Prophetic Parenting bag-2; Kunci Itu Bernama Istri Shalihah

Menjadi orang tua,
berarti belajar setiap waktu,
berarti menundukan kepala di hadapan-Nya setiap saat..


gambar darisini

Pembahasan yang lalu adalah mengenai pentingnya orang tua sebagai pendidik bagi anak. Relevansinya dengan zaman sekarang adalah, sekalipun bertebaran sekolah islam diseantero negeri, tugas mendidik anak utamanya ada di tangan orang tua. Tidak cukup menyerahkan pendidikan sepenuhnya hanya pada pihak sekolah ataupun pengasuh, orang tua lah yang kelak akan ditanya Allah mengenai amanah anak.

"Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah dia menjaganya atau justru melalaikannya, sampai seseorang akan dimintai pertanggungjawaban atas anggota keluarganya." (HR An-Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Diantara hal-hal yang membantu seorang ayah dalam memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya adalah istri shalihah yang mengerti akan tugas-tugasnya dan mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.

"Pilihlah untuk sperma kalian tempat-tempat yang baik."
(Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Aisyah RA).

"Sesungguhnya sepasang suami-istri persis seperti satu bait syair. Tidaklah baik sebuah syair apabila baris pertama indah sementara baris keduanya buruk." 
(Asy-Syaikh Muhammad Al-Khidhr Husain rahimahullah).

Kriteria Wanita yang Baik Dijadikan Istri
"Sebaik-baik wanita yang menunggang unta adalah wanita quraisy yang shalihah, paling sayang kepada anak di waktu kecil, dan paling taat kepada suami." 
(HR. Bukhari)

Aktivitas seorang wanita dalam mendidik anak-anak dan melayani suami dapat mengangkat derajatnya ke tingkat tertinggi sehingga dia berhak menyandang predikat wanita mulia. Aktivitas ini sama pahalanya dengan berperang di jalan Allah dan shalat jumat di mesjid-mesjid.

Dalam suatu hadits riwayat Muslim dalam kitab shahihnya,

Dari Asma' Binti Yazid Ibnus Sakan RA, bahwasanya dia datang menghadap Nabi yang saat itu sedang berada di tengah-tengah para sahabat. Dia (Asma') mengatakan,

"Sesungguhnya aku adalah utusan kaum wanita kepadamu. Tidak ada seorang wanita pun melainkan berkata seperti perkataanku dan berpendapat seperti pendapatku, bahwasanya Allah SWT telah mengutusmu dengan membawa kebenaran kepada kaum laki-laki dan wanita. Kami beriman kepadamu dan mengikutinya. Sesungguhnya kami, kaum wanita, terkurung dan terkungkung di dalam rumah-rumah kalian, menjadi pemuas syahwat kalian, dan mengandung anak-anak kalian. Sementara, kalian wahai kaum laki-laki diberi kelebihan atas kami dengan shalat Jumat, shalat berjamaah, mengantar jenazah, dan jihad di jalan Allah. Apabila kalian pergi berjihad, kamilah yang menjaga harta kalian dan mendidik anak-anak kalian. Maka amalan apa (yang dapat kami lakukan) sehingga kami juga mendapatkan pahala kalian, wahai Rasulullah?"

Rasulullah SAW berpaling ke arah para sahabat kemudian bertanya,
"Pernahkah kalian mendengar perkataan seorang wanita yang lebih baik dari pertanyaan wanita ini tentang perkara agamanya?"

Mereka menjawab,
"Tidak, wahai Rasulullah."

Rasululllah SAW bersabda,
"Pergilah wahai 'Asma, dan sampaikan kepada para wanita yang mengutusmu, bahwasanya pelayanan yang baik dari salah seorang di antara kalian kepada suaminya, mencari keridhaannya, dan mengharap kepuasannya memiliki pahala yang sama dengan yang engkau sebutkan."

Umar Bin Khattab RA mengatakan,
"Hak yang pertama untuk anak adalah dipilihkan baginya seorang ibu sebelum dia dilahirkan; yang cantik, mulia, taat beragama, terhormat, cerdas, berakhlak terpuji, teruji kecerdasannya, dan kepatuhannya kepada sang suami."

Seorang wanita yang telah menjadi seorang ibu, salah satu kewajibannya kepada suami adalah mendidik anak sebaik-baiknya dengan penuh kesabaran, kelembutan, dan kasih sayang. Dalam buku ini juga dijelaskan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan seorang ibu dihadapan suaminya antara lain tidak boleh memarahi anak-anaknya di depan suaminya, tidak boleh mendoakan keburukan, memaki, atau memukul mereka, karena semua itu dapat menyakiti hati suami. Atau mungkin saat itu Allah SWT mengabulkan doanya atas anak-anaknya, sehingga doa itu justru jadi musibah bagi sang orang tua.

Harta yang Lebih Baik dari Emas dan Perak
Ketika turun ayat, "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (QS. At-taubah: 34), kami sedang bersama Rasulullah SAW pada salah satu perjalanan. Sebagian sahabat bertanya,
"Telah turun ayat tentang emas dan perak. Seandainya kami tahu harta yang lebih baik darinya, tentu akan kami cari."
Beliau menjawab,
"Harta yang lebih baik darinya adalah lidah yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur, dan istri shalihah yang selalu membantunya melaksanakan keimanannya."
(HR. At-Tirmdzi)

"Maukah aku beritahukan kepadamu tentang simpanan terbaik seseorang; yaitu istri yang shalihah. Apabila suami melihatnya, si istri dapat menyenangkannya, apabila sang suami memberinya perintah, si istri menaatinya, apabila sang suami pergi, si istri mampu menjaga diri." (HR. Abu Daud)

Pada akhirnya, semua bermula dari diri kita masing-masing. Buku ini tentang pengasuhan, tapi pembahasan berawal dari orang tua. Betapa tuntunan islam begitu sempurna, membentuk manusia dimulai jauh sebelum ia ada. Wujud cinta seseorang terhadap (calon) anaknya, dimulai dari memilih pasangan yang baik, yang kelak akan mampu jadi ayah pun ibu yang baik. Tapi bagaimana mau mendapat pasangan hidup yang baik tanpa diri kita pun memantaskan diri? Maka kata siapa perkara jodoh adalah hal yang sederhana?

Semoga Allah mampukan kita melawan bisikan setan, melawan malas, dan istiqomah dalam memperbaiki diri setiap harinya.. Aamiin..

**
lihat resume lainnya,
bagian pertama= Hal Besar di Tangan Orang Tua
bagian ketiga= Nafkah Halal Bagi Keluarga

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Catatan Toilet Training Asiyah