Lessons Learned; Berdua dengan Anak di Rumah

Lima hari berdua saja dengan Asiyah, memberikan beberapa hikmah. Diantaranya sebagai berikut:

1. Ga perlu uang mahal untuk menyenangkan anak.
Bisa dilihat selama seminggu ini, hampir setiap hari saya dan Asiyah keluar rumah, tapi biaya yang kami keluarkan minim sekali. Kita ke sekolah, gratis. Ke playground, gratis. Ke taman untuk piknik, gratis. Ke perpustakaan, gratis. Kasih makan burung, juga gratis. Yang bayar cuma pas ke mall untuk beli sepatu.

Walopun, kalo bagi saya, ga salah juga sesekali pergi ke tempat yang berbayar, sekalipun ga murah, selama ga berlebihan dan memang nilai yang didapat juga sepadan. Misalkan, dengannya mempererat silaturahmi, atau menambah wawasan.

2. Ternyata bisa.
Istilahnya Teh Dewina,  "Because until you spread your wings, you have no idea how far you can fly.." Saya ga tahu kalo ternyata saya (atas izin dan kemudahan dari Allah) mampu mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus Asiyah, menulis, dan target harian lainnya, seorang diri. Tahun lalu, saat mas conference ke Jerusalem, saya begitu ketakutan ditinggal seorang diri, dan beruntung ada Mama yang pas waktunya mau berkunjung ke Swedia. Tapi darisana saya sedikit banyak belajar untuk lebih menyiapkan diri di kesempatan lain.

Walaupun tentu, saya merasa letih luar biasa. Setiap hari tetap menyikat karpet, menyapu, mencuci piring, memasak, jalan-jalan, mengganti popok, sampai menidurkan Asiyah semua sendirian. Dan tentunya ada yang tidak terpegang sempurna. Seminggu terakhir saya kendur dalam hal memasak. Selama mas pergi saya hanya masak yang mudah-mudah saja. Pernah juga sekali beli jadi di restoran kebab dekat rumah (yang satu ekor ayamnya bisa dimakan berhari-hari, hehe).

3. Tetap kangen Ayah.
Segimanapun saya mencoba menghibur Asiyah dengan aneka kegiatan, tetaplah ada saat-saat dimana dia akan teringat pada Ayahnya. Randomly ngomong tentang Ayah. Dan tiap kali dia ngomongin Ayah, hati saya mencelos.

4. I love her soooo much!
Sekilas, terlihat akan sangat repot mengurus anak sendirian saat suami bepergian. Tapi, nyatanya, dialah yang membuat saya tetap semangat menjalani hari. Asiyah adalah sahabat setia saya yang selalu ada, tempat saya bisa mendapat pelukan dan ciuman tiap saat. Saya jadi teringat, dua tahun lalu, mas conference ke US selama seminggu saat saya hamil besar 8 bulan. Dan tendangan-tendangannya lah yang menghibur saya saat saya merasa kesepian. Terima kasih sudah menemani hari-hari Bunda, ya, cinta.. Ya Allah, sayangilah Asiyah..

Sejauh ini baru teringat keempat hal ini. Kalo nanti keinget lagi boleh jadi akan saya tambahkan. Keburu mau (nyicil) nulis hal lain lagi mumpung Asiyah masih tidur siang :)

Göteborg, 9 Mei 2016.


Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia