Surat Untuk Cintaku #4

Dear Asiyah,

Nak, hari ini, 16 Mei 2016, ada dua kabar duka, dua orang yang Bunda dan Ayah kenal di SP (ekskul kami saat SMA dulu) meninggal. Yang pertama perempuan masih muda, setahun dibawah usia Aya, masih 20 tahun. Yang kedua, setahun diatas ayah, istinya seangkatan ayah, meninggalkan 2 anak dan 1 calon anak (iya, istrinya sedang mengandung).

Kematian mengingatkan Bunda, bahwa dunia ini benar-benar sementara. Dunia ini, isinya ujian saja. Bunda menulis disini, sebagai tanda cinta untukmu, kalau suatu saat Bunda dipanggil lebih dulu, bacalah semua tulisan Bunda, semoga akan kau temukan cinta dan nasihat Bunda disana. Setiap orang tua hanya ingin kebaikan untuk anaknya.

Nak, ada beberapa hal yang ingin Bunda sampaikan. Hiasilah dirimu dengan doa, ibadah yang paling utama. Dalam doa ada ketundukan diri, meruntuhkan benteng sombong dalam hati. Mintalah semua pada Allah, nak, sebelum bertanya pada makhluk. Kehadiranmu di dunia juga adalah perwujudan doa banyak orang sepanjang waktu.

Carilah teman yang baik, yang membuatmu semakin giat beribadah, yang membuatmu semakin tenang menjalani hidup, yang membuatmu semakin senang menghadiri majelis ilmu, yang membuatmu semakin dekat dengan Allah. Kau butuh teman yang baik semata untuk menjagamu dari pengaruh lingkungan yang buruk. Kau tahu apa yang terjadi pada sroberi yang sering kita beli? Kalau satu saja ada yang busuk, dengan segera ia akan menulari kawan-kawannya yang lain. Begitu pula hubungan kita, pandai-pandai mengambil teman dekat, karena mau tidak mau, mereka akan membawa pengaruh ke dirimu. Segala yang ada di alam ini mengandung tanda bagi mereka yang berpikir. Tapi ingatlah, pada akhirnya teman tidak akan selamanya menemani, jangan berlebihan.

Cintai majelis ilmu, nak. Kita, manusia, haus akan nasihat, sekalipun nasihat itu adalah hal yang kita sudah tahu. Manusia ini tempatnya salah dan lupa. Kita butuh pengingat diberagam konteks dan waktu. Kalau sulit kau datang kesana, selalu ada jalan menujunya, manfaatkan teknologi yang ada. Jangan terpedaya dengan teknologi, kau yang gunakan ia untuk kebaikan, jangan waktumu yang tersedot untuk kesia-siaan. Dan jangan malas, tuliskan, tuliskan apa yang kau dengar, tuliskan ilmu yang kau tahu. Ikatlah ilmu dengan tulisan, setidaknya saat ingatanmu samar, kau bisa buka kembali catatanmu dan tahu dimana harus mendengarkannya lagi.

Pelajari sirah Rasulullah SAW nak, dalam sirah ada implementasi dari alquran, agar semakin mudah kita paham. Bunda pun masih tertatih mempelajarinya. Setidaknya mulai saja dulu, biarkan Allah menuntunmu..

Bunda pun masih banyak kekurangan, dan itulah hakikat kita manusia, kita tidak diciptakan untuk menjadi sempurna. Yang utama adalah bagaimana kita menyikapi kesalahan, bagaimana kita bersegera memperbaikinya, bagaimana kita memperbanyak istighfar. Ibnu Al-Qayyim RA has said: "Satan rejoiced when Adam (peace be upon him) came out of Paradise, but he did not know that when diver sinks into the sea, he collects pearls and then rises again."-- stronger from the swim and richer from the jewels*.

Terkadang, segala kebaikan itu memang butuh dipaksa awalnya. Sebagaimana hukum kelembaman fisika, untuk bergerak pertama kali gaya yang diperlukan memang lebih besar, tapi saat sudah mulai berjalan segalanya akan terasa lebih ringan. Maka, paksakan saja dulu, sambil iringi dengan doa, semoga segala langkah kecil kita menjadi sebab Allah turunkan hidayah dan kenikmatan dalam beribadah.




Dengan sepenuh cinta,
untukmu dan untukku,
Semoga dari anak keturunanku, akan lahir mereka yang akan memberatkan bumi dengan kalimat "Lailaahailallah"..
Menulislah, Bunda, sampaikan pesan sebanyak-banyaknya..

source:
*Reclaim Your Heart, Yasmin Mogahed.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia