bagaimanakah dunia dalam pandanganmu, bu?

siang itu,
waktu jeda antara dua kuliahku cukup lama, sekitar 3 jam. cukup rasanya untuk pulang dulu, istirahat dan makan di kosan. kebetulan aku jg harus membeli kue untuk temanku yg berulang tahun.

keluar dari gerbang depan itb, beli seporsi lumpia basah di depan salman. kata temanku lumpia disana enak.
lalu mampir di brownis amanda, membeli kue keju untuk temanku, dan sekotak brownis bakar sekedar cemilan di kamar

setelah itu, sepanjang perjalanan di angkot, pikiranku merancang rencana kegiatan hari itu
selalu begitu
saat2 di perjalanan sgt menyenangkan, itu adalah waktu utk diriku

sebentar saja utk sampai di depan gang tubagus ismail depan
jalan menuju kosanku
ada seorang ibu2 tua *jika tidak ingin kusebut nenek2* berjualan karedok dsana
aku bahkan tak tahu apa itu karedok
setelah aku intip, ternyata gado2 dalam bahasaku *entah sama atau beda*

ada seorang laki2 muda yg menunggu karedoknya dibuat
ia beli 4bungkus, mungkin utk teman2nya
tangan ibu itu bergetar saat mengulek bumbu kacang
mulai sesak rasanya dada ini
rasanya aku ingin segera pergi, namun entah apa yg membuatku tertahan dsana.

apa yg dpt kulakukan.. ayo berpikir iie..

lalu tiba2 aku sudah duduk di samping gerobaknya, dan memesan 1 bungkus karedok

aku tak tahu dengan cara apalagi aku bisa 'melakukan sesuatu'

setelah 4 bungkus pesanan mas2 itu beres
sang ibu mengerjakan pesananku

ya Rabb, betapa berat perjuangannya, untuk keuntungan yg tak seberapa

"ibu tinggal dmana?" ya, memulai percakapan stlh lama hanya menunggu dan diam
"deket sini neng, di belakang pasar" jawab si ibu sambil tersenyum
"ibu udah lama jualan dsini?"
"biasanya teh si bapak yg jualan. tapi skrg bapak udah ga ada"
ya, perih itu mulai terasa
"udah lama bu bapak ga ada?"
"skarang hari selasa ya neng? udah 60 hari berarti" si ibu menjawab smbl tersenyum, lagi.

aku tak tahu harus menjawab apa, atau menanggapi apa, hanya sesak itu semakin terasa

"kalo malem teh badan ibu suka sakit2 neng.. si bapak mah udah enak skarang, ninggalin ibu.." senyum itu hilang, matanya menerawang, biasanya ia memandangku saat menjawab, tapi kali ini tidak. adakah airmata dsana?

kata2 itu dengan mudah terucap dari bibirnya. namun membuatku berpikir keras. seperti apakah hidup dimatamu bu? berat kah rasanya?

"insyaAllah nanti bareng2 lagi bu, ketemu lagi nanti." aku tak tahu harus menjawab apa lagi, tak terbayang jika aku dalam posisimu, bu

seketika wajahmu terangkat, memandangku, seolah meminta penegasanku atas kata2 itu. kata2 harapan, harapan rindu itu jumpa kembali dengan pemiliknya

"makasi neng, iya amin, ntr ketemu lagi ya neng." senyum itu muncul lagi

"ibu skarang tinggal sm cucu neng, masi smp. ini juga bahan2 dia beliin."

kemanakah anak2mu bu? adakah sama sulitnya keadaan mereka? ya Rabb kurindukan negara dgn penduduk sejahtera, melihat kenyataan ini sungguh menyiksa

telah siap pesananku, ia membungkusnya, dengan tangan gemetar, selayaknya kebanyakan org2 tua

kuletakan dalam tangannya dua lembar uang terakhir di dompetku, ambilah bu, semoga itu bisa meringankan bebanmu.

"ini buat cucu ibu hehe" dan brownis bakar itu telah bertemu pemilik barunya

dan mata itu berkaca2, mengucap terima kasih yg berulang2.

bukan untukku bu terima kasih itu, tapi untuk Ia yg menuntunku untuk memutuskan memesan karedokmu, Ia yg menguatkan hatiku untuk melakukan sesuatu untukmu

aku pun pulang, berjalan memasuki gang. kupercepat langkahku. ku tak mau seorang pun melihat, mataku basah saat itu

Comments

Popular posts from this blog

Persiapan IELTS Tanpa Preparation Class

Jalan-jalan Turki day 1: Ephesus!

Cerita Kehamilan di Indonesia dan Swedia