Jalan-jalan Copenhagen: Hari Kedua

Cerita jalan-jalan di Copenhagen hari pertama bisa dilihat disini.

Hari Kedua
Hari ini adalah hari terakhir kami di Copenhagen. Kami beranjak dari hotel sekalian check out, tapi koper dititip dulu di hotel. Target saya hari ini adalah ngeliat pergantian pasukan di Amalienborg Palace, sisanya bonus aja :D Pergantian pasukannya kabarnya mulai dari jam 11.30an.

Setelah keluar hotel, kami naik bus dan turun di halte yang namanya 'Amalienborg Palace'. Sepanjang jalan kami foto-foto pake tongsis, btw asik ya ternyata pake tongsis haha *hasrat narsis tersalurkan*.


Setelah jalan lama tapi ko istananya belum juga kelihatan, ujug-ujug malah nyampe Nyhavn. Sekalian menyelam minum air, kami foto-foto dulu deh di Nyhavn, kebetulan kemarin belum sempet foto-foto disana.





Jarak dari Nyhavn ke Amalianborg Palace (di peta) itu seciprit doang, tapi kenapa berasanya ga nyampe-nyampe yaa. Jadilah nanya-nanya orang dulu, dan ternyata dari tadi kami jalan menjauhi istana. Pantesan ga nyampe-nyampe.. Saat itu jam udah menunjukkan pukul 12 siang. Saya udah mulai pasrah ga kedapetan prosesi pergantian pasukan.

Akhirnya sampe juga di Amalienborg Palace, dan alhamdulillaah barisan pasukan unyu-nya masih ada!






Waktu di Oslo, saya juga pernah ngeliat pasukan penjaga model begitu tapi asa disana mereka lebih strict. Di Amallienborg Palace pasukannya boleh jalan-jalan, celingak-celinguk, dsb. Bosen juga kali ya kalo bengong mulu.. hehe..


And The Drama Begins
Setelah prosesi pergantian pasukan selesai dan puas foto-foto, kami mau balik jalan-jalan naik bus sightseeing aja. Di halte terdekat, kami liat ada bus merah yang kami kira itu bus hop on hop off. Langsung aja kami masuk dan duduk cantik.

Sebelum bus jalan, kami dipanggil pak supir, beliau ngecek tiket kita dan bilang kalo ini bukan bus hop on hop off, beda perusahaan walopun warna busnya sama-sama merah. Saat kami mau turun bus, ada serombongan turis yang ngomongnya kenceng banget, Asiyah yang lagi bobo di strollernya terbangun sambil nangis. Maka kami pun buru-buru turun bus sambil tergopoh-gopoh diiiringi backsound bayi jejeritan. Rempong! Akhirnya Asiyah saya gendong sambil pindah ke bus merah lain yang udah parkir di belakang bus tadi.

Setelah duduk di bus yang bener kami pun menikmati pemandangan dengan tenang. Memanfaatkan wifi gratis dalam bus, kami pun video call-an sama adik saya di Indonesia. Lagi asik-asik nunjukin pemandangan diluar, eh, kami baru sadar kalo HP mama yg saya pegang utk foto-foto ternyata ga ada. Selama perjalanan dari hotel emang HP ini saya terus yg pegang, dan dengan slebornya saya lupa naro dimana. Diperiksalah semua tas, stroller, jaket dan tetap ga ditemukan. Yang bikin pengen nangis itu foto-foto perjalanan kita disana semua.

Mama sampe bilang,
"Hp bisa dibeli lagi, tapi foto-fotonya itu, kenangan kita." Ya, ini memang liburan pertama mama dengan Asiyah, yang sangat berkesan bagi kami.

Kami curiga bahwa HP itu antara terjatuh di bus sebelumnya atau di jalan.

Tak terasa bus pun sampai di pemberhentian terakhirnya, kami disarankan petugas bus itu untuk turun di halte Tivoli karena disana ada pos perusahaan bus yang kami salah naiki sebelumnya. Ia bilang temui orang yang memakai vest oren.

Kami pun ke pos yang dimaksud dan melaporkan kejadian yang kami alami. Kami meninggalkan email dan nomor yang dapat dihubungi. Mereka berkata bila mendapat laporan akan menghubungi kami walopun biasanya jarang ada kasus seperti itu. Kami pun sudah mulai pasrah.

Waktu kami pun hanya sedikit, sekitar 2 jam lagi kita udah harus sampai di stasiun kereta untuk kembali ke Göteborg. Kami pun belum makan siang. Akhirnya saya, Asiyah, dan tante pergi membeli makanan untuk di makan di kereta. Sedangkan mama kembali ke hotel untuk mengambil koper. Kami janjian ketemu di depan Stasiun.

Baru beberapa langkah dari pos tadi, kami merasa ada suara memanggil kami dari arah halte bus. Setelah celingak-celinguk beberapa detik, ternyata sumber suaranya adalah supir bus lama kami, bus yang kami curigai HP mama tertinggal disana. Ia menghampiri kami dan bilang,
"Assalamualaykum! Ini HP kalian? Tadi ada penumpang yang menyerahkan ke saya, sayangnya kalian sudah turun."
Rupanya penampilan kami yang 'berbeda' dgn hijab membuat kami mudah dikenali. Kami kaget bukan hanya karena HP mama kembali tapi juga karena ternyata supir bus tersebut adalah seorang muslim.

Saat saya sibuk berterima kasih(?), Tante saya sibuk mencari apa yang dapat kami berikan kepadanya sebagai hadiah. Kami tidak membawa apa-apa saat itu. Akhirnya, tante saya memberikan kalung miliknya yang baru saja dibeli. "Inilah budaya kita," kata tante saya. Saya tertegun, banyak sekali pelajaran hari ini.

Supir bus itu sempat menolak pemberian tante saya, tapi karena kami bilang ini hadiah dan tidak baik ditolak maka ia pun menerimanya dengan senyum.

La haulawalakuwwata ilabillah.

Bukan hanya HP mama yang kembali, tapi kami juga jadi menambah 'saudara'. Kami pun melanjutkan perjalanan membeli makan siang dengan riang.

Kami pun mampir-mampir dulu di aneka pertokoan. Tanpa kami sadari mama sudah menunggu lama di depan stasiun kereta.

Begitu akhirnya kami sampai di stasiun kereta, kami pun mengabarkan mama tentang HP nya yang sudah kembali.
"Baru aja mama ngirim sms ke hp itu. Mama bilang HP-nya diambil gpp, tapi tolong memorinya dikembalikan. Disana ada foto-foto liburan saya dengan cucu saya."
Rasanya dada saya sesak, sebegitu berartinya arti kebersamaan dengan cucu bagi seorang nenek.

Semoga akan ada lagi liburan-liburan kami yang lain.
Ya Rabb, izinkanlah, mudahkanlah bagi kami safar bersama, menikmati waktu melihat belahan bumi-Mu yang begitu luasnya. Hanya kepada-Mu lah kami memohon..

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang kami ke Göteborg dengan hati riang.


Comments

  1. mbak derry :""") ini kok cerita travelling malah bikin terharu.. hehe
    terimakasih sudah bercerita mbak :")

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia