Book Review: Bergiat Dakwah Merajut Ukhuwah

Dirangkum dari Penuturan Rachmat Lasama, 7 Maret 2016.
Katanya kalau mau melihat peradaban lihat buku2 yang dibaca orang2nya. Kata Ustadz Salim A. Fillah, Litbang Kemenag pernah merilis data, di tahun 1970-1990 awal buku2 islam yang terbit didominasi wacana pengetahuan, ekonomi islam, hingga politik islam. Maka kita pun memanennya di akhir periode itu dengan tumbuhnya ikatan cendekiawan muslim, ekonomi syariah, perbankan syariah, hingga kesadaran politik islam. 
Sebaliknya di tahun 1990-an akhir hingga hari ini buku2 yang terbit kebanyakan kembali mempertajam sisi2 khilafiyah furu'iyyah di kalangan umat, antar ormas islam, organisasi dakwah, dan antar harakah. Detail sekali peruncingan perbedaan itu hingga kita pun kembali memanennya dalam bentuk sensitifnya lagi soal-soal yang sebenarnya bertahun lalu telah diredam oleh para Ulama dan Zu'ama dengan amat bijak.
Nah alhamdulillah pas gue liat2 udah mulai sedikit buku2 perselisihan umat islam. Buku dengan embel2 judul "mengupas kesesatan..." atau "membantah tuduhan..." udah mulai berkurang. Sebaliknya buku2 pemikiran tentang kondisi umat dan persatuan antar harakah mulai muncul. Salah satunya buku yang gue beli ini. 
Buku yang sangat mewakili pepatah "dont judge the book by its cover". Ditulis keroyokan oleh da'i2 muda indonesia yang berdiri di garda terdepan pergerakan dakwah. Ada Ustadz. Salim A. Fillah, Ustadz. Felix Siauw, Ustadz. Fauzil Adhim, Elvandi, Shafwan Al-Banna, Adian Husaini, dkk. 
Bukunya tipis (284) hal, tapi tekadnya dalam. Berbicara tentang kerisauan umat hari ini, qadhayah umat, pertentangan pemikiran, kegalauan da'i, kebingungan dalam berharakah. Pokoke pas banget dibaca siapa saja yang sekarang bergelut di jalan dakwah. Mau Tarbiyah, HTI, JT, Salafi, dsb.
Nah di IBF ada seminar dengan tema yang sama Ustadz. Felix feat Ustadz. Salim A. Fillah dengan judul "Dakwahku, bersamamu, di jalan yang berliku". Gue rasa seminar yang berani banget, membawa tema berat dengan audiens awam (bahkan ada yang ga berjilbab). Tapi justru seminar yang memberi harapan banget.
Beberapa kesimpulan yang gue dapat dari seminar :
1. Menghadapi perbedaan jamaah itu bersyaratkan pada ukhuwah dan pemahaman akan dakwah sejati.
2. "Tidak beriman di antara kamu hingga kamu saling mencintai (karena Allah)" (lupa hadist riwayat siapa).
3. Kan Allah menyebutkan di alquran tidak akan membiarkan sesorang mengatakan "saya telah beriman" sebelum datang ujian bagi dirinya. Mungkin ujian orang2 dalam gerakan dakwah adalah ukhuwah ini.
4. Kita mengaku-ngaku paling menjaga ukhuwah, padahal sejatinya kita hanya menjaga ukhuwah dengan orang2 satu pemikiran satu organisasi, satu harokah.
5. Perbedan gerakan dakwah itu adalah perbedaan furu' dakwah bukan ushul (furu'=cabang, ushul=pokok, cmiiw) sebagaimana perbedaan mazhab.
6. Bukan soal benar dan salah, tapi tepat dan lebih tepat (yang diatas bukan sepenuhnya perkataan ustadznya ya, hanya kesimpulan gue dari seminar yang ditambah2i).
7. Sebelum mengenal harokah kita menyicipi nikmatnya ukhuwah dalam Islam (pengalaman Ustadz Felix) yakali setelah berkomitmen berjamaah kita malah membuang sendiri nikmat yang sudah kita peroleh.
8. Riba itu dosa yang sangat besar, ada 72 jenis riba, dan yang paling ringan seperti menzinahi ibu sendiri, tapi kata Rasulullah riba yang paling riba adalah menghina kehormatan saudara muslim.
Kita selalu ingat kewajiban menjaga harta dan nyawa sesama muslim, tapi kita dengan santainya menghina kehormatan sesama muslim. Padahal ketiganya ada pada level yang sama.
9. Kata Ustadz. Salim kita setiap hari mengucapkan salam tapi kita tidak memaknai salam itu sendiri. Salam itu adalah komitmen. Mana mungkin kita menyampaikan doa keselamatan kepada saudara kita, tapi malah kita sendiri yang menyakiti. Ibarat kata kita ngomong "hati-hati ya di jalan" tapi kita celakakan pas di jalan, ini sih preman.
Kita sering menghina pandangan saudara kita tentang harokah, padahal ini hanya persoalan tepat dan lebih tepat.
Cerita Pertama Pada suatu ketika beberapa sahabat diutus Rasulullah pergi ke wilayah Bani Quraizah. Rosul berpesan "janganlah sholat ashar kecuali di wilayah Bani Quraizah". Mereka pun berangkat. Di tengah perjalanan matahari mulai terbenam.
Kelompok terpecah. Ada yang mengatakan kita harus sholat disini karena sholat ibadah yang memiliki waktu khusus tadi Rosul hanya ingin agar kita bersegera. Yang lain berpendapat, tidak, pernyataan rosul sangat zahir. Kita harus sholat ashar di bani quraizah. Akhirnya mereka berpisah jalan. Kelompok yang sholat di bani quraizah diriwayatkan sholat ashar pada waktu isya. Sepulang dari sana mereka saling melaporkan satu sama lain ke Rosul, dan Rosul tidak mencela satupun di antara mereka.
Kata Ustadz. Salim, takutnya kelak di akhirat ini terjadi pada kita. Di dunia ribut, sampai di akhirat, mungkin rosul tiada mencela satupun di antara kita, terus ngapain kita ribut dulu di dunia.
Jadi perkara harokah itu soal tepat dan lebih tepat. Tergantung waktu, lokasi, dan kondisi yang berkembang. Bisa jadi suatu metode dakwah cocok di bandung, belum tentu cocok di Jakarta atau Jogja. Apalagi membandingkan antar negara. Kata Ustadz Felix, "Harokah tidak akan dihisab, kita yang akan dihisab".
Maka kita perlu merenungi kembali makna seorang da'i, ia yang Berlandaskan pada futuhat. 
"Kami adalah kaum yang dibangkitkan Allah untuk membebaskan manusia :
- Dari penghambaan kepada mahluk, menuju peribadahan pada Khaliq semata
- Dari sempitnya dunia, menuju luasnya akhirat
- Dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam
Yang harus kita lakukan saat berharokah, adalah terus berdakwah dan belajar. Mempelajari waktu, lokasi, dan kondisi medan dakwah.
Cerita Kedua "Seluruh ulama fiqh, mulai dari Imam Ahmad, Imam Malik, hingga Imam syafii berpendapat tentang haramnya melempar jumroh sebelum zawal (dzuhur), kecuali Imam Atho' bin Abi Robaah.'
Beliau berpendapat bolehnya melempar jumroh baik qobla zawal atau ba'da zawal, hal ini didasarkan pada pendapat Rosulullah menunggu para sahabat hingga dzuhur lewat, seandainya sahabat datang lebih cepat maka rosul akan mlempar qobla zawal.
Selama 1300 tahun jumhur ulama memberi label janggal, aneh, dll pada pendapat imam atho' ini.
Hingga pada tahun 1990-an Majelis Fatwa Arab Saudi mendapatkan masalah serius. Banyaknya rombongan haji membuat berdesak2annya prosesi lempar jumroh, bahkan beberapa ada yang meninggal karena ini. Syuro pun digelar, ratusan kitab fiqh dibuka tiada satupun ditemui jalan keluar.
Hingga mereka berjumpa dengan pendapat 1300 tahun, pendapat Imam Atho' tentang kebolehan melempar jumroh qobla zawal. Sontak seluruh majlis mengucap hamdalah, "Untung ada pendapat imam atho' ini". Pendapat yang ditolak 1300 tahun, boleh jadi akan diterima setelahnya, ketika waktu, lokasi, dan kondisi bertemu. Itu tentang fiqh hukum, apalagi soal fiqh dakwah.
Ada tiga kebohongan yang diperbolehkan:
-Kebohongan antar suami istri untuk menjaga keutuhan rumah tangga
-Kebohongan dala perang untuk memenangkan Islam
-Kebohongan untuk menyatukan dua orang yang bertikai
Yang terakhir ini sering kita lupakan, lihat betapa pentingnya ukhuwah hingga kebohongan diperbolehkan untuk menyatukannaya. Kita lebih sering membesar-besarkan kebenaran kecil untuk memperuncing perbedaan, pertikaian. Bahkan yang bukan kebenaran pun kita share.
Cerita Ustadz Salim ada satu imam di Indonesia yang benci kepada Jamaah tablig karena menganggap mereka ahli bid'ah. Singkat ceritq sangking bencinya imam ini penasaran dan berangkat langsung ke india-pakistan, pusatnya gerakan JT. Ia kunjungi madrasah-madrasah JT disana. Kata yang terucap "masya Allah, ini sih lebih ahli hadist daripada saya".
Imam Sufyan Ats-Tsauri adalah tokoh ilmu hadits yang sangat tinggi ilmunya, beliau digelari Amirul Mukminin fiil Hadits. Beliau pernah suatu waktu mengkritik abu hanifah sebagai ahli qiyas (dalam konteks berlebihan). Abu hanifah adalah junior Imam Sufyan Ats-Tsauri. 
Hingga suatu ketika salah satu murid beliau, Imam Mubarok menjumpai beliau dalam suatu majlis. Imam Mubarok menunjukkan sebuah catatan tentang hadits yang dia pelajari dari seorang guru, dan meminta Imam Ats-Tsauri memberikan pendapat. Imam Ats-Tsauri mengatakan bahwa ilmu hadits yang dibawa Imam Mubarok begitu tinggi dan penuh mutiara-mutiara pemahaman.
Membaca reaksi kekaguman gurunya, Imam Mubarok berujar, "Guru tahukah engkau siapa yang memberi ilmu itu? Ia adalah Abu Hanifah".
Mendengar hal itu Imam Ats-Tsauri sontak berujar "Aelakalah Ats-Tsauri, celakalah Ats-Tsauri, celakalah Ats-Tsauri".
Da'i tidak ada yang sempurna kecuali Rosul, maka kata Ustadz Salim kita harus menjadi seperti Imam Mubarok.
Ketika melihat perselisihan antar ulama, harusnya kita berusaha mendamaikan, bersiasat untuk menyatukan mereka, bahkan dengan sedikit kebohongan.
Cerita penutup Dikisahkan dua orang anak kecil kakak beradik sedang memperhatikan seorang kakek mengambil wudhu, kakek itu sangat tidak teraratur wudhunya, air tidak mengenai bagian tubuh dan urutannya juga salah.
Mereka kemudian saling berbisik "bagaimana ya cara kita memberitahu kakek ini" kemudian salah seorang di antara mereka mendapat ide "bagaimana kalau kita pura -pura bertengkar".
Kemudian mereka bertengkar dan berkata pada kakek itu "kakek tolong jadi hakim di antara kami, kami berselisih siapa yang lebih tepat wudhunya".
Mereka pun menunjukkan wudhu masing2 kepada si kakek, tentu saja tiada di antara mereka yang tidak sempurna wudhunya.
Melihat wudhu mereka sang kakek berujar "Wah kalian berdua wudhunya sempurna, malah kakek yang wudhunya salah, tolong ajari kakek ya".
Mereka tersenyum, dua anak kecil itu adalah cucu baginda rosul Hasan dan husein.
Bagi teman-teman yang masih penasaran silahkan beli buku "Bergiat Dakwah Merajut Ukhuwah". InsyaAllah di buku itu lebih banyak ilmunya.
Ada kelembutan tulisan Salim A. Fillah, kecerdasan Felix Siauw, kebijaksaan Fauzil Adhim, kedalaman analisa Adian Husaini, luasnya cakrawala Elvandi, tajamnya pemikiran Shafwan Al-Banna dan masih banyak lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia