Melahirkan Normal Vs. Sesar

Akhir-akhir ini saya lagi suka menyelam ke arsip draft saya yang membludak. Begitu banyak postingan setengah jadi yang ga jelas masa depannya, hehe. Nah, daripada terkubur aja mending (salah satunya) saya post. Jangan bingung ya kalo kondisinya udah ga relevan dengan saya sekarang. Dalam postingan berikut, ini ditulis waktu saya lagi kebawa hormon misuh-misuh ibu hamil (paling enak emang nyalahin hormon hihi), saat saya lagi hamil 8 bulan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Gothenburg. September, 2014

Saya beberapa kali ditanya, "mau lahiran normal apa sesar?"

Pertanyaan yang membuat saya harus diam beberapa detik untuk kemudian merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab. Bukan, bukan karena saya bingung dengan jawabannya, tapi karena ada begitu banyak hal yang mau saya "semprot" terkait pertanyaan itu.

Bagi saya, melahirkan normal atau sesar itu bukan pilihan, it's not a choice. Melahirkan pervaginam (normal) adalah fitrah manusia. Hanya kondisi tertentu yang bisa membuat persalinan harus melalui operasi sesar demi kebaikan ibu dan bayi.

Dengan pola pikir seperti itu menurut saya ga perlu ada perang di dunia ibu tentang melahirkan normal vs. sesar, orang-orang jadi bisa lebih menghargai persalinan secara sesar, karena berarti yang melahirkan secara sesar pasti udah mengupayakan untuk melahirkan secara pervaginam semaksimal mungkin.

Manusia (Indonesia) itu lucu, menganggap bahwa persalinan secara sesar adalah pilihan, tapi saat ada ibu yang melahirkan melalui jalan ini, sering kali di cap negatif. Hehe, maunya opo toh..

Sedikit berbagi, di Swedia, persalinan= pervaginam. Bukan pilihan. Sesar adalah jalan keluar kalo ada komplikasi atau keadaan yang darurat.


Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia