Bukan LDR Biasa

Kenapa? Karena selain kami terpisah jarak 11000 km, kami juga terpisah zona waktu yang cukup membuat (saya) rungsing. Waktu Bandung enam jam lebih dulu dari waktu Gothenburg. Artinya, saat saya mau tidur-pak suami masih di kantor, saat saya bangun tidur-pak suami mau tidur, saat saya beraktivitas-pak suami lagi tidur. Otomatis waktu berkomunikasi hanya di sela-sela aktivitas kami antara waktu ashar sampai saya mau tidur via wa.

Skype di weekday? Jaraang pisan, ya karena waktu yang ga beririsan itu, kalo udah bener-bener kangen dan pengen skype di weekday harus ada yang berkorban. Entah saya bangun lebih cepat atau tidur lebih lama, atau pak suami yang tidur lebih lama. Yang tentunya kalo dilakuin sering-sering ga bagus untuk kesehatan (karena kudu begadang).

Terus waktu bisa komunikasi panjang kapan dong? Weekend.
Waktu ashar sampai tidur malam (WIB) di hari Sabtu dan Minggu adalah waktu yang sangat berharga buat kami. Bisa dibilang ini pengorbanan kami untuk menyelamatkan komunikasi keluarga. Kenapa pengorbanan? Karena ga jarang ada banyak tawaran acara di weekend ini. Kalo acaranya dari pagi sampai siang saya masih oke, yang penting sebisa mungkin sebelum ashar udah duduk cantik di rumah, hehe..

Sebenernya ini udah jadi 'aturan tak tertulis' dari lama, cuma ya namanya tak tertulis, ga bisa dibaca untuk reminder, jadi aja suka lupa. Kadang 'ga sengaja' bikin 'ladies party' di weekend dan berakhir dengan merasa bersalah sama pak suami #heuu. Tapi setelah suatu perbincangan mendalam, kami menyepakati kembali 'perjanjian' ini. Jadi sekalian aja saya tulis biar jadi pengingat :)

Selain jadi pengingat ada hal lain yang membuat tulisan ini jadi penting(?). Mmm gini, kadang saya suka ngerasa ga enak ngejelasin alasan kenapa ga bisa ketemu orang di waktu sore-malam pada weekend, ya karena itu waktunya saya ‘berumah tangga’ hehe. Mungkin kalo orang yang tinggal bareng suaminya, orang lain akan lebih segan dan respek terhadap waktunya, terutama waktunya di rumah. Sedangkan saya, mungkin terlihat sebagai ‘single’ sehingga kadang ya ga ada bedanya gitu sama yang lain. Padahal percayalah, saat wanita telah menikah, pasti akan ada yang berbeda dalam hidupnya, dalam keputusan-keputusannya, dalam aturan ‘permainan’nya, sekalipun ia LDR-an. Ga bisa sebebas seperti yang lain. Ada waktu-waktu yang ia ‘tak bisa diganggu’, pun disambangi dengan mudah.

Apa seserius itu? Segitunya banget? Hehe, percaya gak kalo rumah tangga itu, apalagi yang harus LDR, kuncinya agar tetap harmonis adalah KOMUNIKASI. Dan bayangkan kalo waktu komunikasi yang sedikit ga dihargai dengan semaksimal mungkin. Bukannya ga mungkin pernikahan jadi hambar yang bisa berujung ke hal yang ga diinginkan (naudzubillah). Saya lebay? Kalo kelebayan ini bisa bikin pernikahan makin bahagia, saya rela, heu :D

Ini mungkin bisa jadi tips n trik juga buat para LDR-ers (kudu udah halal yah tapinya!) di luar sana, sepakati waktu ‘sakral’ kalian. Kalo pun emang ada event yang benar-benar urgent, sebisaa mungkin hanya memakai satu hari, misal sabtu, hari Minggu usahakan (semaksial mungkin) untuk si dia seorang. Kalo eventnya 2 hari dan bener-bener urgent? Ya udah mau gimana lagi, artinya harus bersabar sampai minggu depannya. Tapi jangan sering excuse karena percayalah, nunggu seminggu untuk bisa melihat wajahnya terasa bagai seabad (eaa)..

Yaudah gitu aja sih, cuma mau berbagi (dan curhat) ^_^

(doakan kami yaa..)

*lanjut bobo*

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia