Prophetic Parenting; Cara Nabi Mendidik Anak (Bag-1, Hal Besar di Tangan Orang Tua)

Setelah sekian lama mendambakan buku ini, qadarullah akhirnya sampai juga ke tangan saya di utara bumi ini. Respon pertama adalah "wah ternyata tebel ya, asik!". Bukan mau sok-sokan, tapi untuk buku bagus saya suka kalo dia tebel, jadi ga cepet abisnya ^^ Bukunya komprehensif banget, dalil-dalilnya ditulis jelas dengan kedudukan haditsnya apakah itu sahih dan sebagainya.

Biar ga kelupaan saya tulis semampunya dulu ya..

Bagian pertama menjelaskan tentang masa awal, sebelum kehadiran anak, yakni masa tiap wanita dan laki-laki memilih pasangan hidupnya. Salah satu tanggung jawab orang tua adalah memilihkan calon ayah dan ibu yang baik agamanya untuk anaknya, iya, sekalipun anak itu belum hadir di dunia. Karena orang tua akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sang anak.

Imam Ghazali mengatakan, "Anak adalah amanat di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apa pun, mudah condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu. Dampaknya kedua orangtuanya akan hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Semua orang dapat menjadi guru dan pendidiknya. Namun apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan -seperti dilalaikannya hewan- pasti si anak akan celaka dan binasa. Dosanya akan melilit leher orang yang seharusnya bertanggung jawab atasnya dan menjadi walinya."

Syair Abul 'Ala juga begitu indah,
Seorang anak tumbuh dewasa diantara kita
Sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh bapaknya
Seorang pemuda tidaklah beragama dengan begitu saja
Kerabatnyalah yang membiasakannya beragama

Dari beberapa halaman awal ini saya belajar, bahwa sejauh apapun pengharapan kita pada anak, semua dimulai dari diri kita sendiri. Sudah sebaik apa kita menjadi contoh, sudah sebaik apa kita memberi pendidikan. Selama ini buku-buku pengasuhan yang saya baca cenderung menekankan anak, anak harus dibeginikan-dibegitukan, nyatanya kalau dari konsep islam, semua berawal dan bergantung dari orang tua. Orang tua adalah aktor utama pembentukan anak. Dan bila kita ingin anak kita seperti ini dan seperti itu maka yang paling utama harus mendekatkan diri pada Allah adalah kita orang tua. Astahfirullahaladzim.. Semoga Allah tuntun kita dalam menjaga amanah-Nya..

Kita juga diperintahkan menjaga keluarga dari api neraka sesuai firman Allah dalam At-Tahrim ayat 6, hal ini memerlukan usaha dan kerja keras terus menerus dalam mendidik anak, memperbaiki kesalahan mereka, dan membiasakan mereka dalam mengerjakan kebaikan. 

Ibnul Qayyim mengatakan,
"Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya Allah bertanya kepada orangtua tentang anaknya di hari kiamat sebelum bertanya kepada anak tentang orang tuanya. Sebab, sebagaimana orangtua memiliki hak atas anaknya, maka demikian pula sang anak memiliki hak atas orang tuanya."

kata-kata selanjutnya dalem banget,

"Maka, barangsiapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut sunnah-sunnahnya. para orangtua itu melalaikan mereka di waktu kecil, sehingga mereka tidak sanggup menjadi orang yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan tidak dapat memberi manfaat kepada orang tua mereka. Ada sebagian orang tua yang mencela anaknya karena telah bersikap durhaka. Sang anak membantah, 'Wahai bapakku, engkau sendiri telah mendurhakaiku di masa aku kecil, maka sekarang aku mendurhakaimu setelah engkau tua. Sewaktu kecil engkau melalaikanku, maka sekarang aku pun melalaikanmu di masa tuamu."

Pendidikan adalah hak anak atas kedua orang tuanya, bukan pemberian atau hadiah. Jadi hal besar yang ada di tangan tiap orang tua adalah pendidikan untuk anaknya, dan hal ini ga terjadi begitu saja, diperlukan persiapan matang dan mendalam yang dimulai dengan mencarikan calon ayah/ibu yang baik untuk mereka.

Ini baru sampai halaman 52, bagian pertama belumlah rampung, bahkan kriteria memilih istri saja belum ditulis, tapi sudah tercekat rasanya diri ini. Begitu banyak tamparan yang bikin saya menutup buku sejenak dan merenung, masih jauh dan banyak pe-er saya dari apa yang ditulis. Tapi semoga ada manfaatnya, dan jadi pengingat untuk diri saya sendiri.

Sementara segini dulu ya, 

Semoga Allah mudahkan kita semua dalam menjadi orang tua, aamiin..



Comments

  1. Buku ini baru kuicip dikit2 euy iie. :/ Maaci ya sharing nyaa. Peer peer :"""

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia