Lelaki Pendidik

Menjadi seorang lelaki itu ga mudah, Allah melebihkannya satu derajat bukan tanpa alasan. Seorang laki-laki punya kewajiban untuk 'berperang' yang di wanita ga ada. Laki-laki juga berkewajiban menafkahi, artinya, ia harus punya keahlian agar bisa menghasilkan.

Selain itu laki-laki adalah penanggung jawab banyak wanita dalam hidupnya; ibu, istri, anak perempuan, dan saudara perempuannya. Bayangkan di akhirat nanti, hidup yang lurus aja belum menjamin, akan dimintai dulu pertanggungjawaban terhadap para wanita di keluarganya itu.

Sayangnya dewasa ini saya sering melihat laki-laki yang 'kurang laki', bukan artinya laki-laki yang melambai lho ya, ga harus gitu. Laki-laki yang 'kurang laki' ini menurut saya adalah para laki-laki yang ga paham akan hakikat penciptaannya, mereka ga sadar kalo jadi laki-laki ga gampang, ada tanggung jawab lebih yang beda sama wanita. Jadi laki-laki itu harus kuat, dewasa, dan cerdas.

Salah satu wujud 'kelakian' seorang lelaki adalah saat dia menjadi suami, dia akan mendidik istrinya dengan sebaik ia mampu. Ia akan menjadikan waktunya di dunia ini sebagai kesempatan untuk menjaga keluarganya agar selamat di dunia dan akhirat. Ia akan menjadi lelaki pendidik. Dan disini dibutuhkan kedewasaan dan kecerdasan, karena mendidik wanita itu ga mudah. Wanita kecenderungannya 'bengkok', kalo didiemin menyimpang, kalo dikerasin mudah patah. Maka laki-laki, dalam hal ini suami, kudu 'cerdik' dalam mendidik wanitanya.

Berarti enakan jadi wanita ya? Lebih 'gampang'? Hmm sayangnya ga juga.. Kita, wanita, boleh jadi punya tugas yang jauh lebih berat dari para lelaki, yakni saat kita menjadi ibu. Ibu dari para lelaki atau ibu dari para calon ibu (nah loh belibet, hehe). Otomatis para ibu yang tentunya wanita ini harus lebih kuat, lebih dewasa, dan lebih cerdas agar bisa menghasilkan lelaki yang cemerlang.

Saya mengibaratkan anak lelaki itu ibarat pedang dan anak wanita itu ibarat perisai. Lelaki hakikatnya adalah 'berperang' secara langsung. Ia adalah pedang yang dengan dirinya bangsa dan agamanya menjadi gemilang. Sedangkan wanita adalah benteng pertahanan umat, ia yang menjadi perisai untuk melindungi dan memastikan nilai-nilai luhur tertanam kuat pada generasi selanjutnya. Walaupun tetap, pertanggung jawaban pendidikan anak adalah pada pihak ayah, nah loh balik lagi kan ke bagiannya laki-laki :)


thank you for everything, dear husband

Comments

  1. ijin share bu Ferry ANggoro.. untuk saya tampilkan di Blog saya sbagai kesadaran lelaki.. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia