Karena Waktu Terlalu Berharga

Beberapa waktu ini saya mencoba undur diri dari aneka socal media, katakanlah intagram, path, dan twitter. Belum sepenuhnya sih, kadang masih intip-intip tapi dengan intensitas yang jauh berkurang. Sempat menimbang-nimbang juga meninggalkan facebook, tapi setelah dipikir-pikir manfaatnya masih lebih besar dibanding mudharatnya, terutama untuk silaturahmi, grup, dan banyak spoiler ilmu disana. Hanya ada FB saja sudah menyita waktu begitu besar, saya merasa benar-benar perlu meregulasi diri dengan baik, dan boleh jadi suatu saat nanti perlu juga saya deactivate akun beberapa waktu.

Menurut saya social media itu seperti pisau, bisa bermanfaat kalau cara pakai dan niatnya bener, bisa membunuh kalo cara pakai dan niatnya salah. Bukankah salah satu cabang iman adalah meninggalkan hal yang sia-sia? Betapa banyak waktu sia-sia yang saya habiskan selama ini di social media.

Baru-baru ini saya juga mendengar ada buanyak sekali social media lain, phhhoto, snapchat, dan sebagainya. Dilihat-lihat begini, orang Indonesia banyak sekali waktu luangnya ya. Saya yakin untuk membuat satu postingan saja pasti butuh waktu banyak, bisa diulang berkali-kali, di edit sana-sini, belum waktu yang dipakai untuk berkelana ke akun orang lain. Ujung-ujungnya banyak waktu yang tanpa disadari terbuang percuma. Kalau memang untuk menyebar kebaikan ini beda hal ya, justru semoga waktu yang dipakai terhitung ibadah, tapi tentunya ibadah wajib dan nyatanya harus beres juga.

Hal kedua yang menyusahkan dari social media adalah memupuk rasa peduli sama apa kata orang. Hidup untuk orang lain itu meletihkan banget lho. Sayangnya, banyak yang terjebak tanpa disadari.

"Gak lah, ngepost untuk diri sendiri kok." 

Yakin?

Mungkin awalnya kita lurus ngepost cuma untuk diri sendiri, tapi mau ga mau, ya namanya juga social media, tentu orang-orang akan lihat dan bereaksi, entah itu ngasih like atau komen. Dan hal-hal semacam ini kuat banget menggerus niatan awal kita. Jadi peduli sama isi komen, jadi peduli sama jumlah likes. Ujung-ujungnya banyak waktu habis untuk ngecekin aja.

Hidup dengan mementingkan apa kata manusia itu menyusahkan banget lho. Dan hal ini ga akan bisa ditinggalkan kecuali kita meluruskan pandangan, segala yang dilakuin untuk menyenangkan pencipta kita. Manusia itu pada dasarnya adalah hamba, kalo ga jadi hamba tuhan ya jadi hamba makhluk, cuma dua itu pilihannya.

Setelah mencoba melepaskan diri dari ketergantungan socmed, rasanya hidup lebih ringan. Jalan-jalan, foto dan video seperlunya, dengan niat untuk dokumentasi, syukur-syukur jadi informasi berguna bagi orang lain. Bisa menulis lebih leluasa di blog, bisa lebih banyak membaca buku, lebih konsisten dengan target harian, lebih menghayati silaturahmi, lebih ada waktu untuk tegur sapa secara lebih bermakna, dan sebagainya.

Memang segala sesuatu yang terbaik adalah yang dipertengahan. Ga berlebihan dalam memusuhi maupun menggandrungi. Kalau apa-apa yang kita lakuin itu motif utamanya jelas dan kuat, karena Allah, kita akan merasa tenang dan kokoh, baik itu bermedia sosial ataupun ga.


... dibuat dalam rangka mengingatkan dan menguatkan diri sendiri...
... bersiaplah, Ramadhan sebentar lagi...

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia