Surat Untuk Cintaku #3 Tentang Membaca
Kalau udah mulai sore, seperti ada alarmnya, Asiyah mulai gelisah nyariin Ayah. Tiap bentar nengok ke pintu sambil manggil Ayah, kadang sambil ngejawab sendiri. "Ayah.. Ayaah.. Eja (Kerja).. Ayah.. Eja.. Ayah.. Eja.." Gitu aja sampe menemukan aktivitas lain yang bisa mengalihkan perhatian.
Dan begitu Ayah pulang, ga pake babibu, langsung main dan kegiatan favorit Asiyah adalah baca buku. Beberapa hari ini, di ruang tengah digelarin kasur tipis buat tidur-tiduran. Asiyah suka banget baca buku sambil tiduran di paha Ayah. Ga mau udahan baca bukunya, selesai satu buku, ngacir ke rak dan ambil judul lain. Begitu terus sampai Ayah kelaparan, hehe.
Kalau diinget-inget kisah cinta Asiyah dengan buku itu dimulai sedari bayi merah. Kalau kebanyakan ibu lain begitu semangat membeli aneka baju, mainan, atau peralatan bayi, yang menjadi prioritas Bunda adalah buku untuk Asiyah. Buku pertama Asiyah itu buku-buku bantal, Bunda beli sekali selusin. Beberapa dikasih juga ke Thariq dan Aurora, seneng rasanya kalo bisa ngasih hadiah buku.
Setelah itu waktu Asiyah kurang lebih usia 6 bulan, mulai dikenalin buku Halo Balita. Tentunya Asiyah belum tertarik. Cuma beberapa detik dipandangin terus bosen. Ga apa, yang penting terus menerus dibiasakan dekat dengan buku. Sampai Asiyah usia 10,5 bulan ada peningkatan, mulai dibuka-buka walaupun cuma 3 detik. Ga apa, kenalin lagi besoknya dan besoknya. Sampai akhirnya sejak usia 11 bulan, Asiyah terlihat senang dan antusias dengan buku. Mulai betah lama membolak-balik halaman buku. Ayah dan Bunda pun makin semangat bacainnya, terutama Ayah yang paling jago mengarang cerita.
Sampai saat ini, usia 16 bulan, hiburan utama Asiyah di rumah adalah buku. Asiyah udah paham dengan alur cerita yang biasa kami bacakan. Juga para tokoh yang ada dalam buku. Bersyukur dengan buku, kosakata Asiyah mudah sekali bertambah.
Bunda memang ingin sekali Asiyah senang membaca. Karena Bunda sendiri punya pengalaman menakjubkan dengan buku-buku. Tahukah kamu sayang, Bunda merasa 'terselamatkan' dari pengaruh lingkungan yang jauh dari ideal karena buku. Berawal di penghujung SD, teman Bunda, namanya Tante Icha, mengajak Bunda ke perpustakaan sekolah. Disana, Bunda ditunjukan buku yang menurutnya bagus, judulnya Olin. Bukunya campuran novel dan komik, berkisah tentang dinamika kehidupan seorang anak SMA aktif yang namanya Olin. Wah, buku itu sukses bikin Bunda jatuh hati. Bunda jadi ngelengkapin seri lainnya dan akhirnya membaca buku-buku novel islami remaja sejenis.
Buku-buku itu yang menemani Bunda menjalani masa SMP, masa dimana lingkungan Bunda jauh dari apa yang tergambar dalam novel. Bunda satu-satunya yang pakai kerudung di angkatan. Tidak ada yang namanya ROHIS disana. Seringkali Bunda merasa asing. Tapi berkat buku-buku itu, Bunda jadi tahu kalau diluar sana ada kok lingkungan islami meneduhkan sebagaimana yang digambarkan dalam novel. Bunda jadi punya imajinasi sendiri tentang tokoh-tokoh sholeh dan sholehah dalam novel itu. Cerita memang jalan ampuh mengajarkan nilai pada seseorang. Dan Bunda beruntung 'diwarnai' oleh buku-buku itu. Berkat buku-buku islami tersebut, Bunda tak perlu berpikir dua kali untuk akhirnya masuk ROHIS di SMA, karena itulah 'cita-cita' Bunda sejak tahu ada hal itu di buku.
Begitulah nak, somehow, Bunda merasa berhutang budi pada para penulis itu. Sebut saja Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pipiet Senja, dan sebagainya. Semoga Allah berkahi hidup mereka, Allah dekap erat mereka dalam kasih sayang-Nya.
Semoga kamu suka membaca terus sampai kapan pun ya. Dan semoga apa yang kamu baca membuatmu semakin merunduk di hadapan-Nya. Semakin banyak yang kamu tahu, semakin membuat kamu menyadari bahwa sejatinya kamu tidak tahu apa-apa.
Dengan sepenuh cinta, harap, dan doa.
Bunda.
Göteborg, 7 Maret 2016, 22.57 CET.
Dan begitu Ayah pulang, ga pake babibu, langsung main dan kegiatan favorit Asiyah adalah baca buku. Beberapa hari ini, di ruang tengah digelarin kasur tipis buat tidur-tiduran. Asiyah suka banget baca buku sambil tiduran di paha Ayah. Ga mau udahan baca bukunya, selesai satu buku, ngacir ke rak dan ambil judul lain. Begitu terus sampai Ayah kelaparan, hehe.
Kalau diinget-inget kisah cinta Asiyah dengan buku itu dimulai sedari bayi merah. Kalau kebanyakan ibu lain begitu semangat membeli aneka baju, mainan, atau peralatan bayi, yang menjadi prioritas Bunda adalah buku untuk Asiyah. Buku pertama Asiyah itu buku-buku bantal, Bunda beli sekali selusin. Beberapa dikasih juga ke Thariq dan Aurora, seneng rasanya kalo bisa ngasih hadiah buku.
Setelah itu waktu Asiyah kurang lebih usia 6 bulan, mulai dikenalin buku Halo Balita. Tentunya Asiyah belum tertarik. Cuma beberapa detik dipandangin terus bosen. Ga apa, yang penting terus menerus dibiasakan dekat dengan buku. Sampai Asiyah usia 10,5 bulan ada peningkatan, mulai dibuka-buka walaupun cuma 3 detik. Ga apa, kenalin lagi besoknya dan besoknya. Sampai akhirnya sejak usia 11 bulan, Asiyah terlihat senang dan antusias dengan buku. Mulai betah lama membolak-balik halaman buku. Ayah dan Bunda pun makin semangat bacainnya, terutama Ayah yang paling jago mengarang cerita.
Sampai saat ini, usia 16 bulan, hiburan utama Asiyah di rumah adalah buku. Asiyah udah paham dengan alur cerita yang biasa kami bacakan. Juga para tokoh yang ada dalam buku. Bersyukur dengan buku, kosakata Asiyah mudah sekali bertambah.
Bunda memang ingin sekali Asiyah senang membaca. Karena Bunda sendiri punya pengalaman menakjubkan dengan buku-buku. Tahukah kamu sayang, Bunda merasa 'terselamatkan' dari pengaruh lingkungan yang jauh dari ideal karena buku. Berawal di penghujung SD, teman Bunda, namanya Tante Icha, mengajak Bunda ke perpustakaan sekolah. Disana, Bunda ditunjukan buku yang menurutnya bagus, judulnya Olin. Bukunya campuran novel dan komik, berkisah tentang dinamika kehidupan seorang anak SMA aktif yang namanya Olin. Wah, buku itu sukses bikin Bunda jatuh hati. Bunda jadi ngelengkapin seri lainnya dan akhirnya membaca buku-buku novel islami remaja sejenis.
Buku-buku itu yang menemani Bunda menjalani masa SMP, masa dimana lingkungan Bunda jauh dari apa yang tergambar dalam novel. Bunda satu-satunya yang pakai kerudung di angkatan. Tidak ada yang namanya ROHIS disana. Seringkali Bunda merasa asing. Tapi berkat buku-buku itu, Bunda jadi tahu kalau diluar sana ada kok lingkungan islami meneduhkan sebagaimana yang digambarkan dalam novel. Bunda jadi punya imajinasi sendiri tentang tokoh-tokoh sholeh dan sholehah dalam novel itu. Cerita memang jalan ampuh mengajarkan nilai pada seseorang. Dan Bunda beruntung 'diwarnai' oleh buku-buku itu. Berkat buku-buku islami tersebut, Bunda tak perlu berpikir dua kali untuk akhirnya masuk ROHIS di SMA, karena itulah 'cita-cita' Bunda sejak tahu ada hal itu di buku.
Begitulah nak, somehow, Bunda merasa berhutang budi pada para penulis itu. Sebut saja Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pipiet Senja, dan sebagainya. Semoga Allah berkahi hidup mereka, Allah dekap erat mereka dalam kasih sayang-Nya.
Semoga kamu suka membaca terus sampai kapan pun ya. Dan semoga apa yang kamu baca membuatmu semakin merunduk di hadapan-Nya. Semakin banyak yang kamu tahu, semakin membuat kamu menyadari bahwa sejatinya kamu tidak tahu apa-apa.
Dengan sepenuh cinta, harap, dan doa.
Bunda.
Göteborg, 7 Maret 2016, 22.57 CET.
Pemandangan Sore Ini
Comments
Post a Comment