Tempat Ternyaman dan Teraman Di Dunia
Saya punya cerita.
Dulu, ada anak kecil, mungkin sekitar 4 tahun usianya, ingin menginap di tempat sepupunya di luar kota. Ini kali pertama sang anak berpisah dari orang tuanya. Ia tidak sendiri, ada kakaknya ikut menemani. Bermain dan bermalam bersama tiga orang sepupu membuat seharusnya liburan kali itu lancar dan menyenangkan.
Siang hari berlalu, tidak ada masalah berarti. Sore pun berlalu, anak-anak mulai letih bermain, tapi masih aman terkendali. Hingga malam pun tiba, tempat tidurnya dibuat senyaman mungkin, di kamar ber-AC satu-satunya di rumah itu, beramai-ramai.
Tapi sayangnya, mata sang anak tak mampu terpejam. Ada cemas dan waswas yang menghantui dirinya. Ia tidak biasa tidur tanpa pelukan ibunya. Ia merasa asing dan kesepian. Sebagai yang terkecil disana, ia mencoba mengutarakan isi hatinya dengan terisak.
Akhirnya ia disambungkan dengan ibunya di telfon. Tak ayal, pecahlah tangis sang anak. Ia semakin merasa rindu dan ingin cepat-cepat pulang. Ia terus menangis hingga akhirnya letih dan tertidur.
Lewat tengah malam, sang ibu pun datang, menepati janjinya. Akhirnya anak balita itu, beserta seluruh kakaknya pulang, tidak jadi menghabiskan waktu libur dengan menginap disana.
Semuanya lega, terlebih sang anak, akhirnya ia kembali ke dekapan ibunya.
Sayangnya, tiap anak tak selamanya kecil. Seiring waktu, mereka dapat dengan mudah terlupa. Bahwa sampai kapan pun, tempat ternyaman dan teraman adalah di pelukan ibu, yang mewujud keridhaan pada mereka.
Keridhaan ibu lah yang akan membuat hati tiap anak tenang. Keridhaan ibu lah yang akan mengusir segala kecemasan hingga mudah segala urusan di dunia. Keridhaan ibu lah yang akan membuka keridhaan-Nya.
Sayangnya, para anak mudah sekali lupa. Bahwa apa yang mereka butuhkan di dunia, sedekat pelukan ibu mereka sendiri.
Dulu, ada anak kecil, mungkin sekitar 4 tahun usianya, ingin menginap di tempat sepupunya di luar kota. Ini kali pertama sang anak berpisah dari orang tuanya. Ia tidak sendiri, ada kakaknya ikut menemani. Bermain dan bermalam bersama tiga orang sepupu membuat seharusnya liburan kali itu lancar dan menyenangkan.
Siang hari berlalu, tidak ada masalah berarti. Sore pun berlalu, anak-anak mulai letih bermain, tapi masih aman terkendali. Hingga malam pun tiba, tempat tidurnya dibuat senyaman mungkin, di kamar ber-AC satu-satunya di rumah itu, beramai-ramai.
Tapi sayangnya, mata sang anak tak mampu terpejam. Ada cemas dan waswas yang menghantui dirinya. Ia tidak biasa tidur tanpa pelukan ibunya. Ia merasa asing dan kesepian. Sebagai yang terkecil disana, ia mencoba mengutarakan isi hatinya dengan terisak.
Akhirnya ia disambungkan dengan ibunya di telfon. Tak ayal, pecahlah tangis sang anak. Ia semakin merasa rindu dan ingin cepat-cepat pulang. Ia terus menangis hingga akhirnya letih dan tertidur.
Lewat tengah malam, sang ibu pun datang, menepati janjinya. Akhirnya anak balita itu, beserta seluruh kakaknya pulang, tidak jadi menghabiskan waktu libur dengan menginap disana.
Semuanya lega, terlebih sang anak, akhirnya ia kembali ke dekapan ibunya.
Sayangnya, tiap anak tak selamanya kecil. Seiring waktu, mereka dapat dengan mudah terlupa. Bahwa sampai kapan pun, tempat ternyaman dan teraman adalah di pelukan ibu, yang mewujud keridhaan pada mereka.
Keridhaan ibu lah yang akan membuat hati tiap anak tenang. Keridhaan ibu lah yang akan mengusir segala kecemasan hingga mudah segala urusan di dunia. Keridhaan ibu lah yang akan membuka keridhaan-Nya.
Sayangnya, para anak mudah sekali lupa. Bahwa apa yang mereka butuhkan di dunia, sedekat pelukan ibu mereka sendiri.
Comments
Post a Comment