Jalan-jalan ke Austria, Day 2: Islamic Center Vienna, Old Town, etc.

Hari pertama kita sampai penginapan sudah malam, jadi cuma keluar untuk makan malam aja. Baru sebentar di Vienna, rasanya sudah dimanjakan dengan aneka restoran halal, bahkan toko kelontong yang menjual daging segar halal hanya kisaran 2 blok dari apartemen yang kami tempati. Bila kita tengok sejarah berabad silam, memang Vienna erat kaitannya dengan muslim, sebagaimana yang dikisahkan dalam buku '99 Cahaya di Langit Eropa'. Dulu, pasukan Ottoman hampir menaklukan Vienna pada abad ke 16. Walaupun tidak berhasil, pasukan turki banyak yang tetap menetap di Vienna dan terus melanjutkan keturunannya sampai saat ini. Makanya tak heran, toko kebab ada dimana-mana.

Kembali lagi ke cerita perjalanan kami, hari kedua ini kami mengunjungi Mesjid Agung Vienna (Vienna Islamic Center) beserta Sungai Danube di sampingnya, Old town, taman kota, dan Schönbrunn Palace.

Sekitar jam 10 pagi, kami mulai melangkahkan kaki keluar apartemen. Cukup siang karena kami memang sangat santai, hehee.. Sempat sarapan dan senam pagi dulu. Kami naik U-Bahn 6 Jurusan Neue Donau.

Kami sampai di mesjid sekitar jam 11, masih panjang waktu sebelum masuk waktu shalat jumat. Maka kami memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar mesjid dulu. Dari halte ke mesjid sendiri cukup berjalan kaki dan disuguhi pemandangan yang luar biasa cantik. Sekitar mesjid dikelilingi hamparan taman rumput yang rapih dibingkai sungai Danube. Disamping sungai ada playground dan beberapa kursi-meja.

Perjalanan dari halte ke mesjid sekitar 5 menit


Piknik dulu ditepi sungai Danube


Sungai Danube ini merupakan sungai terbesar di Eropa daratan, terbentang dari Jerman dan melintasi sembilan negara sampai ke Rumania. Sungainya cantik sekali, rasanya tenang dan terhibur dengan hanya duduk-duduk dipinggirnya. Saya agak menyesal ga cukup membaca sejarah tempat ini sebelumnya, padahal Vienna terlebih sungai Danube mengandung sejarah yang luar biasa. 

Selain main-main di pinggir sungai, kami juga ngemil. Saya bawa roti, buah, kurma, cake, jus, dan aneka cemilan lainnya. Asiyah juga makan siang dulu pakai nasi dan bakso yang sudah disiapkan dari penginapan. Sepertinya memang pilihan baik menyiapkan bakso frozen homemade karena menyiapkannya mudah, tinggal masukin ke ricecooker saat masak nasi di pagi hari.


ada angsa

foto bertiga


Setelah mendekati waktu shalat, kami pun beranjak ke mesjid lagi. Ternyata mesjid sudah penuh sesak dengan jemaah, pak suami sampai kehabisan tempat di dalam. Saking banyaknya jamaah, dipasang juga tenda di pelataran mesjid, diluar itu juga masih banyak jemaah yang ngampar di teras mesjid. Saya dan Asiyah melipir ke ruang khusus wanita di sisi dalam mesjid.

Saya cukup terkejut ternyata banyak juga jemaah wanita yang turut serta membawa anak-anaknya, dari bayi sampai yang menjelang remaja. Ada banyak kenangan indah dari pengalaman pertama kami ikut shalat jumat di mesjid ini.

Belum ada 5 menit kami duduk, Asiyah ditawari permen oleh seorang kakak (mungkin 5 tahun usianya). Ceritanya dia mau makan permen, tapi karena cuma satu, jadi digigit bagi 2, parohannya dikasih ke Asiyah. Ah, indah banget rasanya. Saya seolah diingatkan akan keramahan orang-orang di Masjidil Haram.

Ada juga anak yang kelihatannya sepantaran Asiyah. Lucu lihat mereka berdua main dan berinteraksi. Ceritanya dia keliatan kepengen ngeliat Asiyah yang lagi ngemil cracker. Saya mau nawarin tapi ga yakin apakah sama ibunya dibolehkan ngemil jadi mau minta izin dulu, celingak-celinguk tapi saya ga tahu ibunya yang mana. Saya ga yakin yang mana ibunya karena anaknya minta pangku banyak orang. Terlihat kalau dia sudah terbiasa sama suasana mesjid, mungkin menurut anak itu semua orang disini baik. Akhirnya bismillah kasih aja cracker-nya, eh pas bubaran shalat, ada ibu muda nyamperin sambil senyum dan bilang "Danke Schön", ternyata beliau dari shaf samping saya. 

Anak-anak yang lebih besar, begitu khusyuk ikut terdiam seperti ibunya, seakan tahu adab shalat jumat. Memperhatikan mereka saya jadi merasa tertampar, kecil-kecil udah bisa menahan diri ga bicara saat khutbah, kecil-kecil udah akrab dengan suasana mesjid, semoga selalu terjaga sampai besar nanti..

Adalagi, sewaktu sujud, Asiyah yang selalu naikin punggung saya tiba-tiba digendong seorang Mbak (kayaknya) keturunan Turki berhijab panjang dengan maksud biar saya bisa konsen shalat. Sambil ditimang-timang penuh kasih sayang.

Saya sungguh terharu. Walaupun kita tidak saling mengenal, rasa kasih sayang itu terasa sampai ke hati. Saya jatuh cinta sama mesjid ini, semoga kalau memungkinkan juga bisa mengunjungi tiap mesjid di tiap tempat safar kami. 


Berpose setelah shalat Jumat di depan mesjid


Sama Ayah..


Seusai shalat di mesjid ini ada bazaar mulai dari makanan sampai aneka barang. Kami pun beli sejenis burger di salah satu stand, kalau gak salah harganya 3 Euro. Cukup mengganjal perut dan kami pun beranjak pergi ke kota, naik U-Bahn lagi tentunya. 

Di Oldtown, kami menyusuri gang-gang pertokoan sekedar melihat seperti apa sih suasana kota tua di Vienna. Kami melihat aneka gereja dengan arsitektur yang khas eropa, penuh patung dan dekorasi ukiran-ukiran. Ada juga delman dengan kuda yang gagah dan besar. Setelah itu kami ke taman kota, dan menikmati sore disana.


Silau, Bunda..

Merumput

Favorit kita emang taman ya, nak, hehe.


Taman ini ada kolam bebeknya, Asiyah suka sekali lihatnya. Dia juga bebas berlarian maupun menyentuh rerumputan. Sejauh mata memandang adalah hamparan rumput hijau. Hari yang mulai sore juga membuat lebih nyaman untuk duduk-duduk disana.

Setelah itu kami mampir sebentar ke Schönbrunn Palace, salah satu ikon kota ini. Isinya istana dengan teras yang luas. Karena bertepatan dengan paskah maka ada bazaar diluarnya. Sayangnya saat kami kesana sudah mau tutup jadi cuma sebentar aja lihat-lihatnya, kami datang lagi kesana di lain waktu.

Sekian liputan hari kedua di Vienna, (setelah tertunda tiga bulan lamanya). 

Besok kita berencana ke Schönbrunn Zoo alias kebun binatang, nantikan liputannya ya :D 

Tulisan hari pertama bisa dilihat disini.

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia