My Two Angels
Kedua orang tuaku, memang bukanlah manusia yang sempurna,
pengetahuan agama mereka bukanlah sekelas para ustadz,
tapi mereka memiliki cinta dan ketulusan yang tak terhingga bagi tiap anaknya.
Mereka selalu menjaga anak-anaknya, sebaik yang mereka mampu.
Papa,
adalah sosok lelaki luar biasa, cerdas dan tegas,
Beliau dapat jadi sosok yang sangat keras, tapi sejatinya sangat lembut hatinya.
Beliaulah yang diam-diam sering memberikan selembar-dua lembar isi dompetnya pada katakanlah, satpam entah siapa, atau juru parkir yang bahkan beliau tidak kenal.
Beliaulah jugalah yang tiba-tiba datang ke kosanku di Bandung lantas memberikan uang sejumlah uang bulananku tanpa sepengetahuan Mama sebagai wujud pedulinya,
Dari beliau, aku belajar arti murah hati dan berderma.
Papa sosok yang cerdas,
memulai capaiannya dari 0,
Dulu Papa pernah cerita, sedari kecil sudah biasa berjualan aneka kreasi dapur ibunya ke sekolah.
Saat guru tidak ada, tak jarang Papa juga mengajar teman-temannya di kelas,
Dulu, bahkan papa sempat nyaris menjadi dosen di Padang, sudah diterima dan siap mengajar, hingga tiba-tiba datang tawaran bekerja di ibu kota.
Papa adalah perantau yang gigih,
memulai semua dari bawah.
Sebelum menikah beliau sudah mampu membeli rumah mungil di pinggiran kota,
perlahan tapi pasti semuanya meningkat, dalam kurang dari lima tahun rumah itu semakin besar berkali lipat,
dan dalam kurang dari tiga tahun setelahnya, rumah itu semakin besar lagi dan berpindah ke kawasan yang lebih baik.
Papa sudah langganan jadi ketua dimana-mana.
Beliau gemar menjalin relasi, pandai berkawan.
Lihatlah teman sedari kecil, SMP, SMA, semua masih terjaga sampai sekarang
Namun, dibalik segala pencapaian hebatnya di luar rumah tersebut,
di rumah ia adalah sosok yang begitu ringan tangan mengerjakan pekerjaan rumah..
Ah, bahkan ia sering mendahuluiku mencuci piring, tidak pernah menyuruhku, sampai aku sadar dan malu sendiri lantas mengambil alih apa yang beliau kerjakan.
Menyapu, menyikat kamar mandi, bahkan kadang memasak..
Papa adalah sosok yang dihormati banyak orang,
Papa gemar mengisi seminar, dan sebagainya,
tapi saat bepergian, tak jarang ialah yang berkorban tidur di lantai demi anak-anaknya dapat berisirahat dengan nyaman..
Papa adalah sosok yang taktik dalam berpikir,
tapi saat pria yang kukagumi datang melamar,
beliaulah yang paling mendukungku untuk menikah,
beliaulah yang memudahkan langkahku untuk menggenapkan setengah agama,
Isak tangisnya saat akad terjadi menjadi bukti, betapa cintanya begitu tinggi..
Aku bangga dengan Papaku.
Ia lah pahlawan pertamaku, perantara Allah memberikan rasa aman.
Mama adalah sosok yang pandai,
Di Bukit Tinggi, Mama selalu jadi juara kelas,
Dulu Mama adalah anak juragan emas, terkaya sekampung,
tapi nasib berkata lain, Kakekku ditipu temannya dan tetiba jadi serba tak berpunya
Mama lah yang membantu Oma menjahit aneka rupa untuk sekedar menyambung hidup,
Pengalaman itu menempa Mama jadi wanita yang cekatan dalam berpikir, pandai mengatur uang, dan cerdik dalam membuat keputusan.
Karena prestasinya yang gemilang, akhirnya mama dapat merantau ke Pulau Jawa untuk melanjutkan kuliah dengan PMDK.
Saat itu Mama sudah menjadi yatim, Kakek yang tak sempat aku kenali itu menghadap Allah saat Mama SMA.
Mama berjuang keras untuk menyelesaikan kuliah,
"Sulit fokus belajar karena himpitan ekonomi", katanya,
tapi akhirnya Mama tetap lulus, walaupun tidak melanjutkan pendidikan profesi karena memilih langsung bekerja, mencari uang.
Mama adalah pengimbang Papa yang sangat pas,
Dulu Ibunya Papa bahkan sampai bilang, Papa baru boleh menikah kalau dengan Mama,
Ah indah sekali, Mama lah yang memang dapat memahami Papa.
Tentu tidak ada manusia yang sempurna, pun Mama dan Papa.
Mereka tumbuh bersama, belajar bersama, jatuh-bangun bersama..
Kesabaran Mama atas ketegasan Papa merupakan prestasi tersendiri.
Mama berhasil menciptakan dunia anak-anak yang begitu indah untukku,
Mama adalah wanita yang kuat dan kokoh,
Di luar mama sangat lugas, tapi sebenarnya ialah juaranya memendam rasa,
Mama sangat halus perasaannya, sering kali ia menyimpan segala luka sendirian,
Mama adalah pekerja keras,
Mama dulunya adalah wanita karir dengan prestasi gemilang,
Beliau apik menyimpan aneka penghargaan dari kantornya sealbum penuh,
Karirnya meningkat pesat hingga akhirnya saat aku SD Mama harus banyak istirahat karena gangguan liver,
"Sakit yang kerap menimpa mereka yang banyak menyimpan perasaan", kata tanteku,
Perihal ini aku pun tak tahu banyak, separah apa kondisinya, yang ku tahu aku pernah sangat ketakutan kehilangan Mama saat beliau dirawat saat aku masih SD,
Mama begitu pandai menutupi keresahannya, Mama hanya ingin anaknya tahu yang baik-baik saja,
"Mama insyaAllah gapapa, iie doain aja ya," itulah sepenggal kalimat yang aku ingat tiap kali aku berusaha bertanya,
Ah, andai aku tahu segala yang Mama simpan dalam hatinya, pasti tak akan henti aku menangisi sikapku selama ini padanya..
Dulu aku pernah bingung kenapa Mama begitu lama memberi restu untukku menikah,
Tapi kini aku sangat paham,
Mama hanya ingin memastikan bahwa yang terbaiklah yang akan melanjutkannya merawatku,
Mama hanya ingin segala yang terbaik untukku.
Aku bangga dengan Mamaku.
Ia lah rumah pertamaku, perantara Allah memberikan rasa nyaman.
Pernah aku meminta maaf pada mereka berdua, atas segala khilaf dan kurangku selama ini,
"Kami selalu memaafkan kalian, nak.." Jawab Papa,
Jawaban yang dengan menuliskannya disini pun membuatku menangis. Wahai Allah, kumohon, sayangilah mereka..
Kalau tidak kutunjukan rasa hormat pada Papaku, apakah yang lebih cocok untukku dibanding anak tidak tahu terima kasih?
Kalau tidak kutunjukan rasa sayang pada Mamaku, apakah yang lebih tepat untukku selain anak tidak tahu syukur?
Ya Rabb, saksikanlah, aku ikhlas akan segala pengasuhan mereka untukku, atas segala kebaikan dan kealphaan mereka..
Sungguh, segala kekurangan mereka, tak ada nilainya dibanding segala pengorbanan dan kebaikan yang mereka berikan untukku dan adik-adikku..
Muliakanlah mereka ya Rabb..
Jangan biarkan mereka tersakiti, bahkan dari diriku sendiri..
pengetahuan agama mereka bukanlah sekelas para ustadz,
tapi mereka memiliki cinta dan ketulusan yang tak terhingga bagi tiap anaknya.
