Sebelum Terlambat
Tidak pernah ada yang mengatakan bahwa menjadi orang tua itu mudah.
Suatu waktu saya pernah mendengarkan lecture ustadz Nouman Ali Khan, beliau cerita, saat lagi repot-repotnya mengurus newborn, ia dengan penuh harap bertanya ke kerabat yang anaknya sudah dewasa, "Ini semua akan membaik kan?" Dengan kata lain, kerepotan dan kesusahan ini cuma sementara, kan?
Dan tahukah apa jawabannya? Sang kerabat itu bilang, "Jika bisa memlilih, mendingan saya ganti popok tiap sebentar (dibanding apa yang saya hadapi saat ini). Percaya sama saya, ngurus bayi ga ada apa-apanya (dibanding saat mereka besar nanti)."
Sukses bikin saya melongo. Kebetulan saya nonton lecture itu pas lagi masa adaptasi jadi ibu baru, asli rempong.
Dan ternyata, semakin kesini, melihat sekitar, saya jadi paham. Bahwa seiring bertumbuhnya anak, akan semakin dinamis tantangan yang dihadapi orang tua. Saat anak beranjak satu tahun, ia butuh diajak bermain lebih intens, ga cukup dengan disusui aja maka anteng. Saat anak mulai sekolah, peran teman-teman mulai mempengaruhi. Belum lagi saat besar, perihal pendamping hidup anak pastilah jadi concern tiap orang tua. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Hanya saja, terkadang dapat terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan anak, yang tentunya sangat mungkin terjadi karena mereka berbeda generasi. Bahasa cinta orang tua kerap diartikan berbeda oleh para anak. Dan sayangnya, sebagai anak, kita mudah sekali lupa akan berjuta kebaikan mereka.
Memang, orang tua pun sangat mungkin melakukan kesalahan. Mereka hanya manusia biasa yang berupaya menjaga anugerah terbesar dalam hidup mereka sebaik-baiknya. Dan dapat saya pastikan, kebanyakan dari permasalahan orang tua dan anak berputar pada masalah komunikasi. Sayang sekali, andai mereka dapat saling memahami tanpa harus meluapkan kata.
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra : 23]
Ia berulang kali mengingatkan agar jangan sampai menyakiti mereka. Karena percayalah, apa yang kita tahu, hanya seujung kuku dari apa yang sebenarnya terjadi.
Kalau saja tiap anak tahu, seberat apa menjaga mereka di waktu kecil
Kalau saja tiap anak tahu, tak terhitung banyaknya malam kurang tidur demi mereka
Kalau saja tiap anak tahu, betapa banyak air mata tumpah karena memikirkan mereka
Kalau saja tiap anak tahu, seberapa besar rasa cinta untuk mereka
Maka, ingatlah selalu,
Bila belum mampu membuat mereka tersenyum, setidaknya jangan membuat mereka menangis..
Sesederhana itu.
Suatu waktu saya pernah mendengarkan lecture ustadz Nouman Ali Khan, beliau cerita, saat lagi repot-repotnya mengurus newborn, ia dengan penuh harap bertanya ke kerabat yang anaknya sudah dewasa, "Ini semua akan membaik kan?" Dengan kata lain, kerepotan dan kesusahan ini cuma sementara, kan?
Dan tahukah apa jawabannya? Sang kerabat itu bilang, "Jika bisa memlilih, mendingan saya ganti popok tiap sebentar (dibanding apa yang saya hadapi saat ini). Percaya sama saya, ngurus bayi ga ada apa-apanya (dibanding saat mereka besar nanti)."
Sukses bikin saya melongo. Kebetulan saya nonton lecture itu pas lagi masa adaptasi jadi ibu baru, asli rempong.
Dan ternyata, semakin kesini, melihat sekitar, saya jadi paham. Bahwa seiring bertumbuhnya anak, akan semakin dinamis tantangan yang dihadapi orang tua. Saat anak beranjak satu tahun, ia butuh diajak bermain lebih intens, ga cukup dengan disusui aja maka anteng. Saat anak mulai sekolah, peran teman-teman mulai mempengaruhi. Belum lagi saat besar, perihal pendamping hidup anak pastilah jadi concern tiap orang tua. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Hanya saja, terkadang dapat terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan anak, yang tentunya sangat mungkin terjadi karena mereka berbeda generasi. Bahasa cinta orang tua kerap diartikan berbeda oleh para anak. Dan sayangnya, sebagai anak, kita mudah sekali lupa akan berjuta kebaikan mereka.
Memang, orang tua pun sangat mungkin melakukan kesalahan. Mereka hanya manusia biasa yang berupaya menjaga anugerah terbesar dalam hidup mereka sebaik-baiknya. Dan dapat saya pastikan, kebanyakan dari permasalahan orang tua dan anak berputar pada masalah komunikasi. Sayang sekali, andai mereka dapat saling memahami tanpa harus meluapkan kata.
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra : 23]
Ia berulang kali mengingatkan agar jangan sampai menyakiti mereka. Karena percayalah, apa yang kita tahu, hanya seujung kuku dari apa yang sebenarnya terjadi.
Kalau saja tiap anak tahu, seberat apa menjaga mereka di waktu kecil
Kalau saja tiap anak tahu, tak terhitung banyaknya malam kurang tidur demi mereka
Kalau saja tiap anak tahu, betapa banyak air mata tumpah karena memikirkan mereka
Kalau saja tiap anak tahu, seberapa besar rasa cinta untuk mereka
Maka, ingatlah selalu,
Bila belum mampu membuat mereka tersenyum, setidaknya jangan membuat mereka menangis..
Sesederhana itu.
Comments
Post a Comment