

Lebih ringan rasanya hati ini, benarlah, saat melakukan sesuatu jelas 'kenapa'nya maka lebih kokoh rasanya. Alhamdulillah sudah kenalan dengan beberapa teman dari beberapa negara lain juga, dan semua terbuka dan ramah.

Saya pun terkesima dengan isi lecture hari ini, suasana kelas benar-benar membuat nyaman. Dosen berhasil membuat interaksi positif dan menciptakan suasana yang apresiatif. Empat jam full kuliah di ruang yang sama pun tidak terasa membosankan.

Di penghujung hari, salah seorang teman menghampiri,

"Bajumu bagus sekali, warnanya juga cantik. Apa namanya?" dan saya dengan bangga mengatakan,

"Gamis." :D

Kadang ketakutan dan keraguan hanya ada di kepala kita, semoga Allah jauhkan dari was-was setan selalu. Semoga kita malu pada tempatnya: pada hal-hal yang menjauhkan kita dari Allah, dan bukan sebaliknya. Mohon doanya selalu, mari kita saling menguatkan :)

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia