Konsekuensi
dua tahun yang lalu ada seorang wanita yang memantapkan hati untuk menikah.
tidak seperti pernikahan kebanyakan, ia harus merelakan akan terpisah jarak dari pasangannya.
untuk waktu yang tak sebentar.. dua tahun kurang lebih.. sampai sang wanita kelak menyelesaikan studinya di kota bunga.
bayangannya saat itu, mereka hanya akan terpisah pulau 'sedikit' saja.. pulau jawa dan singapura, tempat pasangannya rencananya akan bekerja setelah menikah..
"apa kau gila?" kata seorang teman. "kenapa terburu-buru memutuskan menikah? kau masih terlalu muda.. dan toh akan terpisah jarak pada akhirnya?"
sang wanita terdiam.. mudah saja alasannya, dan terang benderang dihatinya. tapi ia kesulitan mewujudkannya dalam kata-kata, kata-kata yang orang-orang dapat dengan mudah mengerti..
"karena tidak menikah lebih buruk bagiku dalam situasi seperti ini,"
"terserah apa katamulah, aku tak mengerti."
sang wanita sudah tahu, memang akan banyak yang tidak mengerti. tapi keputusan sang wanita sudah bulat.
beberapa bulan kemudian, setelah pernikahan dilangsungkan, ada perubahan kondisi.. sang pasangan bisa berada di benua biru lebih lama.. mendapat tawaran pekerjaan dan harapan melanjutkan studi lebih lanjut disana. o o.. "tentu tidak," kata sang wanita.. 11.000 km terlalu berlebihan untuknya.. apalagi untuk waktu dua tahun.. "kembali saja pada rencana semula, hatiku hanya sanggup untuk pulau jawa dan singapura".. "baiklah", kata sang lelaki, "apa pun yang kau inginkan.."
satu minggu.. dua minggu.. ibunda sang wanita membicarakan keputusan mereka, mereka terlalu terbawa emosi katanya.. tawaran bekerja dan studi lanjutan di benua biru bukanlah hal kecil.. "berkorban perasaanlah sedikit, bila dijalani dua tahun tidak akan terasa lama," katanya.. sang wanita terdiam.. menimbang.. berdoa.. hingga akhirnya menyetujui, merelakan..
benarkah tidak terasa lama seperti kata ibunda? ya dan tidak. ya, saat kesibukan berhasil mengalihkan perasaan. dan tidak, saat hati kembali pada kesadarannya; ini sungguh berlebih, tapi inilah konsekuensi.
kini 1,5 tahun sudah pernikahan mereka. 1,5 tahun sudah cinta 11.000 km mereka. sedikit lagi? semoga. semoga Allah izinkan mereka memiliki pernikahan yang utuh. wanita dan pria hidup bersama, membangun keluarga yang mencahaya.
---
Mudahkanlah ya Rabb jalannya.. izinkan dua hati bertemu dalam wujud yang sebenarnya.
tidak seperti pernikahan kebanyakan, ia harus merelakan akan terpisah jarak dari pasangannya.
untuk waktu yang tak sebentar.. dua tahun kurang lebih.. sampai sang wanita kelak menyelesaikan studinya di kota bunga.
bayangannya saat itu, mereka hanya akan terpisah pulau 'sedikit' saja.. pulau jawa dan singapura, tempat pasangannya rencananya akan bekerja setelah menikah..
"apa kau gila?" kata seorang teman. "kenapa terburu-buru memutuskan menikah? kau masih terlalu muda.. dan toh akan terpisah jarak pada akhirnya?"
sang wanita terdiam.. mudah saja alasannya, dan terang benderang dihatinya. tapi ia kesulitan mewujudkannya dalam kata-kata, kata-kata yang orang-orang dapat dengan mudah mengerti..
"karena tidak menikah lebih buruk bagiku dalam situasi seperti ini,"
"terserah apa katamulah, aku tak mengerti."
sang wanita sudah tahu, memang akan banyak yang tidak mengerti. tapi keputusan sang wanita sudah bulat.
beberapa bulan kemudian, setelah pernikahan dilangsungkan, ada perubahan kondisi.. sang pasangan bisa berada di benua biru lebih lama.. mendapat tawaran pekerjaan dan harapan melanjutkan studi lebih lanjut disana. o o.. "tentu tidak," kata sang wanita.. 11.000 km terlalu berlebihan untuknya.. apalagi untuk waktu dua tahun.. "kembali saja pada rencana semula, hatiku hanya sanggup untuk pulau jawa dan singapura".. "baiklah", kata sang lelaki, "apa pun yang kau inginkan.."
satu minggu.. dua minggu.. ibunda sang wanita membicarakan keputusan mereka, mereka terlalu terbawa emosi katanya.. tawaran bekerja dan studi lanjutan di benua biru bukanlah hal kecil.. "berkorban perasaanlah sedikit, bila dijalani dua tahun tidak akan terasa lama," katanya.. sang wanita terdiam.. menimbang.. berdoa.. hingga akhirnya menyetujui, merelakan..
benarkah tidak terasa lama seperti kata ibunda? ya dan tidak. ya, saat kesibukan berhasil mengalihkan perasaan. dan tidak, saat hati kembali pada kesadarannya; ini sungguh berlebih, tapi inilah konsekuensi.
kini 1,5 tahun sudah pernikahan mereka. 1,5 tahun sudah cinta 11.000 km mereka. sedikit lagi? semoga. semoga Allah izinkan mereka memiliki pernikahan yang utuh. wanita dan pria hidup bersama, membangun keluarga yang mencahaya.
---
Mudahkanlah ya Rabb jalannya.. izinkan dua hati bertemu dalam wujud yang sebenarnya.
Comments
Post a Comment