Mau Buka Sama Siapa?
Buka timeline facebook dan menemukan video orang tua yang ditanyai paling mau buka puasa sama siapa?
Pertama, ada suami istri, istri bilang mau buka sama Madonna, suami sama Tupac Shakur.
Kedua, ibu-ibu mau buka sama Pasha, minta dinyanyiin juga.
Ketiga, bapak-bapak mau buka sama Dian Sastro.
Lalu kemudian, anak-anak mereka diwawancara. Semuanya menjawab mau buka sama orang tuanya di rumah. Orang tuanya selalu sibuk, melakukan segala hal tanpa melibatkan mereka, dsb dsb.
Ah seketika saya merasa tertampar dan hati mencelos.
Fitrah, tugas kita menjaga fitrah mereka.
Keinginan tiap anak sesederhana menikmati waktu bersama mereka yang disayang, dalam suasana hangat yang penuh interaksi positif. Bukan sekedar raga bersama tapi masing-masing tak saling terikat.
Jangan salahkan siapa-siapa, bila saat besar mereka selalu lebih mementingkan berbuka dengan teman-temannya. Sebaik apa kita bersamai mereka disaat kecil? Saat mereka masih lemah dan cenderung tak mampu bersuara. Kita tuai apa yang kita tanam.
Reminder keras buat saya juga. Ga semua anak mampu mengkomunikasikan perasaannya, jangankan menuangkan dalam kata-kata, mengenali rasa yang ada di dada saja mereka kadang tak bisa. Belajar mendengar apa yang tak terucap, berusaha melihat apa yang tak terlihat.
Cita-cita besar berawal dari rumah. Dari tiap anggota keluarga yang berjaga dengan siaga di posnya masing-masing.
Saya seolah disemangati dan diingatkan lagi tentang no gadget di meja makan, dan no gadget jam 6-9 malam. Memang segala kesepakatan itu perlu pendalaman makna secara berkala, perlu diingatkan terus menerus biar ga sekedar jadi rutinitas yang kehilangan esensi.
Pertama, ada suami istri, istri bilang mau buka sama Madonna, suami sama Tupac Shakur.
Kedua, ibu-ibu mau buka sama Pasha, minta dinyanyiin juga.
Ketiga, bapak-bapak mau buka sama Dian Sastro.
Lalu kemudian, anak-anak mereka diwawancara. Semuanya menjawab mau buka sama orang tuanya di rumah. Orang tuanya selalu sibuk, melakukan segala hal tanpa melibatkan mereka, dsb dsb.
Ah seketika saya merasa tertampar dan hati mencelos.
Fitrah, tugas kita menjaga fitrah mereka.
Keinginan tiap anak sesederhana menikmati waktu bersama mereka yang disayang, dalam suasana hangat yang penuh interaksi positif. Bukan sekedar raga bersama tapi masing-masing tak saling terikat.
Jangan salahkan siapa-siapa, bila saat besar mereka selalu lebih mementingkan berbuka dengan teman-temannya. Sebaik apa kita bersamai mereka disaat kecil? Saat mereka masih lemah dan cenderung tak mampu bersuara. Kita tuai apa yang kita tanam.
Reminder keras buat saya juga. Ga semua anak mampu mengkomunikasikan perasaannya, jangankan menuangkan dalam kata-kata, mengenali rasa yang ada di dada saja mereka kadang tak bisa. Belajar mendengar apa yang tak terucap, berusaha melihat apa yang tak terlihat.
Cita-cita besar berawal dari rumah. Dari tiap anggota keluarga yang berjaga dengan siaga di posnya masing-masing.
Saya seolah disemangati dan diingatkan lagi tentang no gadget di meja makan, dan no gadget jam 6-9 malam. Memang segala kesepakatan itu perlu pendalaman makna secara berkala, perlu diingatkan terus menerus biar ga sekedar jadi rutinitas yang kehilangan esensi.
Thanks you Allah, for the sweet reminder..
Comments
Post a Comment