di suatu desember

Pernahkah kukatakan padamu untuk menulis diberbagai kondisi dan suasana hati? Terutama dalam titik-titik ekstrim dalam hidupmu.. Tulislah, maka ia akan senantiasa terkenang.

Cerita itu akan menjadi pelajaran dan hikmah untuk diri kita di masa depan. Bila yang ditulis tentang bahagia, maka akan menjadi pengingat untuk bersyukur. Bila tentang sedih, maka akan jadi pengingat bahwa kesedihan akan selesai dan berakhir. Apapun itu, menjadi penanda bahwa Ia Maha Baik. Sebaik-baik pembuat rencana, sebaik-baik yang berkehendak.

Dan saya baru saja membuka kembali tulisan2 masa lalu, lalu menemukan tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat :)


---
[Suatu masa di bulan Desember]

Banyak yang bilang, 'Untuk apa nikah muda? Bahagiain dulu orang tua, lulus kuliah dengan baik, kerja yang mapan, baru deh nikah. Jangan belom bisa ngasih apa-apa tau-tau minta nikah,'--tapi pacaran (atau apa pun namanya) dihalalkan. Betulkah demikian? Bukankah hal tersebut lebih menyakiti orang tua?

Semakin lama waktu yang dihabiskan bersamanya, akan semakin memberatkan orang tua di akhirat kelak.

Kalau begitu, bukankah menikah justru menyelamatkan mereka? Dan juga wujud cinta kepada mereka?

Terkadang manusia terjebak pada apa yang tampak pada mata, namun menampik apa yang nyata tapi tak tertangkap oleh mata. Berdekatan dengan yang bukan mahram jelas dosanya, tapi karena dosa tidak terlihat maka kita merasa(seakan) tak ada yang salah. Sedang menikah, yang kita perhatikan adalah kesulitannya dan batasan-batasan yang kita ciptakan sendiri. Menikah harus begini, begitu, demi terlihat 'normal' di pandangan manusia yang pada akhirnya hanya menyusahkan diri sendiri.

Wallahua'lam.

---
Secuplik suara hati di suatu Desember, yang terkadang berubah seiring naik-turunnya iman.
Satu yang disyukuri; semua telah terlewati. Mari tatap masa depan :)
Alhamdulillah

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia