Teruntuk Devy Astari
Devy Astari Siregar,
Seorang sahabat yang tulus hatinya, selalu bersemangat dalam tiap gerak-geriknya, hari ini menggenapkan separuh agama.
Tak terasa hampir enam tahun lalu kita saling mengenal. Diawali dengan perbincangan ringan di angkot biru Sadang Serang-Caringin, yang berlanjut menjadi kebersaman di masa TPB. Ah, andai kau tahu, dulu itu aku begitu takut akan kesepian di kampus baru. Pertemuan denganmu jadi hadiah indah dari Allah, mewarnai hari-hariku bahkan sampai hari ini.
Kosan kita dekat, maka tak jarang kau mengantarkanku sampai ke depan rumah. Padahal jalan menujunya sudah bolong dimana-mana. Aku masih ingat di suatu sore aku sedang demam, kau dan Dentar datang dan merawatku, Dentar bahkan menyuapiku. Aku menangis malam itu tanpa kalian sadari, rasanya kata syukur tak mampu mengungkapkan kebahagianku.
Bersamamu, selalu ada cerita lucu. Mulai dari kata-kata puitis khas Melayu, sampai petualangan kita yang memang hobi tersesat. Percayalah, tersesat bersamamu pun aku nikmati, bagaimana mungkin aku mengeluh kalau aku terhibur disaat yang sama. Kau begitu menyenangkan dan membawa aura keceriaan.
Bersamamu, tak ada kata yang sia-sia. Kau tahu? Begitu sulit menemukan teman sepertimu, setidaknya bagi aku. Begitu banyak ide-ide dan pencerahan yang menjadi bahan obrolan, rasanya tak pernah kehabisan topik bila bersamamu. Dan yang pasti semua membuatku semakin ingat akan kebesaran-Nya.
Begitu banyak hal yang kita lakukan bersama. Berjualan mulai dari rok batik sampai bros, berkeliling pasar baru yang membuat pusing kepala tapi berujung tragis karena tas dagangan raib entah kemana. Kaulah yang membuatkan akun twitterku saat aku pergi ke Medan dan bermalam di rumahmu. Lalu gantian kau yang pergi ke Jakarta bersama teman-teman TPB kita dulu. Kau yang mengenalkanku pada dream book, yang langsung aku tulis dan masih kugunakan sampai sekarang. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Devy Az-Zahra, begitu sering kau ubah namamu. Menandakan kekagumanmu pada sosok idola, Rasulullah SAW. Devy, tahukah kamu bahwa aku seringkali begitu iri dengamu? Rasanya kita memulai dari garis start yang sama, tapi lihatlah kini, kau melesat jauh meninggalkan aku. Kegigihanmu dalam hafalan, kesungguhanmu melakukan perbaikan, keteguhanmu berlomba dalam amalan benar-benar membuatku malu.
Darimu aku belajar banyak hal. Tentang ketulusan, kehangatan, keberanian. Beruntunglah ia yang kini berdiri disampingmu. Kau memiliki hati bersih yang akan menentramkan.
Ingat aku dalam doa-doamu ya?
Semoga Ia satukan hati kita selalu, sekalipun raga kita terpisah jauh.
Empat tahun lalu, di hari bahagiaku, kau berdiri di sampingku. Bahkan kau menginap dari malam sebelumnya demi bisa banyak membantu. Sahabat macam apa aku, hanya terdiam di kejauhan tanpa melakukan apa-apa. Hanya sepenggal tulisan yang mampu kuberikan, sebagai kenang-kenangan yang ingin kuabadikan.
31 Juli 2016,
Gothenburg, Swedia.
Dery Hefimaputri.
Seorang sahabat yang tulus hatinya, selalu bersemangat dalam tiap gerak-geriknya, hari ini menggenapkan separuh agama.
Tak terasa hampir enam tahun lalu kita saling mengenal. Diawali dengan perbincangan ringan di angkot biru Sadang Serang-Caringin, yang berlanjut menjadi kebersaman di masa TPB. Ah, andai kau tahu, dulu itu aku begitu takut akan kesepian di kampus baru. Pertemuan denganmu jadi hadiah indah dari Allah, mewarnai hari-hariku bahkan sampai hari ini.
Kosan kita dekat, maka tak jarang kau mengantarkanku sampai ke depan rumah. Padahal jalan menujunya sudah bolong dimana-mana. Aku masih ingat di suatu sore aku sedang demam, kau dan Dentar datang dan merawatku, Dentar bahkan menyuapiku. Aku menangis malam itu tanpa kalian sadari, rasanya kata syukur tak mampu mengungkapkan kebahagianku.
Bersamamu, selalu ada cerita lucu. Mulai dari kata-kata puitis khas Melayu, sampai petualangan kita yang memang hobi tersesat. Percayalah, tersesat bersamamu pun aku nikmati, bagaimana mungkin aku mengeluh kalau aku terhibur disaat yang sama. Kau begitu menyenangkan dan membawa aura keceriaan.
Bersamamu, tak ada kata yang sia-sia. Kau tahu? Begitu sulit menemukan teman sepertimu, setidaknya bagi aku. Begitu banyak ide-ide dan pencerahan yang menjadi bahan obrolan, rasanya tak pernah kehabisan topik bila bersamamu. Dan yang pasti semua membuatku semakin ingat akan kebesaran-Nya.
Begitu banyak hal yang kita lakukan bersama. Berjualan mulai dari rok batik sampai bros, berkeliling pasar baru yang membuat pusing kepala tapi berujung tragis karena tas dagangan raib entah kemana. Kaulah yang membuatkan akun twitterku saat aku pergi ke Medan dan bermalam di rumahmu. Lalu gantian kau yang pergi ke Jakarta bersama teman-teman TPB kita dulu. Kau yang mengenalkanku pada dream book, yang langsung aku tulis dan masih kugunakan sampai sekarang. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Devy Az-Zahra, begitu sering kau ubah namamu. Menandakan kekagumanmu pada sosok idola, Rasulullah SAW. Devy, tahukah kamu bahwa aku seringkali begitu iri dengamu? Rasanya kita memulai dari garis start yang sama, tapi lihatlah kini, kau melesat jauh meninggalkan aku. Kegigihanmu dalam hafalan, kesungguhanmu melakukan perbaikan, keteguhanmu berlomba dalam amalan benar-benar membuatku malu.
Darimu aku belajar banyak hal. Tentang ketulusan, kehangatan, keberanian. Beruntunglah ia yang kini berdiri disampingmu. Kau memiliki hati bersih yang akan menentramkan.
Ingat aku dalam doa-doamu ya?
Semoga Ia satukan hati kita selalu, sekalipun raga kita terpisah jauh.
Empat tahun lalu, di hari bahagiaku, kau berdiri di sampingku. Bahkan kau menginap dari malam sebelumnya demi bisa banyak membantu. Sahabat macam apa aku, hanya terdiam di kejauhan tanpa melakukan apa-apa. Hanya sepenggal tulisan yang mampu kuberikan, sebagai kenang-kenangan yang ingin kuabadikan.
iie, yulia, dan devy.
Jakarta, 2011.
31 Juli 2016,
Gothenburg, Swedia.
Dery Hefimaputri.
Comments
Post a Comment