Menjaga Lisan
Pengajian Safinatunnajah Gothenburg, 28 Maret 2016.
Segala ucapan kita, yang baik, yang buruk, yang ragu-ragu, maupun yang sia-sia semua akan dicatat. dan diminta pertanggungjawabnnya.
“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS: Qaaf: 18).
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Terdapat beberapa hal yang dapat membuat lisan tergelincir, diantaranya:
1. Berkata tidak pada tempatnya
Salah satu adab dalam berbicara adalah memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Jangan bicarakan tentang kekayaan di hadapan mereka yang kekurangan. Jangan bicarakan tentang kesehatan di hadapan mereka yang sedang sakit. Jangan bicarakan tentang orang tua di hadapan orang yang yatim. Dan jangan pula berkata seolah kita sudah menguasai banyak hal.
2. Berdusta walau pada hal kecil
Berkata benar walaupun kepada anak-anak. Contoh kita bilang ada permen padahal tidak, dan sebagainya, karena mereka akan belajar dari apa yang kita lakukan.
3. Berkata tanpa dipikirkan akibatnya pada orang lain
Kadang kita memiliki niat yang baik, tapi jangan sampai apa yang ingin kita sampaikan itu menyakiti orang lain. Mengatakan yang benar saja tidak cukup, harus disertai cara yang bijak. Bila berpotensi menyakiti lebih baik diam, atau pikirkan betul-betul cara yang baik untuk menyampaikannya.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(HR. Bukhari)
4. Mencela
Rasulullah SAW beberapa kali mendapat makanan yang tidak pas rasanya, tapi beliau tidak pernah mencela makanan. Bila beliau suka maka dimakan, bila tidak maka tidak dimakan tanpa dicela. Pada makanan saja Rasulullah SAW tidak mencela, apalagi pada manusia.
5. Bicara tanpa dipikir dulu
Selayaknya harus ada perundingan dulu antara hati dan pikiran sebelum mengatakan sesuatu.
”Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong jika ia membicarakan dengan setiap apa yang ia dengar” (HR. Muslim)
Apa akibat dari tidak menjaga lisan? Salah satunya adalah rusaknya hubungan silaturahim, dan tentunya kerugian besar di akhirat nanti.
Dalam hidup besar kemungkinan kita akan mendapati sakit hati akan ucapan orang lain, lalu apa yang harus kita lakukan? Bila hal tersebut benar, maka instrospeksi dan perbaiki diri. Tapi bila hal tersebut salah, berbahagialah, karena sejatinya pahala orang yang menyakiti tersebut kelak akan diberikan kepada kita di hari akhir nanti, sesuai dengan hadist berikut ini:
"Rasulullah SAW bersabda,
Tahukah kalian siapakah yang dinamakan Muflis (Orang yang bangkrut)?
Para sahabat menjawab, 'Orang yang bangkrut menurut pendapat kami ialah orang yang tiada mempunyai dirham (uang) dan tiada pula mempunyai harta benda.'
Nabi bersabda,
'Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku, datang pada hari kiamat dengan membawa (amal) shalat, puasa, dan zakat. Dia datang sedang dahulu pernah mencaci maki orang , menuduh (mencemarkan nama baik) orang , memakan harta orang , menumpahkan darah orang dan memukul orang .
Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pahala amal baiknya dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas Maka diambillah kesalahan mereka lalu dilemparkan kepadanya. Sesudah itu dia dilemparkan ke dalam neraka."
(HR. Muslim)
Semoga Ia senantiasa menuntun kita dalam berpikir, merasa, bertindak, dan berkata, sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang bangkrut di hari akhir nanti.
Wallahu'alam bishawab..
Notulensi dari Tausyiah yang disampaikan Mbak Diat Mossmark.
Segala ucapan kita, yang baik, yang buruk, yang ragu-ragu, maupun yang sia-sia semua akan dicatat. dan diminta pertanggungjawabnnya.
“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS: Qaaf: 18).
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Terdapat beberapa hal yang dapat membuat lisan tergelincir, diantaranya:
1. Berkata tidak pada tempatnya
Salah satu adab dalam berbicara adalah memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Jangan bicarakan tentang kekayaan di hadapan mereka yang kekurangan. Jangan bicarakan tentang kesehatan di hadapan mereka yang sedang sakit. Jangan bicarakan tentang orang tua di hadapan orang yang yatim. Dan jangan pula berkata seolah kita sudah menguasai banyak hal.
2. Berdusta walau pada hal kecil
Berkata benar walaupun kepada anak-anak. Contoh kita bilang ada permen padahal tidak, dan sebagainya, karena mereka akan belajar dari apa yang kita lakukan.
3. Berkata tanpa dipikirkan akibatnya pada orang lain
Kadang kita memiliki niat yang baik, tapi jangan sampai apa yang ingin kita sampaikan itu menyakiti orang lain. Mengatakan yang benar saja tidak cukup, harus disertai cara yang bijak. Bila berpotensi menyakiti lebih baik diam, atau pikirkan betul-betul cara yang baik untuk menyampaikannya.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(HR. Bukhari)
4. Mencela
Rasulullah SAW beberapa kali mendapat makanan yang tidak pas rasanya, tapi beliau tidak pernah mencela makanan. Bila beliau suka maka dimakan, bila tidak maka tidak dimakan tanpa dicela. Pada makanan saja Rasulullah SAW tidak mencela, apalagi pada manusia.
Selain itu juga jangan mencela sesuatu yang tidak ada hubungannya atau tidak salah misal mencela cuaca (salju, dsb).
Selayaknya harus ada perundingan dulu antara hati dan pikiran sebelum mengatakan sesuatu.
”Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong jika ia membicarakan dengan setiap apa yang ia dengar” (HR. Muslim)
Apa akibat dari tidak menjaga lisan? Salah satunya adalah rusaknya hubungan silaturahim, dan tentunya kerugian besar di akhirat nanti.
Dalam hidup besar kemungkinan kita akan mendapati sakit hati akan ucapan orang lain, lalu apa yang harus kita lakukan? Bila hal tersebut benar, maka instrospeksi dan perbaiki diri. Tapi bila hal tersebut salah, berbahagialah, karena sejatinya pahala orang yang menyakiti tersebut kelak akan diberikan kepada kita di hari akhir nanti, sesuai dengan hadist berikut ini:
"Rasulullah SAW bersabda,
Tahukah kalian siapakah yang dinamakan Muflis (Orang yang bangkrut)?
Para sahabat menjawab, 'Orang yang bangkrut menurut pendapat kami ialah orang yang tiada mempunyai dirham (uang) dan tiada pula mempunyai harta benda.'
Nabi bersabda,
'Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku, datang pada hari kiamat dengan membawa (amal) shalat, puasa, dan zakat. Dia datang sedang dahulu pernah mencaci maki orang , menuduh (mencemarkan nama baik) orang , memakan harta orang , menumpahkan darah orang dan memukul orang .
Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pahala amal baiknya dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas Maka diambillah kesalahan mereka lalu dilemparkan kepadanya. Sesudah itu dia dilemparkan ke dalam neraka."
(HR. Muslim)
Semoga Ia senantiasa menuntun kita dalam berpikir, merasa, bertindak, dan berkata, sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang bangkrut di hari akhir nanti.
Wallahu'alam bishawab..
Notulensi dari Tausyiah yang disampaikan Mbak Diat Mossmark.
Comments
Post a Comment