Resume Talk "Pendekatan Anak Sesuai Perkembangan Otak".
Ceritanya abis nonton youtube saya coba buat resume-nya. Tulisan ini dibuat biar ga kelupaan. Hanya poin-poin garis besarnya aja, lengkapnya mangga disimak langsung di video yang dilampirkan dibawah ini. Semoga bermanfaat.
---
Rangkuman talk Dr. dr. Tiara Aninditha, Sp. S, dosen FKUI, tentang "Pendekatan Anak Sesuai Perkembangan Otak".
Perkembangan otak anak sesuai usia:
0-3 tahun cepat menyerap, semua otomatis terserap.
Pertumbuhan otak 90% selesai pada usai 5 tahun.
6-9 tahun sudah harus punya kemampuan tertentu baik secara fisik dan moral.
9-11 tahun sudah bisa tahu peraturan dan bisa konsekuen.
Koneksi syaraf otak pada usia 7-15 tahun akan dipegang sampai dewasa. Pada masa inilah otak membentuk bagaimana bersikap, bertindak, dan adab. Koneksi yang tidak dianggap penting akan dibuang. Setelah itu sisa koneksi akan dipakai sampai dewasa.
Ayah dan ibu harus sepaket, satu misi. Jangan ada perbedaan dalam mengajari anak. Kalau tidak maka saraf akan bingung dalam membuat koneksinya.
Anak harus dalam keadaan senang dengan ayah dan bunda. Peraturan yang dibuat bersama harus diterima dengan riang. Kenapa harus riang? Gelombang otak saat riang membuat anak dapat belajar dengan optimal, namanya gelombang alpha. Makanya penting sekali suasana pagi, sebelum anak sekolah, adalah suasana yang riang.
Anak-anak ga bisa mengerti maksud yang tersembunyi. Anak-anak cuma bisa menerima dari apa yang dia lihat. Jadi cara menunjukan sayang ke anak harus dengan sentuhan, lemah lembut.
Otak kita punya sistem alarm. Kalau dilihat ada bahaya maka ia akan bekerja cepat. Ada daerah khusus di daerah batang otak yang akan bekerja dengan cepat dalam bahaya. Bagian ini akan diaktivasi dalam keadaan yang dianggap mendesak. Bila anak dalam siatuasi yang tegang, misal ayah dan bunda bertengkar, alarm bahaya itu akan aktif. Intonasi yang ga baik, raut wajah, itu akan mengganggu koneksi yang terbentuk.
Anak cenderung bertindak sebelum berpikir. Kalo anak terbiasa alarm bahayanya menyala, anak takut, itu membuat dia tidak berpikir. Apa yang dibilang oleh orang tua ga akan masuk.
Hanya pada keadaan menyenangkan otak anak dapat menerima.
Dalam penelitian yang dilakukan pada 2 grup anak, dimana satu main game dalam gadget selama 2 minggu, terlihat jelas perbedaan fungsi otak pada mereka yang bermain gadget. Rekomendasi dokter anak di US, gadget maksimal hanya 2 jam per minggu untuk anak di bawah 2 tahun. Sedangkan untuk anak yang lebih besar maksimal 2 jam per hari. Dan semua harus disepakati, ayah dan bunda juga harus sepakat.
Stimulus apa yang harus kita buat biar koneksi otak anak optimal?
Kenapa Islam bisa mencapai golden age? Bagaimana para ahli di zaman itu bisa multidisiplin? Menurut Muhammmad Gillan, Neuroscientist, kuncinya adalah memahami alquran. Saat alquran dipahami, akan mengaktifkan beberapa bagian otak. Dengan kita mempelajari tajwidnya, akan mengaktifkan bagian otak tersendiri. Alquran dapat membantu shape the brain.
Pada anak-anak yang mendengarkan alquran, apalagi diulang-ulang, sudah merangsang memorinya. Bahkan juga sampai ke kontrol perilaku dan interaksi ke orang lain.
Ilmuan islam zaman dulu diawali dengan alquran, baru belajar ilmu dunia lainnya.
Segala respon kita ke anak akan jadi stimulus ke dia. Kalo saya merengek ke ayah akan begini, ke bunda akan begini, itu semua dipelajari. Stimulus - proses - respon. Apa yang keluar dari kita, langsung diserap, tanpa difilter. Begitulah cara kerja otak anak. Maka Ayah dan Bunda harus sejalan.
Stimulus yang terbaik adalah alquran. Maka pelajari alquran dulu dengan tajwid dan makhraj yang benar.
Göteborg, 24 Januari 2016.
00.25 CET
---
Rangkuman talk Dr. dr. Tiara Aninditha, Sp. S, dosen FKUI, tentang "Pendekatan Anak Sesuai Perkembangan Otak".
Perkembangan otak anak sesuai usia:
0-3 tahun cepat menyerap, semua otomatis terserap.
Pertumbuhan otak 90% selesai pada usai 5 tahun.
6-9 tahun sudah harus punya kemampuan tertentu baik secara fisik dan moral.
9-11 tahun sudah bisa tahu peraturan dan bisa konsekuen.
Koneksi syaraf otak pada usia 7-15 tahun akan dipegang sampai dewasa. Pada masa inilah otak membentuk bagaimana bersikap, bertindak, dan adab. Koneksi yang tidak dianggap penting akan dibuang. Setelah itu sisa koneksi akan dipakai sampai dewasa.
Ayah dan ibu harus sepaket, satu misi. Jangan ada perbedaan dalam mengajari anak. Kalau tidak maka saraf akan bingung dalam membuat koneksinya.
Anak harus dalam keadaan senang dengan ayah dan bunda. Peraturan yang dibuat bersama harus diterima dengan riang. Kenapa harus riang? Gelombang otak saat riang membuat anak dapat belajar dengan optimal, namanya gelombang alpha. Makanya penting sekali suasana pagi, sebelum anak sekolah, adalah suasana yang riang.
Anak-anak ga bisa mengerti maksud yang tersembunyi. Anak-anak cuma bisa menerima dari apa yang dia lihat. Jadi cara menunjukan sayang ke anak harus dengan sentuhan, lemah lembut.
Otak kita punya sistem alarm. Kalau dilihat ada bahaya maka ia akan bekerja cepat. Ada daerah khusus di daerah batang otak yang akan bekerja dengan cepat dalam bahaya. Bagian ini akan diaktivasi dalam keadaan yang dianggap mendesak. Bila anak dalam siatuasi yang tegang, misal ayah dan bunda bertengkar, alarm bahaya itu akan aktif. Intonasi yang ga baik, raut wajah, itu akan mengganggu koneksi yang terbentuk.
Anak cenderung bertindak sebelum berpikir. Kalo anak terbiasa alarm bahayanya menyala, anak takut, itu membuat dia tidak berpikir. Apa yang dibilang oleh orang tua ga akan masuk.
Hanya pada keadaan menyenangkan otak anak dapat menerima.
Dalam penelitian yang dilakukan pada 2 grup anak, dimana satu main game dalam gadget selama 2 minggu, terlihat jelas perbedaan fungsi otak pada mereka yang bermain gadget. Rekomendasi dokter anak di US, gadget maksimal hanya 2 jam per minggu untuk anak di bawah 2 tahun. Sedangkan untuk anak yang lebih besar maksimal 2 jam per hari. Dan semua harus disepakati, ayah dan bunda juga harus sepakat.
Stimulus apa yang harus kita buat biar koneksi otak anak optimal?
Kenapa Islam bisa mencapai golden age? Bagaimana para ahli di zaman itu bisa multidisiplin? Menurut Muhammmad Gillan, Neuroscientist, kuncinya adalah memahami alquran. Saat alquran dipahami, akan mengaktifkan beberapa bagian otak. Dengan kita mempelajari tajwidnya, akan mengaktifkan bagian otak tersendiri. Alquran dapat membantu shape the brain.
Pada anak-anak yang mendengarkan alquran, apalagi diulang-ulang, sudah merangsang memorinya. Bahkan juga sampai ke kontrol perilaku dan interaksi ke orang lain.
Ilmuan islam zaman dulu diawali dengan alquran, baru belajar ilmu dunia lainnya.
Segala respon kita ke anak akan jadi stimulus ke dia. Kalo saya merengek ke ayah akan begini, ke bunda akan begini, itu semua dipelajari. Stimulus - proses - respon. Apa yang keluar dari kita, langsung diserap, tanpa difilter. Begitulah cara kerja otak anak. Maka Ayah dan Bunda harus sejalan.
Stimulus yang terbaik adalah alquran. Maka pelajari alquran dulu dengan tajwid dan makhraj yang benar.
Göteborg, 24 Januari 2016.
00.25 CET
Comments
Post a Comment