Mereka selalu menjaga anak-anaknya, sebaik yang mereka mampu.
Papa,
adalah sosok lelaki luar biasa, cerdas dan tegas,
Beliau dapat jadi sosok yang sangat keras, tapi sejatinya sangat lembut hatinya.
Beliaulah yang diam-diam sering memberikan selembar-dua lembar isi dompetnya pada katakanlah, satpam entah siapa, atau juru parkir yang bahkan beliau tidak kenal.
Beliaulah jugalah yang tiba-tiba datang ke kosanku di Bandung lantas memberikan uang sejumlah uang bulananku tanpa sepengetahuan Mama sebagai wujud pedulinya,
Dari beliau, aku belajar arti murah hati dan berderma.
Papa sosok yang cerdas,
memulai capaiannya dari 0,
Dulu Papa pernah cerita, sedari kecil sudah biasa berjualan aneka kreasi dapur ibunya ke sekolah.
Saat guru tidak ada, tak jarang Papa juga mengajar teman-temannya di kelas,
Dulu, bahkan papa sempat nyaris menjadi dosen di Padang, sudah diterima dan siap mengajar, hingga tiba-tiba datang tawaran bekerja di ibu kota.
Papa adalah perantau yang gigih,
memulai semua dari bawah.
Sebelum menikah beliau sudah mampu membeli rumah mungil di pinggiran kota,
perlahan tapi pasti semuanya meningkat, dalam kurang dari lima tahun rumah itu semakin besar berkali lipat,
dan dalam kurang dari tiga tahun setelahnya, rumah itu semakin besar lagi dan berpindah ke kawasan yang lebih baik.
Papa sudah langganan jadi ketua dimana-mana.
Beliau gemar menjalin relasi, pandai berkawan.
Lihatlah teman sedari kecil, SMP, SMA, semua masih terjaga sampai sekarang
Namun, dibalik segala pencapaian hebatnya di luar rumah tersebut,
di rumah ia adalah sosok yang begitu ringan tangan mengerjakan pekerjaan rumah..
Ah, bahkan ia sering mendahuluiku mencuci piring, tidak pernah menyuruhku, sampai aku sadar dan malu sendiri lantas mengambil alih apa yang beliau kerjakan.
Menyapu, menyikat kamar mandi, bahkan kadang memasak..
Papa adalah sosok yang dihormati banyak orang,
Papa gemar mengisi seminar, dan sebagainya,
tapi saat bepergian, tak jarang ialah yang berkorban tidur di lantai demi anak-anaknya dapat berisirahat dengan nyaman..
Papa adalah sosok yang taktik dalam berpikir,
tapi saat pria yang kukagumi datang melamar,
beliaulah yang paling mendukungku untuk menikah,
beliaulah yang memudahkan langkahku untuk menggenapkan setengah agama,
Isak tangisnya saat akad terjadi menjadi bukti, betapa cintanya begitu tinggi..
Aku bangga dengan Papaku.
Ia lah pahlawan pertamaku, perantara Allah memberikan rasa aman.
Mama adalah sosok yang pandai,
Di Bukit Tinggi, Mama selalu jadi juara kelas,
Dulu Mama adalah anak juragan emas, terkaya sekampung,
tapi nasib berkata lain, Kakekku ditipu temannya dan tetiba jadi serba tak berpunya
Mama lah yang membantu Oma menjahit aneka rupa untuk sekedar menyambung hidup,
Pengalaman itu menempa Mama jadi wanita yang cekatan dalam berpikir, pandai mengatur uang, dan cerdik dalam membuat keputusan.
Karena prestasinya yang gemilang, akhirnya mama dapat merantau ke Pulau Jawa untuk melanjutkan kuliah dengan PMDK.
Saat itu Mama sudah menjadi yatim, Kakek yang tak sempat aku kenali itu menghadap Allah saat Mama SMA.
Mama berjuang keras untuk menyelesaikan kuliah,
"Sulit fokus belajar karena himpitan ekonomi", katanya,
tapi akhirnya Mama tetap lulus, walaupun tidak melanjutkan pendidikan profesi karena memilih langsung bekerja, mencari uang.
Mama adalah pengimbang Papa yang sangat pas,
Dulu Ibunya Papa bahkan sampai bilang, Papa baru boleh menikah kalau dengan Mama,
Ah indah sekali, Mama lah yang memang dapat memahami Papa.
Tentu tidak ada manusia yang sempurna, pun Mama dan Papa.
Mereka tumbuh bersama, belajar bersama, jatuh-bangun bersama..
Kesabaran Mama atas ketegasan Papa merupakan prestasi tersendiri.
Mama berhasil menciptakan dunia anak-anak yang begitu indah untukku,
Mama adalah wanita yang kuat dan kokoh,
Di luar mama sangat lugas, tapi sebenarnya ialah juaranya memendam rasa,
Mama sangat halus perasaannya, sering kali ia menyimpan segala luka sendirian,
Mama adalah pekerja keras,
Mama dulunya adalah wanita karir dengan prestasi gemilang,
Beliau apik menyimpan aneka penghargaan dari kantornya sealbum penuh,
Karirnya meningkat pesat hingga akhirnya saat aku SD Mama harus banyak istirahat karena gangguan liver,
"Sakit yang kerap menimpa mereka yang banyak menyimpan perasaan", kata tanteku,
Perihal ini aku pun tak tahu banyak, separah apa kondisinya, yang ku tahu aku pernah sangat ketakutan kehilangan Mama saat beliau dirawat saat aku masih SD,
Mama begitu pandai menutupi keresahannya, Mama hanya ingin anaknya tahu yang baik-baik saja,
"Mama insyaAllah gapapa, iie doain aja ya," itulah sepenggal kalimat yang aku ingat tiap kali aku berusaha bertanya,
Ah, andai aku tahu segala yang Mama simpan dalam hatinya, pasti tak akan henti aku menangisi sikapku selama ini padanya..
Dulu aku pernah bingung kenapa Mama begitu lama memberi restu untukku menikah,
Tapi kini aku sangat paham,
Mama hanya ingin memastikan bahwa yang terbaiklah yang akan melanjutkannya merawatku,
Mama hanya ingin segala yang terbaik untukku.
Aku bangga dengan Mamaku.
Ia lah rumah pertamaku, perantara Allah memberikan rasa nyaman.
Pernah aku meminta maaf pada mereka berdua, atas segala khilaf dan kurangku selama ini,
"Kami selalu memaafkan kalian, nak.." Jawab Papa,
Jawaban yang dengan menuliskannya disini pun membuatku menangis. Wahai Allah, kumohon, sayangilah mereka..
Kalau tidak kutunjukan rasa hormat pada Papaku, apakah yang lebih cocok untukku dibanding anak tidak tahu terima kasih?
Kalau tidak kutunjukan rasa sayang pada Mamaku, apakah yang lebih tepat untukku selain anak tidak tahu syukur?
Ya Rabb, saksikanlah, aku ikhlas akan segala pengasuhan mereka untukku, atas segala kebaikan dan kealphaan mereka..
Sungguh, segala kekurangan mereka, tak ada nilainya dibanding segala pengorbanan dan kebaikan yang mereka berikan untukku dan adik-adikku..
Muliakanlah mereka ya Rabb..
Jangan biarkan mereka tersakiti, bahkan dari diriku sendiri..
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
(QS: AL-Ahqaf: 15)
hari saat penanggungjawabku berpindah,
semoga kami dapat jadi anak yang berbakti..
_pengingat diriku sendiri,
jangan pernah sakiti mereka,
sejauh apapun kamu 'hilang' dari jalan-Nya_
Comments
Post a Comment