Wake Up

Musibah terbesar adalah matinya hati, kebasnya jiwa dari aneka rasa.

Hal yang harusnya membuat malu, tidak terasa.
Hal yang harusnya mendatangkan syukur, tidak terasa.
Hal yang harusnya mendatangkan sesal, tidak terasa.

Hati kehilangan kemampuan mengartikan hikmah dan tanda.

Gagal paham.
Gagal ambil kesimpulan.

Sialnya, kematian hati membuat diri merasa baik-baik saja. Namanya pun tak mampu lagi menangkap rasa.

Rugi.. Sungguh rugi..

Naudzubillah min dzalik..

Lalu, bagaimana?

Pertama, sadari bahwa ada yang salah pada hati kita sekalipun semua terasa seolah baik-baik saja. Sadari, menjadi sadar seutuhnya.

Kedua, tengadahkan tangan, tuangkan dalam doa. Seringkali kita ingin ini dan itu tapi begitu berat mengangkat tangan ke langit. Tidak begitu, tengadahkan tangan dan ucapkan dengan kata-kata.

Ketiga, basahi mulut dengan zikir di sepanjang waktu. Ingat Ia semampu kita, sesering mungkin.

Bersamaan dengan itu, tinggalkan semua maksiat. Apa itu maksiat? Semua yang Ia larang adalah maksiat.

Bersamaan dengan itu, seret tubuh kita dalam ibadah. Apa itu ibadah? Semua yang Ia perintahkan adalah ibadah. Sempurnakan wudhu, tegakkan shalat, disiplinkan tilawah quran.

Erat kaitannya ibadah dengan iman, akan berat terasa segala ibadah oleh hati yang lalai. Mudah saja mengukur kadar keimanan kita, ringankah kita melakukan ibadah? Senangkah hati kita melakukan segala yang wajib bahkan sunah? Paksakan dulu, jemput kenikmatan ibadah dengan membiasakan diri. Semoga Allah izinkan kita merasakan ketenangan dan rasa nyaman dalam melakukannya.

Keraslah pada diri sendiri, agar dunia lembut padamu.

_catatan untuk diriku,
bismillah.. biidznillah_

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia